MUI menyebut acara Untukmu Indonesia di Monas adalah pemurtadan terselubung.
Wartapilihan.com, Jakarta – Ratusan orang dari berbagai daerah se-Jabodetabek datang berbondong-bondong menuju titik kumpul di Monumen Nasional (Monas), Sabtu (28/4). Mulai dari menggunakan bus, kereta, metromini, kendaraan pribadi, dan angkutan kota (angkot).
Tak seperti biasanya, area Tugu Tani nampak padat dan krodit. Kendaraan dari berbagai arah menuju Medan Merdeka Selatan datang untuk parkir di lapangan IRTI Monas. Lengkap dengan t-shirt berwarna merah dan membawa kupon sembako, para ibu dengan anak-anaknya rela jalan berpanas-panasan.
Forum Untukmu Indonesia menggelar acara sosial yang dikemas dengan pembagian sembako gratis, hiburan permainan dan musik, layanan kesehatan, bazar, dan pembagian souvenir serta hadiah menarik lainnya.
Alih-alih mengatasnamakan kebhinekaan, menjaga persatuan dan mencegah bangsa Indonesia dari narkoba. Acara dengan puluhan ribu pengunjung itu sangat kental dengan nuansa perayaan paskah Jumat Agung (Wafat Isa Almasih) yang jatuh pada 1 April lalu di kalangan orang Kristen Indonesia.
Ketika masuk dari arah Timur terdapat baliho dengan latar belakang metropolitan dibubuhi logo Yayasan Pendidikan Diakonia di bagian atas, permainan lempar gelang ke dalam botol yang bertuliskan: Indonesia Diberkati, Indonesia Damai, Indonesia Kasih, Indonesia Bahagia, dan Indonesia Jaya.
Bergeser sedikit ada 4 tempat renang parasut khusus anak balita. Anak balita diberikan permainan air oleh panitia yang mengenakan kaus merah. Selain itu, terlihat di sekeliling area permainan, anak-anak perempuan separuh baya menyemprotkan air ke atas pengunjung secara merata. Pembaptisan terselubung?
Di panggung utama, para penyanyi membawakan lagu-lagu khas gereja, meskipun diselingi dengan lagu umum. Lantutan haleluya dan puji tuhan terdengar jelas di sekitar panggung. Ketika lagu berakhir, dua orang dancer membentuk formasi temannya berdiri di atas dancer satunya dan memalangkan tangan. Simbol salib?
Tak hanya itu, setia peserta datang dengan membawa kupon untuk ditukarkan di stand-stand. Mulai dari kupon makanan, gula, mie instan, beras, bahkan khitanan massal. Tertulis di kupon tersebut ‘Untukmu Indonesia’ dengan latar belakang monas dan warna berbeda-beda. Di ujung kanan atas ada ilustrasi burung merpati. Apakah roh kudus?
Ketua Komite Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia (KDK MUI), Ustadz Abu Deedat Syihabuddin meminta umat Islam agar tidak menghadiri acara Untukmu Indonesia di Monas Jakarta, Sabtu (28/4).
Menurut Ustadz Abu Deedat, acara tersebut adalah pemurtadan yang dikemas kegiatan sosial. Seperti diketahui pada acara yang digagas Forum Untukmu Indonesia ini akan ada pembagian sembako dan hadiah bagi masyarakat yang hadir.
“Ya ini acara pemurtadan dilakukan kaum Nasrani yang dikemas acara sosial. Mereka mendompleng acara kebangsaan untuk misi pemurtadan,” ungkap Ustadz Abu Deedat, Jumat (27/4).
Ilustrasi merpati yang tertera pada kupon makan, sembako, dan hadiah adalah salah satu bukti yang paling sederhana bahwa acara tersebut ada misi pemurtadan.
“Gambar merpati itu berarti ruh kudus. Dari sini saja sudah kebaca misi mereka,” jelas pakar kristologi ini.
Dikatakan Ustadz Abu Deedat, pasar murah, pengobatan gratis, serta pembagian sembako adalah hal yang sering dijadikan topeng untuk misi tersembunyi pemurtadan. Lebih lanjut, Ustadz Abu Deedat memaparkan bahwa aksi pemurtadan dengan kemasan kegiatan sosial ini sering terjadi.
“Pada 2008 silam ada acara Bangkitlah Indonesiaku di Monas juga. Ternyata itu acara pemurtadan, saya punya bukti-bukti fotonya. Sesuai hasil pertemuan di Jepang, para missionaris harus mengubah cara pemurtadan dengan cara terselubung, termasuk dengan cara mendompleng acara kebangsaan. Waktu itu mereka dompleng dengan acara Hari Kebangkitan Nasional bulan Mei. Waktu itu yang hadir 300 ribu orang,” papar Ustadz Abu Deedat.
Kemudian, di Bekasi, Jawa Barat juga pernah terjadi. Melalui acara Bekasi Berbagi Bahagia (B3), jelas Ustadz Abu Deedat, ternyata dibaliknya ada aksi pembaptisan masyarakat muslim yang hadir. “Ini kan sempat heboh ketika itu dengan mendompleng acara Bekasi bebas Narkoba,” tegas Ustadz Abu Deedat.
Eko Setiaji