Wartapilihan, Beirut – Seorang gubernur provinsi di Suriah mengatakan pada Rabu (11/1), seperti dilansir Reuters, pemerintah dan pasukan pemberontak telah sepakat untuk mencapai sumber air di daerah Wadi Barada yang memasok air ke ibu kota, Damaskus.
Namun, belum bisa dikonfirmasi kepada pihak pasukan pemberontak mengenai kesepakatan tersebut.
Pada akhir Desember, terjadi pengurangan pasokan air untuk 70 persen warga yang ada di Damaskus dan sekitarnya.
Pemerintah dan pasukan pemberontak yang berada di Wadi, lembah pegunungan sekitar 20 km barat laut Damaskus, setuju untuk memperbaiki fasilitas sumber dan pengaliran air.
PBB mengatakan, fasilitas air rusak karena menjadi target perusakan, tanpa mengatakan siapa pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Akibatnya, 4 juta orang di Damaskus tidak mendapatkan pasokan air bersih.
PBB memperingatkan, kekurangan pasokan air dapat menyebabkan wabah penyakit. Selain itu, juru bicara mengatakan, aksi sabotase untuk warga sipil merupakan kejahatan perang.
Pasukan pemberontak mengatakan, pihak pemerintah bertanggung jawab atas rusaknya sumber pasokan air. Namun, pemerintah berkilah bahwa pasukan pemberontak telah mencemarkan sumber air dengan diesel sehingga pemerintah memotong suplai air.
Bentrokan dan serangan udara yang terjadi di Wadi Barada telah mengancam gencatan senjata yang diperantarai oleh Rusia dan Turki pada dua pekan lalu untuk membuka jalan damai.
Gubernur Damaskus berkomentar seperti dikutip kantor berita pemerintah SANA, Rabu (11/1), sebelumnya telah terjadi perjanjian dengan pejuang lokal di Wadi Barada untuk menyerahkan senjata kepada pemerintah dan pejuang yang bukan berasal dari sana akan dievakuasi.
Gubernur Alaa Ibrahim mengatakan, tentara Suriah akan memasuki daerah tersebut kemudian membersihkan peledak dan teknisi akan memperbaiki sumber air.
Pasukan pemberontak tidak dapat dimintai konfirmasi, namun para aktivis membantah telah terjadi kesepakatan dengan pemerintah.
Melalui serangkaian perundingan, pengepungan, dan serangan militer, pemerintah Suriah yang didukung oleh kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran terus-menerus menekan oposisi bersenjata.
Tentara Suriah dan aliansi pejuang pro-pemerintahan dari kelompok Hizbullah Lebanon melancarkan serangan pada akhir Desember di Wadi Barada.
Pemerintah mengatakan, pihaknya ingin masuk ke lembah untuk mengamankan pasokan air ibukota. Sementara itu, pasukan pemberontak dan aktivis setempat mengatakan, pasukan pro-pemerintah menggunakan isu air untuk membuat keuntungan politik dan militer.
Pasukan pemberontak di wadi Barada telah mempersilakan para insinyur pemerintah untuk memelihara dan mengoperasikan pompa yang menjadi sumber air utama ibukota sejak pasukan pemberontak menguasai daerah itu pada tahun 2012.
PBB memperkirakan, 45 ribu orang tinggal di daerah Wadi Barada. Setidaknya, 7 ribu orang karena menjadi daerah pertempuran akhir-akhir ini. *Sumber: Reuters
Reporter : Muja Adzim