Dalam acara ulang tahun ke 10 Al Quran Learning Center (AQL), lebih dari 1000 orang hadir memenuhi aula Gedung Balai Kartini, Jakarta. Pendiri AQL, Ustadz Bachtiar Nasir menyatakan bahwa ia akan terus istiqamah dalam dakwah.
Wartapilihan.com, Jakarta – Bachtiar menyatakan bahwa mereka yang bergerak di bidang ekonomi Islam dan politik Islam jangan sampai melupakan dakwah. “Politik dan ekonomi adalah bagian dari dakwah,” terang Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini. Ia mengharapkan bahwa mereka yang terjun dalam politik dan ekonomi Islam harus ingat bahwa dakwah adalah tujuan utama. “Rasulullah dulu membangun Madinah dengan dakwah.”
Ia juga menyatakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, akan terus menekuni dakwah dan tidak tergoda politik. “Kalau saya ke daerah-daerah banyak yang nunggu komando,”kata mantan Ketua GNPF Ulama ini. Namun ia menyatakan bahwa akan terus berhati-hati dalam menyampaikan sikap, karena bukan tidak mungkin sikapnya disalahfahami.
Dalam acara AQL ini ia sengaja mengambil tema Peace is Power, karena peace itu maknanya Islam itu sendiri. Pada 11 September 2001 terjadi pemboman Menara Kembar WTC dan kemudian Islam dijadikan sararan kebencian, kekerasan dan terorisme. “Melalui acara ini kita mengirimkan kepada seluruh dunia bahwa Islam adalah agama yang damai. Kedamaian adalah kekuatan yang paling dibutuhkan dunia saat ini,” jelasnya.
Sementara itu, Ustadz Felix Siauw yang tampil dalam acara itu menyatakan bahwa para Nabi membawa pesan perdamaian. Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi Muhammad membawa pesan perdamaian. Nabi Ibrahim dengan cara damai menjelaskan kepada bapaknya tentang makna Tauhid. Nabi Musa meskipun berhadapan dengan raja yang paling zalim, Firaun, tetap berdialog dengan lemah lembut. Nabi Isa juga membawa pesan perdamaian kepada umatnya, meski ia diancam dibunuh. Nabi Muhammad saw menyetujui perjanjian damai Hudaibiyah, meskipun kekuatan umat Islam saat itu sangat besar.
Ustadz Haikal Hassan mengingatkan sejarah bahwa pada 11 September 1957 di Palembang, berkumpul para ulama dan tokoh umat bersama menyikapi komunisme. Meskipun Presiden Soekarno saat itu menyatakan bahwa mereka yang berkumpul di Palembang sebagai orang-orang radikal, kelompok kontra revolusioner dan lain-lain, tapi para ulama tetap menyikapi dengan damai. Bahkan ketika tahun 1960 Masyumi dibubarkan oleh presiden dan tokoh-tokohnya banyak dipenjara, para ulama pun menyikapi masalah itu dengan damai.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang hadir dalam acara itu menyatakan salutnya terhadap gerakan Ustadz Bachtiar Nasir. “Kedamaian itu harus dilandasi dengan keadilan,” jelasnya. Ia menerangkan bahwa tanpa ada keadilan, maka tidak ada perdamaian.
“Di Jakarta ini jumlah orang miskin sekitar 300 ribu orang dari 10 juta penduduk,”terangnya. Tapi itu kalau pendapatannya dihitung 600 ribu sebulan. “Kalau dinaikkan menjadi 1 juta sebulan, maka jumlah orang miskin di Jakarta naik menjadi 3 juta orang,”katanya dengan prihatin. Untuk itu, ia bekerja keras bagaimana menurunkan angka kemiskinan ini. Termasuk diantaranya membebaskan sepeda motor di jalan Sudirman Thamrin, menggiatkan perekonomian UMKM dan seterusnya.
Ia juga sedang membangun pipa-pipa saluran air bersih di seluruh wilayah Jakarta. Saat ini di Jakarta, orang miskin membayar air bersih lebih mahal dari orang kaya. Orang-orang miskin membayar air bersih sekitar 20 ribu per hari, karena tidak ada saluran air mengalir ke rumahnya. Sedangkan orang kaya membayar air bersih lebih murah, karena ada pipa saluran air mengalir ke rumah mereka.
Selain itu, Anies menjelaskan bahwa ia akan terus mendukung kegiatan AQL. Ia mengharapkan bahwa di Jakarta antara jam 6 sampai dengan jam 9 malam, diisi dengan kegiatan ngaji atau belajar di masjid. Hal ini membutuhkan ribuan orang ustadz untuk membimbing masyarakat belajar mengaji.
Dalam acara itu, Anies juga memperkenalkan Walikota Jakarta Selatan yang kebetulan lulusan Timur Tengah. “Baru kali ini dalam sejarahnya, ada walikota Jakarta yang bergelar Lc,” terang Anies yang disambut tawa hadirin.
Peringatan 10 tahun AQL ini berlangsung dari siang sampai dengan maghrib. Meski berlangsung sekitar 5 jam, para peserta jarang yang meninggalkan acara. Mereka terhibur dengan tampilnya para dai-dai nasional dan nasyid ‘Nisa Sabyan’. Banyak para peserta ikut menirukan lagu-lagu Nisa, ketika artis itu tampil di panggung. II
Izzadina