Seorang teman pernah cerita. Ketika mengadakan resepsi pernikahan ala outdoor, supaya tidak terjadi hujan, keluarganya tidak memanggil pawang hujan. Tetapi cukup menaruh garam, cabe merah besar dan satu lagi yang seru yaitu celana dalam.
Wartapilihan.com, Bogor– Bagaimana hasilnya? Entah kenapa ternyata acara tersebut sukses tanpa hujan. Apakah ini gara-gara benda ajaib tersebut? Saya nggak tahu. Ada yang percaya tetapi ada juga yang tidak percaya samsek . Kalau pendapat itu dibawa ke dua “sekte” yang berbeda yaitu sekte logos mewakili logika dan keilmuan dan sekte mytos yang mewakili “dunia lain” maka tidak akan pernah menemui titik temu. Mustahil… Itu ibarat mempertemukan martabak manis dan martabak telur. Enaknya dimakan satu-satu jangan dicampur 🙂
Pawang itu macam-macam jenisnya tetapi yang sedang nge-hitz saat ini adalah pawang hujan. Apakah ini sebuah profesi? Kalau sebuah profesi berarti bisa diusulkan untuk ada sertifikasinya ya 🙂
Kalau sampai di situ berarti harus ada SKKNI ( Standar Kompetensi Kerja Nasional Indnesia ), berarti sebelum sertifikasi harus ada bimteknya? Berarti itu (nantinya) ada levelnya? Pawang hujan level pertama, level madya dan level utama. Begitulah cerita serunya 🙂
Tapi pasti ada yang bilang itu bukan sebuah profesi jadi nggak perlu ada sertifikasinya. Bagaimana orang tahu tentang keberadaan pawang tersebut? Ya…cerita dari mulut ke mulut atau dijaman sosial media ini kan bisa di promo. Dengan design promo yang bagus, copy writing yang “menggoda” dan design grafis yang Ok maka ……viral 🙂
Jadi tidak selalu sebuah keahlian perlu sertifikasi? Kalau tidak ada standarnya bagaimana cara “menilai” dia kompeten atau tidak ? Ya … kalau ukuran pawang hujan lebih sederhana ……setelah dilakukan “unjuk kompetensi” hujannya jadi reda atau tidak? Atau yang tadinya mau hujan nggak jadi hujan, begitlah kira-kira 🙂
Apakah pawang hujan ini hanya ada di Indonesia saja? Yang jelas di negara yang curah hujannya tinggi. Kalau di negara kering seperti beberapa negera di afrika mungkin tidak ada. Tetapi kalau ada “misi dan visinya ” agak berbeda :). Bukan mengusir hujan tetapi minta hujan.
Tapi yang menarik dengan hadirnya pawang hujan di Mandalika kemarin. Banyak orang yang malah tidak banyak yang tahu siapa juara moto GP kemaren. Bagaimana serunya persaingan di lintasan basah. Dan keseruan lomba balap kuda besi kemaren, banyak orang yang lebih tahu tentang “atraksi” pawang hujannya.
Mungkin setelah acara tersebut pawang selain hujan akan banyak yang protes. Pawang ular, pawang buaya dan pawang-pawang yang lain akan merasa menjadi “inferior” . Atau mungkin setelah ini akan banyak webinar dengan judul yang seru-seru tentang pawang hujan. Atau akan tumbuh training, coaching dan mentoring dengan nara sumber pawang hujan 🙂 begitu kan biasanya polanya.
Bagaimana. Ada yang berminat? Anda yang tertarik ? Kalau saya (malah) lebih tertarik menjadi pawang minyak goreng :).
Nb. foto hanya pemanis saja. Nggak ada hubungannya dengan artikel. Jadi nggak usah fokus dengan fotonya ya nanti malah laper jadinya 🙂
Agus Susilo JP
Praktisi Pengembangan SDM