Wartapilihan.com, Roma/Beirut – Kelompok oposisi utama Suriah mengatakan pada Rabu (15/2) ingin melakukan negosiasi tatap muka dengan pemerintah Suriah tentang transisi politik di pembicaraan damai yang akan dimulai di Jenewa pekan depan.
Salim al-Muslit, juru bicara Komite Negosiasi Tinggi (HNC), juga mengatakan kepada Reuters (15/2), oposisi tetap setia pada posisinya bahwa Presiden Bashar al-Assad tidak memiliki peran dalam transisi. Ia mengatakan, “harga berat yang dibayar oleh rakyat Suriah” akan sia-sia jika Assad tetap berkuasa.
Muslit mengatakan, HNC yang mencakup kelompok-kelompok pemberontak dan lawan politik Assad ingin memulai negosiasi dengan membahas sebuah badan untuk mengawasi transisi.
Assad sebelumnya telah mengesampingkan gagasan itu.
“Kami ingin negosiasi langsung, kami ingin menghemat waktu, kami ingin akhir yang cepat untuk penderitaan rakyat Suriah,” kata Muslit.
Namun, ia mengatakan, oposisi belum menerima agenda untuk pembicaraan yang akan dimulai pada 23 Februari, menyusul pertemuan awal yang dimulai pada 20 Februari.
Perselisihan agenda menggagalkan pembicaraan damai sebelumnya.
Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura, ketika berbicara di Italia, mengatakan, ia akan menerapkan agenda yang disusun dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan mengakhiri konflik.
Hal ini didasarkan pada tiga hal utama, yaitu membangun bentuk baru pemerintahan, datang dengan konstitusi baru, dan pemilihan awal di bawah pengawasan PBB, kata de Mistura.
“Itulah agenda (yang akan dilakukan) dan kami tidak akan mengubahnya. Kalau tidak, kita membuka ‘kotak Pandora’,” kata de Mistura yang mencoba untuk menerapkan agenda yang sama untuk pembicaraan tahun lalu yang menarik teguran tajam dari Damaskus.
Pemerintah Suriah harus menyadari bahwa pembicaraan Jenewa tidak akan berbicara “tentang prosedur, tetapi tentang masa depan Suriah,” de Mistura menambahkan.
Turki, yang telah menjadi pendukung utama pemberontakan terhadap Assad, bersama dengan Rusia menengahi gencatan senjata untuk membuka jalan bagi pembicaraan damai.
Meskipun gencatan senjata, Muslit mengatakan bahwa Assad dan sekutunya yang “masih melakukan kejahatan” mempersiapkan serangan besar terhadap wilayah yang dikuasai pemberontak, Ghouta di sebelah timur Damaskus.
“Kami sekarang ingin masuk ke esensi dari proses politik (pembahasan transisi politik) dan apa yang Jenewa 1 telah membuat pernyataan resmi yang menetapkan tentang pembentukan badan transisi dengan kekuatan penuh,” kata Muslit.
Muslit mengacu pada pernyataan resmi Jenewa 2012 yang menyerukan pembentukan sebuah badan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh yang dapat mencakup anggota pemerintah saat ini, oposisi, dan kelompok-kelompok lainnya. “Pernyataan resmi” itu mengatakan harus dibentuk atas dasar kesepakatan bersama.
Perundingan yang diadakan di Astana telah ditunda yang sedianya dilaksanakan pada Rabu (15/2).
Kelompok oposisi telah mengancam untuk memboikot pembicaraan yang didukung Moskow di Astana. Kelompok oposisi mengatakan, Rusia telah gagal untuk mengamankan kepatuhan Damaskus terhadap gencatan senjata.
HNC telah telah menunjuk 22 delegasi untuk pembicaraan Jenewa, termasuk perwakilan dari kelompok ekstrem yang telah sangat menentang Assad dan melakukan pemberontakan bersenjata melawan Assad.
“Kami berusaha untuk membujuk oposisi untuk bersatu sebanyak mungkin,” kata de Mistura.
“Kami akan melihat hasil dari ini dalam beberapa hari mendatang karena penting bahwa pemerintah tidak memiliki alibi untuk mengatakan ‘Saya tidak tahu siapa yang oposisi’.”
Reporter: Moedja Adzim