OKI menolak keputusan AS terhadap pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Wartapilihan.com, Istanbul — Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah menolak keputusan Amerika Serikat untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Sekretaris Jenderal OKI mengumumkan secara resmi,.
Yousef al-Othaimeen yang berbicara pada hari Rabu (13/12) saat pembukaan KTT OKI di Istanbul, mendesak para pemimpin Muslim untuk bekerja sama untuk memberikan tanggapan yang terpadu terhadap langkah tersebut.
“OKI menolak dan mengutuk keputusan Amerika,” katanya. “Ini adalah pelanggaran hukum internasional dan ini adalah provokasi perasaan Muslim di dunia. Ini akan menciptakan situasi ketidakstabilan di wilayah ini dan di dunia.”
Berbicara di hadapan al-Othaimeen, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa AS telah “mendiskualifikasi” dirinya dari perundingan damai Israel-Palestina di masa depan setelah membuktikan “biasnya mendukung Israel”.
Didirikan pada tahun 1969, 57 anggota OKI menagih dirinya sebagai “suara kolektif dunia Muslim”.
Presiden Donald Trump mengumumkan pada 6 Desember bahwa AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan akan memulai proses perpindahan kedutaannya ke kota tersebut, yang melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun.
Keputusan tersebut melanggar hukum internasional, menurut Abbas.
“Kami tidak akan menerima peran apapun untuk Amerika Serikat dalam proses perdamaian, mereka telah membuktikan bias penuh mereka untuk Israel,” katanya.
“Yerusalem akan selalu menjadi ibu kota Palestina.”
Warga Palestina membayangkan Yerusalem Timur sebagai ibukota sebuah negara masa depan, sementara Israel mengatakan bahwa Yerusalem, yang berada di bawah pendudukan Israel, tidak dapat dibagi.
Komentar Abbas dipandang sebagai yang terkuat dalam masalah ini.
KTT OKI diminta oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan setelah pengumuman Trump.
Berbicara pada pertemuan tersebut, Erdogan menuduh Israel sebagai “negara yang ketakutan” dan mengatakan bahwa pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel telah dikecam oleh masyarakat internasional.
“Ini tidak sah dan tidak beralasan. Kecuali Israel, tidak ada negara di dunia yang mendukung (keputusan ini),” katanya.
“Siapa pun yang berjalan beberapa menit di jalan-jalan di Yerusalem akan mengenali kota ini berada di bawah pendudukan.”
Langkah Trump telah memicu gelombang protes dari Asia, melalui Timur Tengah, ke Afrika Utara, dengan puluhan ribu orang turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir untuk mencela keputusannya. Demikian dilaporkan Aljazeera.
Moedja Adzim