Muhammad Syahroji: Penyakit Wahn Pada Pejabat

by

WARTAPILIHAN.COM, JAKARTA – Kepala Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) Muhammad Syahroji menuturkan, Rasulullah bersabda di akhir zaman nanti umat Islam bagaikan buih di lautan. Secara kuantitas umat Islam banyak, namun secara kualitas sangat jauh diharapkan karena dilanda penyakit kemewahan dunia.

“Kita jangan lepas dari Al Qur’an dan Hadits, Rasulullah menjelaskan akan ada nanti dari umatku yang menderita Al Wahn. Apa itu Al Wahn? Yaitu hubbud dunya wa karahiyatul maut (cinta kepada dunia dan takut kematian).

Menurutnya, pejabat-pejabat yang ber-KTP Islam namun memiliki kebencian yang amat mendalam terhadap Islam karena terlalu akut mengidap penyakit Al Wahn. Allah SWT sengaja membuka aib mereka di hadapan masyarakat karena tuduhan dan perilakunya yang terus mendiskreditkan Islam.

“Mereka pikir yang di kantornya ada burung garuda itu seorang pancasilais, di FPI tidak ada burung garuda tidak pancasilais? Artinya FPI tidak terang-terang memperlihatkan nasionalismenya, tidak boleh ashabiyah terhadap negara apalagi tokoh, tetapi kalau ada yang ingin merongrong NKRI, kita yang akan paling terdepan membela,” tegasnya dengan nada berkelakar.

Lebih lanjut, Syahroji menjelaskan, fakta di lapangan telah menunjukkan selama dua pekan silam siapa yang radikal dan siapa yang anti NKRI yaitu Ahokers dan Jokowers. Kekalahannya di Pilkada dan dimasukkan Ahok ke dalam penjara merupakan rencana Allah

“Justru saat ini yang kontra Ahok sedang di istirahatkan oleh Allah SWT, umat Islam mungkin akan menghadapi perjuangan panjang termasuk Habieb Rizieq,” sambungnya.

Perlakuan dan penegakan hukum yang diskriminatif, kata Syahroji hal ini akan membuat masyarakat resisten terhadap aparat penegak hukum -polisi- yang sering melabrak aturan.

“Kalau kepercayaan udah Nggak ada itu repot, susah mengembalikannya lagi, kasus Novel Baswedan sampai sekarang apa sudah di usut? Jadi Nggak ada cerita baik kalau ngomongin polisi kita ini. Insya Allah benteng terakhir kita TNI, masih ada harapan,” lanjut pria asal Tanah Abang ini.

Selain itu, spirit 212 beberapa waktu lalu, Syahroji menginginkan harus menghasilkan 4 kekuatan; yaitu kekuatan iman dan taqwa (Imtaq), kekuatan ukhuwah, kekuatan ekonomi dan kekuatan politik.
“Yang kita jaga ini dua, Islam dan NKRI. Kita rangkul seluruh elemen bangsa yang ingin bergabung menyelamatkan NKRI, apakah kita tidak merasa ekonomi saat ini dijajah? Termasuk politik itu harus kita rebut kembali,” saran dia.

Politik itu, bagi Syahroji, bukan berarti mayoritas menguasai seluruh daerah yang ada di Indonesia dan di intervensi oleh pihak asing. Tetapi tidak juga menyerahkan politik kepada China. Sebab, asas imparsialitas harus diutamakan antara mayoritas rakyat dan pemimpinnya.

“Boleh, bukan tidak boleh ngurusi politik, nanti kaya di Palestina jadinya kalau China terus begitu. Tidak juga di Bali pemimpinnya harus muslim, itu salah. Ahok itu bagi saya hanya sebagai kunci, kalau dia berhasil buka pintu, nanti bukan Indonesia lagi tetapi Indochina he he he,” timpalnya dengan nada berseloroh.

Meledaknya peristiwa tahun 1998, Syahroji menganalisa merupakan efek letupan emosi masyarakat. Tidak ada upaya umat Islam melakukan diskriminasi terhadap non Islam. Tetapi akibat dari kaum minoritas yang tidak bisa menjaga perdamaian, toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

“Kuncinya yang minoritas tahu diri, yang mayoritas tahan diri, damai kita. Nggak susah kok, tapi sekarang kebalik. Sampai Ahok bilang; boleh dong yang minoritas jadi Presiden, ada-ada saja,” tukasnya.

Selain itu, ayat Al Qur’an jelas tidak ada yang bertentangan dengan konstitusi, sedangkan konstitusi ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tujuan FPI didirikan adalah mengawal ajaran Islam dan menjaga NKRI. Ia mempersilahkan pihak-pihak yang ingin membubarkan FPI tanpa argumentasi hukum yang jelas.

“Mafhumnya, kalau rusak benerin, kalau hilang ganti baru, gak sampai 5 menit FPI ada lagi. Mau melarang? Mereka justru yang sering menabrak undang-undang dan konstitusi, lama prosesnya di Pengadilan kalau mau membubarin,” tandas Syahroji.

Ia meminta polisi dan media yang selama ini sudah di anggap negatif oleh masyarakat, dapat mengembalikan citranya. Sehingga masyarakat tidak bergerak sendiri mencari keadilan dan kepastian hukum.

“Masyarakat sudah cerdas semua kok, mereka melihat sendiri perilaku polisi seperti apa khususnya kepada umat Islam. Saya berharap media yang ada sekarang ini bisa condong terhadap Islam, menampilkan Islam yang rahmatan lil alamiin,” pungkasnya.

Reporter: Satya Wira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *