Mengatasi Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Pangan Lokal: Potensi Kacang Koro Pedang dan Mocaf

by

Data terbaru dari World Bank per April 2025 menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam mengatasi kemiskinan, dengan angka 60,3% penduduk masuk dalam kategori miskin.

Wartapilihan.com, Depok— Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi kedua setelah Zimbabwe dalam daftar persentase penduduk miskin di beberapa negara yang disajikan. Realitas ini menuntut adanya solusi inovatif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di tingkat akar rumput. Salah satu pendekatan yang sangat potensial adalah melalui pemberdayaan masyarakat berbasis pengembangan pangan lokal.

Pengembangan komoditas pangan lokal menawarkan jalur ganda untuk pengentasan kemiskinan. Pertama, ia meningkatkan ketahanan pangan di tingkat komunitas dan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada impor. Kedua, ia menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani, produsen, dan pelaku usaha kecil di pedesaan melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian lokal.

Di antara berbagai komoditas lokal yang memiliki potensi besar, kacang koro pedang (Canavalia ensiformis) dan mocaf (Modified Cassava Flour) menonjol sebagai bahan pangan yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Keduanya menawarkan alternatif yang menarik dan berpotensi menggantikan komoditas impor yang umum digunakan.

Kacang Koro Pedang: Alternatif Lokal untuk Kedelai

Kacang koro pedang adalah legum tropis yang dapat tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia. Secara nutrisi, kacang koro pedang memiliki kandungan protein yang tinggi, menjadikannya sumber protein nabati yang menjanjikan. Hal ini membuka peluang besar untuk pengembangannya sebagai substitusi kedelai, komoditas yang sebagian besar masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan industri pangan seperti tempe dan kecap.

Pengembangan kacang koro pedang sebagai pengganti kedelai dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Petani lokal dapat menanam dan memasarkan kacang koro pedang, mengurangi biaya produksi bagi pengrajin tempe dan kecap, serta menciptakan rantai nilai baru yang sepenuhnya berbasis lokal. Selain itu, diversifikasi sumber bahan baku ini juga dapat meningkatkan kemandirian pangan nasional terhadap produk olahan kedelai.

Tentu saja, pengembangan kacang koro pedang memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi potensi kendala seperti kandungan antinutrisi dan optimalisasi proses pengolahannya agar dapat diterima secara luas oleh konsumen dan produsen. Namun, dengan teknologi dan pendekatan yang tepat, tantangan ini sangat mungkin diatasi.

Mocaf: Pengganti Tepung Terigu yang Ramah Lokal

Di sisi lain, singkong merupakan komoditas yang melimpah ruah di berbagai daerah di Indonesia. Melalui proses modifikasi, singkong dapat diolah menjadi tepung mocaf yang memiliki karakteristik fisik dan kimia mirip dengan tepung terigu. Mocaf menawarkan alternatif tepung terigu yang lebih terjangkau dan ketersediaannya melimpah di dalam negeri, berbeda dengan tepung terigu yang bahan bakunya sebagian besar diimpor.

Penggunaan mocaf sebagai substitusi tepung terigu dalam berbagai produk pangan, seperti roti, kue, mie, dan aneka jajanan, dapat mengurangi ketergantungan pada impor gandum dan menstabilkan harga produk pangan yang sensitif terhadap fluktuasi harga gandum global. Hal ini juga akan memberikan keuntungan ekonomi bagi petani singkong dan industri pengolahan mocaf skala kecil dan menengah.

Sinergi Kacang Koro Pedang dan Mocaf: Potensi Substitusi Tepung Terigu

Kolaborasi antara kacang koro pedang dan mocaf membuka peluang yang lebih luas lagi. Tepung kacang koro pedang yang kaya protein dapat dikombinasikan dengan mocaf untuk menghasilkan campuran tepung yang memiliki profil nutrisi lebih seimbang dan karakteristik fungsional yang lebih baik, mendekati atau bahkan melebihi tepung terigu dalam aplikasi tertentu.

Campuran tepung kacang koro pedang dan mocaf ini berpotensi menjadi substitusi tepung terigu yang unggul untuk berbagai produk roti dan kue, serta produk pangan lainnya. Pengembangan formula dan teknologi pengolahan yang tepat dapat menghasilkan produk pangan yang tidak hanya bergizi tetapi juga memiliki cita rasa dan tekstur yang diterima masyarakat.

Menuju Kemandirian Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan

Pengembangan kacang koro pedang dan mocaf, baik secara individual maupun terkolaborasi, merupakan strategi pemberdayaan pangan lokal yang sangat menjanjikan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia, sebagaimana tercermin dari data World Bank. Dengan mendorong budidaya, pengolahan, dan pemasaran komoditas lokal ini, kita dapat:

Meningkatkan Pendapatan Petani: Petani memiliki alternatif tanaman yang menjanjikan dengan potensi pasar yang besar.


Menciptakan Lapangan Kerja: Industri pengolahan kacang koro pedang dan mocaf akan menciptakan lapangan kerja di tingkat lokal.
Mengurangi Biaya Pangan: Ketersediaan bahan baku lokal yang lebih murah dapat menstabilkan dan menurunkan harga produk pangan.
Meningkatkan Ketahanan Pangan: Ketergantungan pada impor berkurang, membuat pasokan pangan lebih stabil dan aman dari guncangan eksternal.
Meningkatkan Nilai Tambah Lokal: Pengolahan komoditas mentah menjadi produk bernilai tambah dilakukan di tingkat lokal, menjaga perputaran ekonomi di dalam negeri.
Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah melalui kebijakan yang pro-pertanian lokal dan industri kecil, lembaga penelitian dan pengembangan untuk inovasi teknologi, sektor swasta untuk investasi dan pengembangan pasar, hingga masyarakat luas untuk meningkatkan konsumsi produk pangan berbasis lokal.

Dengan fokus pada pengembangan pangan lokal seperti kacang koro pedang dan mocaf, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya mengurangi angka kemiskinan tetapi juga membangun ekonomi yang lebih tangguh, mandiri, dan berbasis pada potensi sumber daya domestik. Ini adalah langkah konkret menuju Indonesia yang lebih sejahtera dan berdaulat pangan.

Abu Faris

(Praktisi Urban Farming/Alumni 7th Certified Permaculture Design Course, Bumi Langit Institute/Rumah Edukasi Koro Pedang, Bogor)