Wartapilihan.com – Barat bila bicara ekonomi, hanya bicara yang nampak pada manusia. Yaitu perdagangan, keuntungan, persaingan dan seterusnya. Tidak ada dalam konsep Barat tentang hal yang tidak nampak pada manusia. Yaitu ketamakan.
Padahal inilah yang menjadi sumber krisis ekonomi baik di Barat, di Indonesia maupun seluruh dunia.
Karena pembicaraan ekonomi hanya pada yang nampak, akhirnya teori-teori disusun untuk hal=hal yang Nampak. Tidak ada teori ekonomi Barat yang membicarakan tentang misalnya bagaimana mengatasi ketamakan manusia dalam perdagangan, ketamakan dalam keuntungan, ketamakan dalam pengumpulan harta dan lain-lain.
Karena pembicaraan atau solusi masalah hanya pada yang nampak (materialis), maka timbullah krisis ekonomi yang ruwet. Kaum pemodal makin kaya, dan kaum defisit modal makin miskin. Bank-bank kebingungan mengatasi kredit macet dan seterusnya. Intinya sistem ekonomi Barat ini menjadikan yang kaya makin kaya dan yang miskin menjadi miskin.
Tidak ada dalam konsep Barat, sedekah, infaq, zakat, wakaf dan seterusnya. Yang ada adalah sedekah yang riya` (pamer), pajak yang mencekik, bunga bank yang melilit dan seterusnya.
Begitu pentingnya masalah infaq ini sehingga di awal surat al Baqarah setelah Al Quran membicarakan masalah keimanan dan shalat, Al Qurán membicarakan tentang infaq.
Alif Laam Miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (QS Al Baqarah 1-3).
Pembagian harta kepada orang lain ini diperlukan karena untuk kepentingan orang itu sendiri, selain tentu saja untuk orang lain dan masyarakat.
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab.
Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit.
Allah SWT menyatakan : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran 134).
Bila Allah, Sang pencipta menyukai seseorang, maka Allah akan memudahkan dan membahagiakan orang itu.
Dalam Islam, infaq yang wajib dinamakan zakat, sedangkan yang Sunnah disebut shadaqah atau infaq.
Zakat secara bahasa membersihkan atau mensucikan, Bisa pula berarti : tumbuh, berkembang dan berkah (HR. At-Tirmidzi).
Al Qur’an menyatakan : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah 103).
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (zakkaaha), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
” (QS Asy Syams 8).
“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci (falaa tuzakkuu anfusakum). Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS an Najm 32)
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.” (QS an Nisa’ 49)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS An Nuur 21)
Sedangkan menurut terminologi syari’ah (istilah syara’) zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.
Zakat juga berarti derma (pemberian) yang telah ditetapkan jenis, jumlah dan waktu suatu kekayaan atau harta yang wajib diserahkan dan pendayagunaannya pun ditentukan pula, yaitu dari umat Islam untuk umat Islam. Atau zakat adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu (nishab) yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (QS. 9:103 dan QS. 30:39)
000
Seorang Muslim dituntut untuk bersifat qanaah, menerima apa yang diberikan Allah kepada-Nya. Rasulullah saw menyatakan bahwa dalam hal dunia, Muslim dianjurkan untuk melihat yang di bawah kita, sehingga kita bersyukur. Sedangkan dalam masalah ilmu (dan ketaqwaan), Rasul menyuruh kita untuk melihat yang di atas kita. Sehingga kita selalu semangat dalam mencari ilmu dan menuju ketaqwaan yang sebenarnya.
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS an Naml 40)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim 7)
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS an Naml 19). |
Penulis : Dachli Hasyim