Pernikahan merupakan satu titik periode kritis bergantinya peran dari seorang individu menjadi pasangan pernikahan. Hal ini mengandung arti keluarnya seorang individu dari keluarga untuk membangun hubungan atau keluarga baru sebagai pasangan suami istri (Duvall, 1977).
Wartapilihan.com, Depok – Membangun visi keluarga merupakan hal yang penting dalam kehidupan rumah tangga. Seorang psikolog, Nia Raihanah menjelaskan, ketika seorang laki-laki mengajak menikah seorang perempuan, maka semestinya sudah dimiliki gambaran keluarga seperti apa yang akan dibangun.
“Maka, dalam proses ta’aruf pun seharusnya seorang perempuan sudah bisa menilai, laki-laki tersebut layak untuk dijadikan suaminya atau tidak. Kalau seorang perempuan merasa belum jelas, berhak menanyakan ‘mau dibawa kemana keluarga yang akan anda bangun?’ Kalau cocok dengan prinsip hidup perempuan, maka layak untuk diterima pinangannya,” ungkap Nia dalam Sesi Sharing Grup WhatsApp yang beranggotakan 90 ayah dan ibu, yang diselenggarakan Komunitas Anak Pintar, Rabu malam, (23/8/2017).
Nia menambahkan, visi terbangun dalam diri laki-laki sejalan dengan perkembangan hidupnya. Hal tersebut menurutnya harus terpetakan dalam keluarga yang hendak dibangun. Bagaimana ia akan mengarahkan perkembangan hidup istri dan anak-anaknya. Mengingat setiap manusia memiliki potensi masing-masing yang berbeda, perannya juga akan berbeda.
“Setiap individu akan mencapai kebahagiaan tertingginya jika bisa mengaktualkan potensi yang ia miliki. Selayaknya karena istri dan anak-anaknya nanti memiliki potensi unik juga, maka ia harus bisa melihat bagaimana keluarganya dibangun untuk mengaktualkan potensi unik masing-masing,” Nia melanjutkan.
Psikolog di Biro Psikologi Bina Swabhawa, Bandung ini menegaskan, dalam visi yang dibangun perlu mengarahkan setiap anggota keluarga pada kebahagiaan tertinggi yang sesuai dengan kesukaan, minat dan bakatnya. “Intinya, visi yang dibangun harus bisa mengarahkan setiap anggota keluarganya pada kebahagiaan tertingginya, yaitu menjadi diri sendiri,” ujar Nia.
Dengan adanya visi, Nia mengatakan, keluarga akan lebih mudah menjalaninya karena memiliki kerangka yang jelas. Juga akan mudah mengarahkan langkah atau keputusan yang harus diambil di setiap fase perkembangannya. Waktu yang ideal dalam memeriksa apakah masih sesuai dengan visi ialah 3 tahun. “Selayaknya mengamati perkembangan anak, maka perkembangan keluarga yang dibangun juga perlu selalu dievaluasi. Kegunaan visi itu yang akan membantu menilai apakah keluarga berjalan sesuai visi yang sudah ditetapkan untuk jangka pendek, menengah ataupun panjang,” tandas dia.
Psikolog sekolah di beberapa sekolah inklusi ini memaparkan, dalam perkembangannya, visi yang diidamkan tidak selalu lancar. Maka dari itu, komunikasi merupakan kunci untuk mencari jalan keluar bersama. Baik antar pasangan, maupun antar orangtua dengan anak. “Evaluasi berkala dari setiap sesi perjalanan untuk menguji visi tersebut perlu terus dilakukan. Semoga dengan pemahaman yang baik tentang peran dan perkembangan masing-masing maka keluarga yang dibangun akan terwujud sesuai visi yang dimiliki,” harap Nia.
Eveline Ramadhini