Kala itu, Pesantren eLKISI berfokus pada pembinaan orang tua lansia (lanjut usia). Selang setahun, Ustaz Fathur dan kawan-kawan seperjuangannya berpikir agar regenerasi orang tua dan anak muda tidak putus. “Kami melihat, ke depan Pesantren ini harus memiliki kader-kader da’i yang mampu menjawab persoalan keummatan dan kebangsaan,” katanya.
Wartapilihan.com, Mojokerto –Awan cerah mengiringi penerbangan kami menuju Juanda International Airport. Jarak Jakarta Surabaya adalah sekitar 790 km dengan estimasi tempuh 1 jam 30 menit melalui jalur udara. Juanda International Airport merupakan bandar udara yang menghubungkan wilayah Mojokerto, Sidorarjo, Pulau Madura, dan Banyuwangi.
Tiba di Bandar Udara Juanda Surabaya, kami dijemput oleh Ustaz Rofiq dan Ustaz Budi menuju Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Keduanya merupakan pengajar sekaligus pembina santri eLKISI. Demi menuju Trawas, kami harus melewati tol Waru-Sepanjang. Ketika melintasi tol Waru, nampak tanggul beton melingkari lumpur Lapindo menyembur.
“Nah, dibalik tanggul ini ada wisata Lapindo. Kapan-kapan kita mampir kesana he he he,” canda Ustaz Rofiq sembari mengendalikan roda empatnya.
Memasuki waktu maghrib, kami pun tiba di lokasi, tepatnya di Jalan Mojosari, Trawas km 8, Kemuning, Mojorejo, Pungging, Mojokerto, Jawa Timur. Lantunan ayat suci Al-Qur’an melalui speaker di setiap bangunan Pesantren dan keriuhan santri mengingatkan kami yang pernah mondok (boardhing school).
Tak lama beristirahat di home stay milik Pesantren eLKISI, adzan maghrib berkumandang. Usai menjamak qashar shalat maghrib dan isya, pimpinan pondok; KH Fathur Rohman menyambangi kami di pelataran masjid. Ia bersama beberapa rekannya mulai merintis Pesantren sejak tahun 2008. Ustaz Fathur merupakan da’i Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang bertugas di Mojokerto mulai tahun 1980.
Kala itu, Pesantren eLKISI berfokus pada pembinaan orang tua lansia (lanjut usia). Selang setahun, Ustaz Fathur dan kawan-kawan seperjuangannya berpikir agar regenerasi orang tua dan anak muda tidak putus. “Kami melihat, ke depan Pesantren ini harus memiliki kader-kader da’i yang mampu menjawab persoalan keummatan dan kebangsaan,” katanya.
Melalui musyawarah intensif dengan beberapa pengurus, ia memutuskan untuk menginisiasi lembaga pendidikan mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi (PT). Pesantren eLKISI merupakan antitesa dari Lembaga LKISI (lembaga kajian Islam intensif). Fokus gerakan LKISI saat itu bergerak di bidang sosial keagamaan. Sehingga, eLKISI mengusung tagline “Pesantren Berbasis Edukasi dan Sosial Keummatan.”
“Bermodalkan semangat dan dana awal Rp 5 juta, kami membuat 2.000 proposal (pembangun pesantren). Teman-teman mendistribusikan kemana saja dan saya intruksikan untuk habis dalam sepekan,” ungkapnya.
Satu per satu para jamaah dan kolega eLKISI mewakafkan harta dan raganya untuk membangun dapur kaderisasi da’i (baca: pesantren). Ustaz Fathur menuturkan, ada jamaah yang menginfaqkan bahan material, dana untuk pembebasan lahan, bahkan dari beberapa daerah seperti Sidorjo, Wonogiri dan Tulung Agung datang untuk menyumbangkan tenaganya. “Meter demi meter tanah kami bebaskan, hingga sembilan hektar ini,” kenangnya, bersyukur.
Tak disangka, ketika tim eLKISI sedang membantu korban letusan Gunung Kelud, ada seorang jamaah yang menghubungi Ustaz Fathur dan memberikan dana sebesar Rp 1 miliyar untuk akselerasi pembangunan pesantren.
“Dan donatur seperti itu banyak, bukan hanya satu dua orang. Alhamdulillah, kami juga membangunkan delapan rumah untuk warga di sekitar Pesantren,” imbuhnya seraya memotivasi para jurnalis untuk selalu optimis dan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah Swt. Faidza Adzamta fa tawakkal ala’Allah (Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah).
Munaqosyah Tahfidh Hadits Maudhui
Merebaknya Pesantren Tahfidzul Qur’an menjadi fenomena umum yang dapat dijumpai di berbagai daerah. Namun, Pesantren yang fokus pada Tahfidzul Hadits masih dibilang jarang bahkan langka. Hal tersebut menjadi latar belakang eLKISI didirikan. Para santri mulai dari tingkat Tsanawiyah (SMP) hingga Aliyah (SMA) diwajibkan menghafal 260 hadits lengkap dengan sanad, matan serta asbabul wurudnya.
Jika berkaca pada pelaksanaan ujian masuk PTKIN 2015, peminat prodi keagamaan memang menurun. Data dari pelaksanaan ujian masuk PTKIN 2015 yang diikuti peserta dari 34 provinsi di Indonesia dan 11 sekolah Indonesia di luar negeri menunjukkan, terdapat tiga prodi yang paling banyak diminati calon mahasiswa, yaitu perbankan syariah, manajemen, dan kesehatan masyarakat. Padahal, tahun sebelumnya (2014), prodi keagamaan masih merupakan prodi yang paling diminati.
“Meskipun peminatnya cuma satu orang, jurusan seperti ushuludin, filsafat, tafsir, hadis, harus tetap dibuka,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin seperti dilansir Republika di Jakarta.
Ratusan santri eLKISI sejak pukul 08.00 pagi memenuhi area masjid. Mereka akan menyaksikan Munaqosah Akhir Tahfidh Maudlu’i Kelas IX Angkatan V. “Munaqosah ini dalam rangka mengikuti UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputein,” ujar salah satu pengarah munaqosah.
Diantara peserta munaqosah yaitu Kamila Zaharo Al Haq, Akhmad Shafa Amirza, Fajar Laksono, dan Muhammad Syahrul Ramadhan. Keempat santri tersebut diuji oleh Syaikh Dr. Al Walid bin Muhammad al Khudloiri (LIPIA Jakarta),
Syaikh Dr. Said Ar Rofi’i (LIPIA Jakarta),
Ustaz Dr. Anung al Hammat, LC (Dewan Da’wah Pusat), dan Ustaz Hifni Sholihin (Sidoarjo).
“حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ” tanya Syaikh Walid kepada Fajar Laksono.
Fajar melanjutkan dengan lengkap hadits yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قال رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ
Dari Abu Hurairah , ia berkata, Rasūlullāh bersabda, “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: (1) Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, (2) Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, (3) Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, (4) Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do‘akanlah ia dengan mengucapkan ‘Yarhamukallah’, (5) Jika ia sakit maka jenguklah dan (6) Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya)
Tak hanya itu, santri harus hafal rincian letak dan posisi hadits tersebut. “Bacakan hadits ke 18 di bab empat,” pinta Ustaz Anung kepada Akhmad Shafa Amirza.
Spontan, Akhmad langsung membacakan hadits yang menjelaskan shalat adalah pemisah antara orang beriman dan orang kufur, yang berbunyi:
وَعَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قََالَ : العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تََرَكَهَا فََقَدْ كََفََرَ .
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْح.
“Dari Buraidah ra. dari Nabi saw. yang bersabda: “Ikatan janji di antara kami (umat islam) dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Maka barang siapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah menjadi kafir.” (HR al-Tirmizi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan sahih)”.
“Mumtaaz (istimewa),” kata Ustaz Anung kepada Akhmad. Ia berhasil menyandang predikat Mumtaaz Jiddan dalam munaqosah tahfidh hadits maudlu’i.
Diantara santri Kelas IX, ada satu santri dari Kelas VIII yang mengikuti Munaqosah. Yaitu Yafis Alfian Hasan. Kendati belum Kelas IX, kualitas hafalan hadits santri asal Mojokerto tersebut seperti kaka kelasnya. Salah satu hadits yang ditanyakan adalah terkait umat Nabi Muhammad yang tidak menginginkan masuk surga, berbunyi:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku akan masuk jannah, kecuali yang enggan.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk jannah, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk jannah).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari).
Ahmad Zuhdi