Oleh: M Rizal Fadillah
Sebuah tulisan pendukung Jokowi, SHE mengenai tiga jenderal (PS,SBY,GN) melawan mantan seorang tukang kayu (JKW), sangat menggelitik.
Wartapilihan.com, Jakarta –Masalahnya betapa hebatnya sang tukang kayu digambarkan polos, merakyat, jujur, bersih, berprestasi yang dikepung oleh jenderal jenderal yang akan malu karena dikalahkan. Biasa bersekongkol menjarah aset negara, katanya. Mereka wayang kertas yang akan masuk kotak, sedang Jokowi adalah manusia.
Seperti biasa kaum Jokowi mengangkat pencitraan sebagai tipu tipu politik. Membalikkan penggambaran dengan asumsi rakyat ini bodoh dan mudah dikibuli oleh citra citra itu. Suatu kesalahan fatal yang menjadi sebab tenggelamnya kapal bocor yang seperiode ini dikemudikan dengan asal asalan. Kapal yang diisi banyak imigran gelap, mafia, dan pejabat gendut pemakan komisi. Kapal kotor yang banyak tikus dan kecoak di dalamnya. Rayap pun menggerogoti tiang dan bahan kayu. Keropos.
Tiga catatan atas tulisan”myopsis” SHE ter tersebut di atas, yaitu:
Pertama, keliru menilai para Jenderal itu turun gunung mereaksi kehebatan dan prestasi Jokowi. Tidak mungkin mantan prajurit terkemuka akan mereaksi negatif prestasi anak bangsa. Justru keterpanggilan itu disebabkan pemerintahan Jokowi sama sekali tidak berprestasi. Bahkan sangat minus. Nilai rupiah ambruk, hutang luar negeri tinggi, ekonomi berantakan, agama dicabik cabik, kapitalis menginjak injak, komunis berkembang, aset negara pun dijual jual ke investor asing. KKN merajalela. Kedaulatan negara sangat goyah.
Kedua, menilai tiga jenderal itu sebagai wayang kertas justru aneh. Itu sama menunjuk pada hidung sendiri. Jokowi adalah Presiden dengan kemampuan kepemimpinan yang lemah dan kemandirian sangat rendah. Publik sangat tahu ia adalah wayang yang sedang dimainkan. Dimainkan sang dalang yang ulung, bermodal, dan berkuasa. Dalang yang sembunyi dibalik layar. Mereka adalah kelompok kepentingan yang memanfaatkan kemampuan polos mantan tukang kayu. Melatih dan membina agar hebat dalam bermain kayu.
Ketiga, luar biasa dalang memainkan wayang. Sampai hal hal sensitif keagamaan pun dimainkan pula. Rekayasa menjadi imam sholat berjamaah, membuat umat Islam mengurut dada. Sampai segitunya pencitraan dibuat untuk menipu umat. Agama pun diperalat. Teringat ayat Al Qur’an “Celaka orang orang yang shalat”. Nah itu yang shalatnya lalai, tidak husyu, tidak berefek pada kebaikan. Dan yang pasti yang shalatnya “riya” ingin dipuji, kampanye palsu dengan pura pura taat ibadah. Sebagian mufasir menyebut “neraka weil” bagi yang membangun citra dengan tontonan shalat.
Mantan tukang kayu bisa dicitrakan awam dan sederhana. Tapi itu bisa juga citra dari ketidak pantasan. Bukti di Solo tak tuntas, di DKI cuma batu lompatan, tidak selesaikan amanah. Presiden pun payah dan banyak masalah. Tak pantas memang. Apalagi ingin dua periode. Sungguh ceritra wayang yang menggelikan eh memprihatinkan. Kasihan rakyat menonton dagelan yang tak lucu. Cuma tipu tipu.
Satu hal yang jujur patut dipuji dari mantan tukang kayu (mengambil istilah SHE) ini ialah betapa mahirnya kini ia dalam bermain kayu. Menggebuk dan berkelit.