Dalam survei terbaru LSI Denny JA yang dilaksanakan pada 7-14 Januari 2018, ditemukan bahwa PDIP meraih 22,2% dan Partai Golkar 15,5% suara.
Wartapilihan.com, Jakarta –“Responden sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 propinsi. Survei ini dibiayai sendiri sebagai bagian layanan publik. Margin of error plus minus 2,9% ,” terang peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar hari ini di Jakarta (24/1). Menurutnya surveinya juga dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis dan interview mendalam narasumber.
Pada sejumlah survei sebelumnya, elektabilitas partai Golkar justru mengalami penurunan. Terutama ketika kasus E KTP mencuat dan melibatkan Setya Novanto, mantan Ketua Umum Golkar. “Pasca Pergantian kepemimpinan, elektabilitas partai Golkar mulai membaik dan menunjukkan tren kenaikan. Pada survei LSI Denny JA bulan Agustus 2017, elektabilitas Partai Golkar saat itu sebesar 11,6% di peringkat ketiga di bawah Partai Gerindra. Pada Desember 2017, elektabilitas Golkar naik menjadi 13,8% dan Januari 2018 naik lagi menjadi 15,5%,” papar peneliti ini.
Sementara itu elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan. Pada survei Denny JA Agustus 2017 elektabilitas PDIP berada di angka 28,3%. Naik cukup besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014. Pada Desember 2017, elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan yaitu di angka 22,7%. Dan saat ini, Januari 2018, elektabilitas PDIP sebesar 22,2%.
“Mengapa PDIP mengalami penurunan? Dan mengapa Partai Golkar mengalami kenaikan? Pertama, pemilih yang sebelumnya lari ke partai lain, terutama PDIP, kembali ke kandang Golkar. Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah (wong cilik),” terang Rully.
Kedua, sosok Ketua Umum partai Golkar Airlangga Hartarto memberi harapan baru bagi Partai Golkar. Ketiga, tiga program rakyat yang dikampanyekan Airlangga Hartarto disukai luas oleh pemilih. Yaitu harga sembako terjangkau, memperluas lapangan pekerjaan dan rumah mudah dan akses terjangkau.
Setelah PDIP dan Golkar di posisi pertama dan kedua, maka dari survei itu, partai-partai berikutnya berturut-turut adalah : 3. Partai Gerindra 11,4%
4. Partai Demokrat 6,2%
5. Partai Kebangkitan Bangsa 6,0%
6. Partai Nasdem 4,2%
7. Partai Keadilan Sejahtera 3,8%
8. Partai Persatuan Pembangunan 3,5%
9. Partai Perindo 3,0%
10. Partai Amanat Nasional 2,0%
11. Partai Hanura 0,7%
12. Partai Solidaritas Indonesia 0,3%
13. Partai Bulan Bintang 0,3%
14. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 0,2%
15. Tidak tahu/tidak jawab/rahasia 20,7%.
Survei perolehan suara partai di atas diperoleh peneliti dengan pertanyaan ke responden : ‘Jika pemilu legislatif dilakukan hari ini, Partai mana yang Ibu/Bapak pilih?’
Meski demikian, Gerindra bisa menjadi nomer satu atau dua dengan beberapa syarat. “Pertama, Gerindra menguat jika Prabowo capres. Kedua, jika Prabowo sukses sebagai capres atau cawapres. Pengaruh tokoh atau ketua umum yang kuat terasosiasi terhadap partai membantu mendongkrak elektabilitas partai,” analisa peneliti muda ini.
Selain itu, menurut Rully, jika Muhaimin Iskandar dan Agus Harimurti bersaing sebagai cawapres, maka sama-sama akan menaikkan rating partainya. II
Izzadina