KTT OKI Dan Sikap Erdogan

by
foto:http://www.iphone.afp.com

Turki dalam KTT OKI akan berusaha menyatukan pemimpin negara Muslim untuk bertindak keras terhadap pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Wartapilihan.com, Istanbul –Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu (13/12) memimpin sebuah pertemuan darurat di badan pan-Islam utama dunia. Erdogan berusaha untuk mengumpulkan para pemimpin Muslim menuju sebuah tanggapan terkoordinasi terhadap pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Erdogan, yang negaranya memegang kepemimpinan bergilir Organisasi Kerjasama Islam (OKI),  berharap untuk mempersatukan para pemimpin Muslim yang sering berseteru menjadi sebuah pernyataan akhir yang sulit mengenai langkah Presiden AS Donald Trump.

Pengumuman Trump pekan lalu memicu kemarahan masyarakat Muslim dan Arab dengan puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengecam negara Yahudi tersebut dan menunjukkan solidaritas dengan orang-orang Palestina.

Keputusan tersebut telah memicu demonstrasi di wilayah Palestina, dengan empat orang Palestina terbunuh sejauh ini dalam bentrokan atau serangan udara Israel sebagai tanggapan atas tembakan roket dari Gaza dan ratusan lainnya terluka.

Erdogan, yang menyebut dirinya sebagai pejuang perjuangan Palestina, menyebut Israel sebagai “negara teroris” dan menyerukan reaksi yang kuat.

Namun, menjembatani kesenjangan dalam komunitas politik Muslim yang mencakup saingan berat Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran akan menjadi tugas yang jauh dari mudah apalagi mengumumkan sanksi konkret yang disepakati antara 57 negara anggota OKI.

Aaron Stein, anggota senior penduduk di Pusat Rafik Hariri dari Dewan Atlantik untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa dia yakin para pemimpin Muslim hanya akan “mengeluarkan kecaman pedas”.

“Sulit untuk menunjuk OKI sebagai definitif dalam membentuk opini Muslim atau dunia.” Katanya kepada AFP.

Tidak Ada Konfrontasi dengan AS

Beberapa pemain kunci, seperti Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, tidak mungkin ingin mengambil risiko hubungan mereka dengan Washington demi sebuah pernyataan OKI.

Sinan Ulgen, dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri yang berbasis di Istanbul, mengatakan bahwa dia yakin KTT OKI tidak akan mendekati tindakan besar.

“Alasan utamanya adalah bahwa banyak negara kunci dari ‘dunia Muslim’ ini tidak ingin memasuki lingkungan yang konfrontatif dengan Amerika Serikat dan bahkan dengan Israel, dengan latar belakang ketegangan sektarian yang meningkat dengan Iran,” katanya.

Ulgen mengatakan bahwa Riyadh dan sekutu Dewan Kerjasama Teluk (GCC) tidak ingin mengambil “langkah-langkah agresif yang dapat membahayakan hubungan dengan Washington.”

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa KTT tersebut akan “memberikan pesan yang kuat”.

Namun, dia mengakui bahwa beberapa negara Islam “takut”, dan ia bertanya, “Mengapa Anda takut?”

Sementara itu, Turki sendiri juga telah menurunkan hubungan dengan Mesir setelah terjadinya penggulingan  kekuasaan pemimpin Ikhwanul Muslimin pro-Ankara Mohamed Morsi.

Menambahkan Bahan Bakar ke Api

Pejabat Turki mengatakan bahwa hampir 30 pemimpin Muslim telah mengkonfirmasi keikutsertaan mereka dalam pertemuan puncak Istanbul pada hari Selasa siang.

Presiden Iran Hassan Rouhani, Raja Jordania Abdullah II, dan Presiden Lebanon Michel Aoun termasuk di antara kepala negara yang hadir. Presiden Palestina Mahmud Abbas juga hadir.

Namun tingkat representasi Saudi tidak jelas kehadirannya.

Negara-negara Arab sejauh ini telah mengecam Israel tanpa mengumumkan tindakan nyata.

Menteri luar negeri Liga Arab dalam sebuah resolusi setelah sebuah pertemuan darurat di Kairo pada hari Sabtu (9/12) mendesak Washington untuk membatalkan langkah Yerusalem dan agar masyarakat internasional mengakui sebuah negara Palestina.

Status Yerusalem barangkali merupakan isu paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina.

Israel melihat seluruh kota sebagai ibukota yang tak terbagi, sementara Palestina menginginkan sektor timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Dalam diplomasi telepon intensif di hari-hari terakhir, Erdogan telah berusaha untuk mendapatkan dukungan dari para pemimpin di luar dunia Muslim.

Pada konferensi pers bersama setelah pembicaraan di Ankara Senin (11/12) malam, Erdogan mengatakan bahwa dia dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengambil pendekatan serupa mengenai masalah ini, dengan menuduh Israel terus “menambahkan bahan bakar pada api”. Demikian dilaporkan AFP.

Moedja Adzim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *