Kebetulan Heraclius, kaisar Rumawi Bizantium yang sekaligus merupakan pemimpin Nasrani, berada di Palestina ketika kafilah dagang Quraisiy memasuki kota suci Yerusalem.
Wartapilihan.com, Depok– Dan adapun Heraclius yang telah mendengar berita tentang datangnya seorang Nabi di tanah Arab, lantas bertanya kepada rombongan kafilah tersebut yang kebetulan pula dipimpin oleh Abu Sofyan yang masih terhitung sebagai paman Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian Heraclius memanggil rombongan kafilah Quraisiy itu dan menyuruh salah seorang di antara mereka duduk paling depan. orang itu adalah Abu Sofyan.
Pertama-tama yang ditanyakan Heraclius adalah tentang asal-usul dan ciri-ciri orang yang mengaku sebagai Nabi utusan Allah itu, apakah dia dari keluarga terpandang, berkepribadian baik dan selalu berkata benar.
Adapun Abu Sofyan yang pada saat itu sesungguhnya adalah seorang penantang keras dakwah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, namun tak dapat berdusta dalam menjawab pertanyaan kaisar pemuka Nasrani itu.
Ia mengatakan bahwa orang yang mengaku Nabi tersebut adalah masih kerabatnya, dari keluarga terhormat dan baik-baik. Dia yang mengaku Nabi itu adalah seorang yang terkenal jujur sampai dia disebut al amin oleh kaumnya.
Dan selain itu apa yang dia katakan kemudian selalu terbukti kebenarannya.
Heraclius bertanya lagi, ” Apakah dia mempunyai pengikut ?”
” Ya, dia punya pengikut ” jawab Abu Sofyan.
” Dari kalangan apa pengikutnya ?” tanya Heraclius
Dijawan oleh Abu Sofyan, ” Banyak dari kalangan anak muda dan kaum jelata ( budak )” jawab Abu Sofyan.
” Kalau benar seperti apa yang kau katakan, pastilah suatu saat tanah yang kuinjak ini akan di bawah kekuasaanannya ” kata Heraclius.
Jadi, Heraclius mempercayai bahwa yang mengaku Nabi itu adalah benar-benar seorang Nabi utusan Allah.
Singkat cerita, suatu hari Heraclius mengumpulkan para pembesar kerajaannya setelah mendapat surat dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyerunya untuk masuk ke dalam Islam.
Ia mengatakan kepada pembesarnya bahwa Allah telah mengutus seorang Nabi di tanah Arab yang sesuai dengan nubuwat kerasulan, ” Maka sepantasnya kita berbai’at kepadanya ” katanya.
Mendengar perkataannya itu seketika itu juga para pembesar berhamburan meninggalkannya sendirian.
Heraclius terkejut, ia menyuruh pengawal Istana segera menutup pintu gerbang dan menyuruh para pembesar itu menghadap kembali.
Dan kemudian ia berkata, ” Sesungguhnya saya tidak sungguh-sungguh mengajak kalian untuk mengikuti ajakan orang yang mengaku Nabi itu. Saya hanya ingin menguji kalian saja apakah kalian masih tetap setia kepada Yesus ..”
Cerita Heraclius dan pembesarnya itu kemudian sampai kepada sebagian sahabat yang lalu menyampaikannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa Heraclius tidak jadi masuk Islam.
Mendengar berita itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, ” Agama kadang terkait dengan jabatan ( kedudukan ) ”
Begitulah, Heraclius tidak berani meninggalkan agama lamanya walaupun hatinya telah beriman kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam karena takut kehilangan jabatannya sebagai kaisar dan pemimpin Nasrani.
Hal semacam itu terjadi sampai hari ini, di mana tak sedikit pemimpin negara dan pemuka agama-agama yang hatinya percaya kepada kebenaran Islam, namun tak berani masuk Islam karena takut kehilangan jabatannya.
( Iwan Hasanul Akmal )