Khutbah Idul Fitri 1438H : “Membangun Ketahanan Keluarga Berbasis Taqwa”

by

Wartapilihan.com –

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
اللهُ أَكْبَرُ الله أكبر كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَياَ عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فتزودوا فإن خير الزاد التقوى..
أيها الأخوة المؤمنون الفارحون بطاعة الله

Hari ini kita berlebaran lagi bersama ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia, kita tinggalkan rumah kita, bergerak menuju tanah lapang, masjid-masjid dan aula untuk menggemakan takbir bersama, kita lakukan shalat berjama’ah, kita sungkurkan kepala-kepala kita di atas tanah, kita ungkapkan rasa syukur kita dengan bibir gemetar.
Semoga kita yang hadir di sini diberi peluang lagi untuk menikmati Ramadhan-Ramadhan yang akan datang dengan keimanan dan ketakwaan yang lebih baik, sehingga bisa menambal kekurangan ibadah dan taqarrub kita kepada Allah.

Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Bulan Ramadan, bulan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan telah meninggalkan kita. Bulan di mana Allah mengunjungi hamba-hambaNya, Kasih sayang-Nya turun, segala dosa dihapuskan dan dikabulkannya semua permohonan. Allah melihat kaum muslimin saling berlomba-lomba lalu membanggakannya kepada para malaikatNya…
Ramadhan ibarat Rabii’ al-hayat al-Islamiyyah (musim berseminya kehidupan spiritual umat Islam). Sebab Ramadhan telah menghijaukan kehidupan umat dengan ilmu dan amal, dengan ma’rifah dan iman. Banyak pelajaran Islam digali di masjid-masjid, televisi dan media-media lainnya. Dakwah tentang kebajikan kian semarak, sehingga keimanan bertambah dan dorongan berbuat baik pun meningkat.
يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ # وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
Wahai pemburu kebaikan, songsonglah!
Wahai penikmat keburukan, tahanlah dan bertaubatlah!
Demikianlah seruan para malaikat di sepanjang Ramadan

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Bulan Ramadan memiliki arti penting bagi umat Islam di Indonesia. Sebab kemerdekaan RI diraih pada hari Jumat, 9 Ramadhan 1364H yang bertepatan dengan 17 Agustus 1945. Oleh karena itu para pendahulu kita pun telah menyatakan dalam Pembukaan UUD ’45 bahwa ia merupakan rahmat dari Allah SWT. “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Oleh karena itu, pencapaian kemerdekaan ini menjadi penguat bagi salah satu nama bulan Ramadan, Yakni syahrul jihad. Sebab di bulan Ramadan inilah, semangat jihad umat Islam sedang dalam puncaknya. Api jihad yang digelorakan dengan pekikan takbir telah membangkitkan keberanian para pejuang kemerdekaan di seantero Nusantara semisal Syeikh Yusuf al-Makassari, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Moh. Natsir, dlsb.

Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd
Belum lama ini, dunia dikejutkan dengan aksi damai Bela Islam yang mampu menyatukan potensi umat untuk membela al-Quran. Dunia telah menjadi saksi atas bangkitnya kesadaran umat Islam Indonesia yang memperlihatkan kegigihannya dalam menegakkan keadilan di muka bumi dengan cara yang ma’ruf, elegan, dan sangat Islami. Padahal dengan jutaan massa yang turun jalan dan terkonsentrasi di satu tempat dengan satu tujuan, sangat tidak mustahil akan tersulut kerusuhan massal hingga terjadinya “shut down Jakarta”. Namun berkat kepemimpinan ulama, aksi ini berlangsung dengan sangat damai, tanpa anarkhisme, kekisruhan, maupun aksi-aksi yang tidak bermarwah lainnya.
Kita juga menyaksikan dalam aksi ini terlihat adanya saling menopang (takaful), saling mengasihi (tarahum), saling melindungi dan saling menguatkan. Tidak ada aksi baku dorong maupun baku desak di antara peserta aksi sebagaimana yang sering dipertontonkan oleh para pengunjung konsert musik, atau sporter bola. Maka tidak berlebihan jika peristiwa bersejarah ini kita kenang sebagai Hari Persaudaraan Indonesia. Beginilah hasilnya jika membawa-bawa agama kedalam aktivitas keseharian. Moralitas kaum beragama begitu terlihat menyejukkan di balik sikapnya yang tegas terhadap kebatilan.
Jika saja agama selalu dibawa-bawa kedalam aktivitas publik; ke kantor, ke pasar, ke sekolah, ke ranah pemerintahan, kedalam pembentukan kebijakan, dll, tentunya akan membawa perubahan yang signifikan hingga tercapainya keadilan sosial dan kemakmuran bangsa yang berasaskan keadaban dan ketuhanan. Semuanya ini mustahil terwujud jika tidak ditopang dengan pendidikan yang berkualitas. Yaitu pendidikan yang diintegrasikan pada ketahanan keluarga dan berbasis wahyu agama.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Pendidikan berbasis ketahanan keluarga dan wahyu pada prinsipnya bertujuan mewujudkan ketahanan negara dan kemakmuran dunia akherat. Sebab keluarga adalah kesatuan terkecil yang bertanggung jawab mewujudkan terciptanya masyarakat yang damai dan berkeadaban. Oleh sebab itu, keluarga harus menjadi benteng yang terlindungi (al-dir’ul hashinah).
Institusi keluarga merupakan satu-satunya wadah legal yang menghimpun laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama. Membangun keluarga merupakan setengah agama, menjaganya adalah implementasi dari keimanan, memerangi segala wabah yang mengancamnya adalah bentuk jihad, sedangkan merawat buah hati yang terlahir darinya adalah bentuk syiar agama.
Perkawinan bukanlah sekedar pertemuan dua insan yang bersepakat melakukan aktivitas reproduksi, tapi ia merupakan pengembangan hidup dan kebajikan, serta mewujudkan tumbuh kembangnya keimanan dan pembangunan secara bersama-sama.
Tujuan membina keluarga adalah terciptanya kedamaian jiwa, kebahagiaan hati dan jasmani, terwujudnya ketenangan hidup, dan terhapusnya kegelisahan diri, sebagaimana termaktub dalam al-Quran:
ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجاً لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون {الروم: 21)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Ruum: 21)

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd
Hamba-hamba yang saleh tidak mencukupkan dirinya dan terhenti dengan konsisten beribadah di malam hari, tetapi terus mengharapkan keturunannya dapat mewarisi kesalehan dan mendapatkan pasangan hidup yang saleh/ah.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. al-Furqan: 74)

Konsep keluarga sakinah, mawaddah & rahmah dalam Islam bertujuan mewujudkan kebahagiaan hakiki, terbebas dari api neraka; bukan sekedar bertujuan mengurangi angka perceraian, menghapus KDRT, tindak kriminal di kalangan anak-anak di bawah umur, dll.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. Al-Tahrim: 6)

Kaum muslimin muslimat yang dimuliakan Allah
Dewasa ini fenomena problem-problem keluarga di negara-negara maju, seperti KDRT, permasalahan remaja, perceraian, dll, cenderung merambah ke negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Dalam hal pendidikan formal dan berkurangnya angka buta huruf di Indonesia telah terjadi perkembangan yang menggembirakan sebagaimana disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) antara rentang tahun 2012-2015. Tetapi hal ini juga diiringi dengan meningkatnya angka perceraian, menurunnya angka perkawinan dan bertambahnya angka kriminal di kalangan anak di bawah umur. Artinya, pertumbuhan angka masyarakat yang terdidik dalam pendidikan formal tidak berbanding lurus dengan menurunnya angka kejahatan di masyarakat.
Fenomena seperti ini akan semakin meningkat seiring dengan ketidaksiapan masyarakat menyikapi era globalisasi dan melemahnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang menjadi basis utama ketahanan keluarga di negara yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Ikhwati rahimakumullah!
Jika saja kita tidak sigap menyikapi pembangunan lembaga pendidikan yang berkarakter, maka output yang dihasilkan hanyalah penguasa-penguasa yang bengis, pejabat-pejabat yang korup, dan ulama yang pragmatis. Tentunya kita tidak menginginkan jika bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hanya mengakui bahwa Tuhan YME itu ada, tapi tidak mengakui kedaulatan Tuhan untuk mengatur mereka.
Dalam sebuah Hadist, Umar mengingatkan bahwa kehancuran Islam karena 3 perkara:
Tahukah kamu apa yang menghancurkan Islam? هل تعرف ما يهدم الإسلام؟
Aku (Ziyad bin Hudair) menjawab: ”Tidak” قال: قلت: لا
Umar berkata: “Islam akan hancur karena tergelincirnya ulama قال: يهدمه زلة العالم
Orang munafik yang berdebat dengan dalil al-Qur’an وجدال المنافق بالكتاب
Dan rezim penguasa yang menyesatkan وحكم الأئمة المضلين. رواه الدارمي و صححه الألباني

Ma’asyiral muslimin a’azzakumullah
Oleh karena itu dalam al-Quran banyak diceritakan tentang iblis. Iblis yang merupakan senior para setan, bukan tidak percaya kepada Allah sebagai Tuhan yang Esa, Pencipta alam semesta.
Dalam QS. al-A’raf: 12 juga dinyatakan bahwa kafirnya iblis karena merasa dirinya lebih sempurna daripada Adam:
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Dalam sejarah manusia, kita jumpai bahwa problem utama manusia adalah bukan menolak adanya Tuhan!. Ateisme, liberalisme, sekularisme bukanlah paham ideologi yang menolak adanya Tuhan. Sebab manusia dengan fitrah dan akalnya, pasti bisa menemukan Tuhan. Orang yang anti Tuhan sekalipun, ketika dalam kondisi terjepit pasti akan memohon kepada sesuatu yang lebih kuat, lebih kuasa dan lebih hebat dari dirinya.
Problem utama manusia sebenarnya adalah enggan mengikuti petunjuk dan menolak diatur Tuhan.
Terkadang kita jumpai orang yang dengan angkuhnya mengatakan, ini harta-hartaku sendiri, aku dapatkan dari kerja keras dan banting tulang, tapi kenapa harus sedekah, zakat dan infaq. Bukankah Allah Maha Kuasa yang apabila Dia berkehendak, Dia sendiri yang mengasih makan orang-orang miskin itu.
Inilah cara berfikir orang kafir yang kerasukan iblis seperti termaktub dalam QS. Yasin 47:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ، قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا: أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ؟

Allahu Akbar 3x wa Lillahi l-hamd
Di zaman modern ini, kita mengalami zaman yang belum dialami oleh manusia mana pun sebelum kita, informasi antara yang baik dan buruk bercampur aduk, yang haq dan batil, antara ajakan bertauhid dan berkelit, motivasi yang mempertajam ruhiyah dan menimbun rupiah, antara yang mengajak taat dan maksiat. Semuanya diberi ruang dan porsi yang sama dengan dalih kebebasan dan HAM.
Sehingga terkadang susah sekali membedakannya. Semuanya disamarkan dan diwajarkan dengan derasnya informasi yang menyapa kita setiap hari. Peristiwa kriminal, kejahatan moral dan kekerasan intelektual yang terjadi di Jakarta, diberitakan silih berganti ke seluruh pelosok desa; secara kronologis, terperinci, dan bahkan direkonstruksi ulang di media-media elektronik dan cetak. Sehingga lambat laun dengan terukur dan terencana, kejahatan-kejahatan tersebut pun menyebar ke seluruh pelosok Indonesia.

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah!
Zukhrufal Qauli, ungkapan kata indah yang menjerumuskan, saat ini telah menyebar sangat luas, sehingga ada orang bertanya: “Apakah adil Allah memasukkan neraka orang-orang baik hanya karena dia tidak beragama Islam?!
Ada lagi yang berkata: “Zaman seperti sekarang ini, tidak perlu kita bicara iman. Tapi yang penting adalah kemanusiaan, yang penting berbuat baik kepada manusia, suka menyumbang, tidak mengganggu sesamanya, yang penting tidak melakukan kekerasan dan tidak menyakiti orang lain. Apa pun iman dan agamanya itu tidak penting.
Inilah paham humanisme sekular yang merebak ke seluruh dunia untuk menghapus agama-agama. Paham ini dibungkus dengan nama-nama pluralisme agama, multikulturalisme, dlsb. Yang intinya bahwa: yang terpenting manusia itu baik, siapa pun yang disembahnya tidaklah penting.
Seorang muslim pasti tidak akan menyakini hal seperti ini, karena ia telah berikrar bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Maka orang yang tidak mau mengucap syahadat itu disebut kafir, dan telah dijelaskan dalam al-Quran bahwa amalan orang kafir itu ibarat fatamorgana:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ
QS. al-Nur 39
Orang-orang seperti di atas, memang telah berbuat baik pada manusia, tapi tidak baik kepada Tuhan. Keimanan dan pengakuan terhadap Allah sebagai satu-satunya Zat yang semestinya disembah inilah yang menjadi pondasi diterimanya semua amal kebaikan manusia.
Sedangkan pengakuan terhadap Muhammad Rasulullah inilah yang menjadi panduan mengenal Tuhan dan beribadah secara benar, sehingga manusia tidak melakukan ibadah dengan kreasi dan konsensusnya sendiri-sendiri.
Orang Islam tidak saja dituntut baik kepada sesama manusia, tetapi ia harus baik kepada Tuhannya, kepada utusan-Nya, kepada dirinya sendiri dan orang lain. Maka dalam Islam kita diajarkan bahwa yang pertama kali diminta Allah itu bukan amalan, tetapi keimanan dan pengakuan. QS. Taha: 14 menjelaskan
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ، لا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي، وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Belum pernah terjadi kebingungan dalam sejarah manusia, seperti di zaman informasi saat ini. Banyak di kalangan masyarakat kita mengalami kebingungan yang luar biasa tentang nilai dan kebenaran. Lalu dimunculkan pro dan kontra.. Aneh sekali!! di negeri yang berketuhanan YME ini, untuk memutuskan apakah homoseksual itu baik atau buruk harus berdebat panjang.
Oleh karena itu, menghadapi kondisi seperti ini, Rasulullah saw menganjurkan bersegera berbuat baik dalam sabdanya:
Bersegeralah melakukan amal sholeh بادروا بالأعمال الصالحة
Sebab akan datang bermacam fitnah seperti malam yang gelap gulita. فتنا كقطع الليل المظلم
Pagi hari seseorang itu mu’min dan sorenya jadi kafir يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا
ada lagi yang sore hari masih mu’min, tapi esok paginya kafir ويمسي مؤمنا ويصبح كافرا
Ia menjual agamanya dengan harta dunia. (HR. Muslim) يبيع دينه بعرض من الدنيا
Dalam bahasa modern, mengutamakan dunia dan mengesampingkan akhirat ini dinamakan saeculum atau yang dikenal dengan sekularisme, yaitu faham “kedisinikinian” yang hanya mementingkan yang di sini (dunia) dan saat ini. Sebuah ideologi yang mengesampingkan aspek-aspek ukhrawi dalam kehidupan manusia.

Allahu Akbar 3x wa lillahil hamd!
Sebagai manusia, dalam keadaan apa pun pasti kita tidak lepas dari kesalahan. Orang yang bertakwa bukanlah orang yang suci dari salah; dan bukan pula orang yang tidak pernah melanggar aturan Allah. Tapi orang yang bertakwa adalah orang yang bersegara bertaubat, ketika menyadari kesalahannya.
Sebaliknya, orang yang paling merugi adalah orang yang bangga dengan kesalahannya, bahkan menganggapnya sebagai kebaikan, lalu mempromosikannya kepada orang lain. Inilah gambaran orang-orang la yadri wa la yadri annahu la yadri; orang yang tidak tahu dan tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Atau biasa disebut dengan bodoh kuadrat.

Saudara-saudaraku, kaum Muslimun Rahimakumullah!
Ibnu ‘Abbas telah memperingatkan halusnya zukhrufal qauli yang dihembuskan setan pada diri setiap manusia dalam nasehatnya:
الشرك في هذه الأمة، أخفى من دبيب النملة السوداء، في الليلة الظلماء، على الصخرة الصماء
Syirik yang terjadi di kalangan umat ini, lebih halus dari semut hitam, yang merayap di malam yang kelam, di atas batu yang hitam.
Oleh karena itu, Ali bin Abi Talib RA berwasiat untuk menjaga ketakwaan kita dengan empat perkara:
Takut kepada Yang Maha Besar الخوف من الجليل
Beramal berlandaskan wahyu Ilahi والعمل بالتنزيل
Ridha dengan rizki yang diterimanya, meskipun sedikit والرضا بالقليل
Menyiapkan dunianya untuk kehidupan akheratnya والاستعداد ليوم الرحيل
Alangkah sejahteranya jika rakyat Indonesia diberi pemimpin dari golongan muttaqun. Yaitu pemimpin yang tidak saja mencukupi kebutuhan perut rakyatnya, tetapi juga membawa mereka kepada kebahagiaan yang kekal; jannatun na’im. Semoga kita semuanya digolongkan Allah dalam barisan al-Muttaqun dan menjadi hamba-hambaNya yang selalu beradab dan berakhlak.
Kaum muslimin yang berbahagia, akhirnya, marilah kita semua menundukkan hati dengan penuh harap kepada Allah, memanjatkan doa kepadaNya:
الحمد لله كما ينبغى لجلال وجهك وعظيم سلطانك، اللهُمّ صَلِّ عَلَى مُحمّدٍ وَعَلَى آلِ ‏مُحمّد
اللهُمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات
اللّهُمّ لا تَدَعْ لَنَا ذَنْباً إلا غَفَرْتَهُ ولا دَيْناً إلا قَضَيْتَهُ، ‏وَلا مَريضاً إلا عَافَيتَهُ، يا أرحَمَ الرّاحِمِينَ.
‏Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami, penghapus kesedihan dan kegundahan jiwa kami.
اللهم من أراد بالمسلمين خيراً، فوفقه إلى كل خير، ومن أراد بهم شرا، فخذه أخذ عزيز مقتدر.
Ya Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ya Allah. Ampuni sikap kurang peduli kami kepada mereka.
Ya Allah jadikanlah kubur orang tua kami yang telah meninggal sebagai bagian dari taman-taman surgaMu, cucilah mereka dengan kelembutan ampunan dan rahmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam keabadian nikmat surga-Mu.
Ya Allah, berilah kami kekuatan untuk mendidik anak-anak kami, sehingga tumbuh menjadi generasi Qurani, yang mencintai-Mu dan Engkau cintai, yang selalu menerangi kubur kami dengan lantunan doa dan kesalehannya.
Ya Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, Sayangilah guru-guru kami, keluarga kami dan para pemimpin kami. Lindungilah mereka dari siksaMu, lapangkan rezkinya, dan berkatilah jalannya.

Ya Allah bersihkan jiwa kami dari hasad dan dengki, persatukan kami dalam mencintai dan mentaati-Mu. Ya Allah, berilah PetunjukMu untuk para pemimpin negeri kami agar selalu bersikap adil dan membawa rakyatnya mencintai Aturan-Mu.
اللهم انصر المجاهدين في فلسطين، وفي سوريا، وفي كل مكان وكل زمان. رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار، وصَلِّ الله عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ. ولذكر الله أكبر
*Dr. Henri Shalahuddin, MIRKH, Peneliti INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought & Civilization), Masjid Nurul Fikri, Depok 1 Syawwal 1438H/25 Juni 2017M.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *