Adzan Maghrib pun tiba. Budi dan Akal shalat jamaah di Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia. Setelah berdzikir dan shalat sunnah bakda Maghrib, kedua wartawan Islam itu kembali berdialog.
Akal : Bud, gimana menurutmu ide khilafah?
Budi : Khilafah sebenarnya adalah konsep yang bagus dari syariat Islam. Para ahli fiqih telah membahas masalah ini sesuai konteks zamannya.
Akal : Maksudnya?
Budi : Bila kita cermati, khilafah atau khalifah ada dalam Al Quran. Coba buka awal-awal surat al Baqarah. Di situ kan Allah menciptakan Nabi Adam untuk menjadi khalifah di muka bumi. Maknanya Allah ingin Nabi Adam ini menjadi makhluk yang memakmurkan bumi. Kalau disebut khalifah kan berarti tempat atau bumi ini ada khalifah he he he.… Yang menentang ide khalifah atau khalifah itu sebenarnya masuk golongan Iblis he he. Waktu masa Nabi Adam lho, kalau sekarang…
Akal : Bener juga ya. Memang kalau kita renungkan Muslim yang baik, tentu ingin keluarganya Islami. Setelah itu pingin masyarakat Islami, lalu pingin negerinya Islami dan kemudian dunia ini menjadi Islami…
Budi : Ya dong. Makanya orang yang menentang negeri Islam, negeri Islami atau dunia Islam bersatu (khilafah) itu kalangan liberal atau kalangan bodoh yang tidak memahami Islam. Mesi dia seorang professor. Cuma caranya yang beda-beda…
Akal : Maksudnya?
Budi : Kebetulan saya mendalami masalah ini, jadi tahu sedikitlah tentang hal ini. Gini, kalau HTI dengan tokohnya Taqiyuddin an Nabhani itu konsepnya khilafah berdiri di sebuah negara tertentu. Mereka sebenarnya menentang nasionalisme. Cuma sekarang mereka membagi nasionalisme positif dan nasionalisme negatif. Kalau Ikhwanul Muslimin dengan tokohnya Hasan al Banna, mendukung gagasan khilafah dengan bergabungnya negeri-negeri Islam menjadi satu. Hasan al Banna tidak menantang nasionalisme. Malah ia katakan bahwa membangun sebuah negeri (nasionalisme) agar sesuai dengan tuntutan Islam adalah hal yang bagus. Kemudian ada Jamaat Islami dengan tokohnya Abul A’la al Maududi. Menurut Maududi, khilafah Islam itu hanya ada pada masa Khulafaur Rasyidin. Setelah masa itu yang terjadi adalah sistem kerajaan. Menurutnya khilafah beda dengan kerajaan.
Konsep Maududi seperti Hasan al Bana. Dan terakhir tokoh Masyumi Mohammad Natsir yang mendukung sistem khilafah Turki Utsmani. Konsep Natsir atau tokoh Masyumi tentang negara mirip Maududi dan Hasan al Banna.
Akal : Jadi mereka yang menentang ide khilafah, dunia Islam bersatu, negara Islami atau negara Islam itu satu kubu?
Budi : Ya. Bila dia Muslim, maka pikirannya telah terpengaruh oleh orientalis atau cendekiawan non Islam. Logikanya kan sudah saya sebutkan tadi. Individu Islam yang baik tentu menginginkan keluarga Islam, menginginkan masyarakat Islam dan selanjutnya menginginkan negeri Islam dan tentu menginginkan dunia Islam bersatu. Islam itu satu lho di dunia. Dasarnya adalah Al Quran, Sunnah dan Ijtihad ulama yang shaleh. Gak ada Islam Indonesia, Islam Arab atau Islam Eropa. Yang ada Muslim Eropa, Muslim Indonesia. Beda lho Islam dengan Muslim.
Akal : Ya betul juga Bud. Seperti kata mantan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic ‘Islam is the best, but Muslim not’. Itu kritik buat umat Islam sendiri.
Budi : Makanya kalau kita kembali kepada konsep khalifah fil ard, itu kan tugasnya memakmurkan bumi. Bukan seperti Iblis yang tujuannya ingin merusak bumi, merusak manusia untuk diajak bersama-sama ke neraka. Jadi mereka yang mengusung khalifah, khilafah, negera Islami itu harus kita temani dan kita bela bila dizalimi penguasa.
Akal : Kamu bela HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dong..
Budi : Iya dong. Mereka itu kawan kita. Mereka kan punya gagasan yang bagus membuat dunia Islami, kok kita tentang gimana logikanya. Mereka kan aksi-aksinya juga tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Kenapa pemerintah melarang? Kalau pemerintah melarang HTI kan harusnya melarang juga agama Katolik. Katolik kan sudah punya khalifah di Vatikan he he he…
Akal : Ya pemerintah melarang, khawatir negeri ini nanti menjadi Islami, dunia ini menjadi Islami. Saya kita ini ada konspirasi besar atau master mind-nya negara besar Bud. Bukan dari Indonesia.
Budi : Ya sih. Saya lihat begitu. Bukan tidak mungkin ide pelarangan HTI ini datang dari Amerika dan merupakan kelanjutan dari War on Terror.
Akal : Ya mungkin saja. Amerika kan polisi dunia. Dan telah campur tangan negeri ini sejak kita merdeka he he
Budi : Tapi gini. Meski kita dukung HTI, kita harus menghargai jasa-jasa besar tokoh-tokoh Masyumi ketika masa kemerdekaan. Dimana mereka berjuang mati-matian agar negeri ini menjadi Islami. Kalau kita lihat asas Masyumi itu hebat lho. Masyumi ingin negeri ini menjadi Islami dan hukum-hukum yang ditegakkan negeri ini adalah hukum Islam. Dengan jalan konstitusional. Dan meski mereka dibubarkan, tapi kan Islamisasi yang dilakukan mereka dampaknya kita rasakan sekarang. Coba sekarang ini banyak yang jilbab, sekolah-sekolah Islam membludak dan seterusnya ini kan hasil dari perjuangan bapak-bapak Masyumi dulu..
Akal : Betul Bud. Perjuangan Islam itu sambung menyambung. Kita melanjutkan perjuangan dari tokoh-tokoh Masyumi dulu. Tokoh-tokoh Masyumi dari Wali Songo dan Wali Songo dari Makkah-Madinah, jantungnya Islam, dimana dulu Rasulullah saw memulai dakwahnya.
Budi : Makanya kita niatkan jadi wartawan ini untuk berdakwah, untuk berjihad menegakkan Islam, risalah yang mulia ini dimanapun kita berada. Jangan nulis doang. Bagusnya wartawan itu selain pintar nulis itu pintar juga ngomong atau pidato he he…
Akal : Wartawan itu kan manusia, kalau punya kemampuan ngomong nanti tersaingi dong para dai he he…Ya kita fastabiqul khairat aja. Apa yang Allah berikan kepada kita, kita gunakan sebaik-baiknya. Yang penting dakwah ini tersebar luas baik lewat tulisan maupun lisan. Karena dakwah ini kan wajib baik bagi wartawan, guru, presiden, menteri, gubernur, tukang becak, artis dan lain-lain. Berdakwah tidak harus di panggung, dakwah bisa dilakukan juga sambil ngobrol di warung kopi, berduaan dengan teman dan seterusnya.
Budi : Kapan ya Pengadilan Tata Usaha Negara untuk HTI dimulai lagi? Pingin liput nih..
Akal : Itu di pojok masjid ada anak HTI. Yuk kita tanya dan ajak ngobrol…. II
Izzadina