KETELADANAN AKHLAK MULIA: KUNCI SUKSES PETA PENDIDIKAN INDONESIA 2025-2045

by

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Pada 10 Oktober 2024, antaranews.com, dan banyak media nasional lainnya, menyiarkan berita, bahwa Bappenas meluncurkan Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045.”  Dikabarkan, bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045, sebagai bagian dari implementasi Visi Indonesia Emas 2045 di Jakarta, (Kamis 10/10/2024).

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan, bahwa peta jalan ini merupakan komitmen pemerintah untuk memberikan acuan strategis bagi kementerian/lembaga/daerah, serta pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
“Indonesia terus berupaya meningkatkan pendidikan berkualitas yang merata melalui perluasan akses pendidikan berkeadilan, peningkatan mutu pendidikan yang holistik dan kontekstual, peningkatan relevansi pendidikan dengan tujuan pembangunan nasional, serta peningkatan tata kelola pendidikan yang partisipatif,” ujar Menteri Suharso di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis.
Suharso memaparkan bahwa pemerintah berupaya mengakselerasi partisipasi pendidikan berkualitas dan berkeadilan dengan mendorong percepatan Wajib Belajar 13 Tahun, 1 tahun pendidikan prasekolah dan 12 tahun pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta efektivitas pengalokasian dan pemanfaatan 20 persen anggaran pendidikan.
Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 merupakan hasil kolaborasi Kementerian PPN/ Bappenas dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama (Kemenag), dan mitra pembangunan, seperti Department of Foreign Affairs and Trade Australia melalui Program Inovasi dan Tanoto Foundation.
Suharso menyampaikan apresiasinya untuk semua tim yang telah mensinkronkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2025-2045 dengan Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045.
“Ini menjadi pedoman Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029 yang akan diturunkan menjadi rencana kerja pemerintah, semoga program pendidikan benar-benar menjadi prioritas untuk menjemput Indonesia Emas 2045,” ujar Suharso.
Sejalan dengan itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi pembangunan Indonesia.
“Pendidikan mampu mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, berbudi pekerti baik, unggul, dan berdaya saing sebagai landasan membentuk masyarakat yang demokratis dan berkeadaban”, ujar Amich. (https://www.antaranews.com/berita/4389790/bappenas-luncurkan-peta-jalan-pendidikan-indonesia-2025-2045).

 

*****

Kita tentu menyambut baik dan memberikan apresiasi terhadap Bappenas yang telah meluncurkan secara resmi Peta Jalan Pendidikan Nasional 2025-2045. Peta jalan itu penting, agar kita tidak salah jalan. Tetapi, Peta Jalan itu sendiri juga harus benar, agar sampai kepada tujuan. Jika petanya salah, maka jalannya juga akan salah. Apalagi, jika tujuannya salah. Maka, tidak akan sampai pada tujuan yang sebenarnya.

Kita simak dengan cermat ungkapan petinggi Bappenas Amich Alhumami: “Pendidikan mampu mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, berbudi pekerti baik, unggul, dan berdaya saing sebagai landasan membentuk masyarakat yang demokratis dan berkeadaban.”

            Ungkapan Amich Alhumami itu sangat tepat! Karena itu, kita harus memastikan, bahwa konsep-konsep pendidikan yang dirumuskan dan diterapkan di sekolah/madrasah/pesantren, benar-benar mengarahkan para peserta didik menjadi anak-anak yang berakhlak mulia.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya,” begitu pesan Rasulullah saw.

Masalahnya, selama ini, aspek “akhlak mulia” belum dijadikan sebagai standar kompetensi kelulusan yang utama. Harusnya, tes masuk Perguruan Tinggi yang terpenting adalah tes akhlak.

Imam al-Ghazali menjelaskan definisi akhlak sebagai “jiwa yang kokoh yang melahirkan perbuatan tanpa dipikir.” Akhlak adalah refleksi jiwa. Jiwa yang bersih akan melahirkan akhlak mulia. Jiwa yang kotor akan melahirkan akhlak tercela.

Jadi, program pendidikan terpenting – agar tercapai akhlak mulia – adalah program “pensucian jiwa” (tazkiyatun nafs). Jiwa harus dibersihkan dari penyakit-penyakit yang merusak, seperti: cinta dunia, pendusta, malas, lemah, sombong, dengki, penakut, dan sebagainya.

Allah sudah menjamin, siapa pun yang berhasil membersihkan jiwanya pasti akan sukses, dan yang mengotori jiwanya pasti akan hancur. (QS al-Syams: 9-10).

Metode pendidikan akhlak yang terbaik adalah dengan “keteladanan”. Jadi, jika ingin pendidikan kita sukses melahirkan manusia-manusia hebat – yang berakhlak mulia – para pemimpin dan pejabat kita wajib menjadi contoh bagi rakyatnya. Begitu juga, para rektor, dosen, kepala sekolah, guru, pun wajib menjadi contoh dalam pendidikan akhlak mulia bagi para mahasiswanya. Mereka harus jujur, tidak serakah jabatan, bijak, rendah hati, pekerja keras, dan pemberani.

Semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan perlindungan kepada para pemimpin kita, baik para umara maupun ulamanya. Amin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *