Terjadi kenaikan harga pangan menjelang libur pergantian tahun. Kinerja Satgas Pangan menurun bila dibanding saat Lebaran. Perlu upaya lebih luas menanggulangi kenaikan harga pangan di saat-saat kebutuhan meningkat.
Wartapilihan.com, Jakarta –-Di antara kabar positif tentang kuatnya Indeks Harga Saham Gabungan yang tembus di level Rp 6.355, juga terbentuknya satu harga bahan bakar di beberapa tempat, dan janji pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik dan BBM, ternyata ada kabar kurang baik yang memicu kesulitan di masyaraat.
Menyambut tahun baru kali ini, kita kembali dihadapkan oleh masalah kenaikan beberapa harga komoditas pangan. Sebelumnya, pemerintah memang berhasil mengendalikan kenaikan harga menjelang lebaran beberapa waktu lalu. Namun, kali ini, pengendalian harga di libur panjang antara Natal dan Tahun Baru sedikit terlupakan.
Dari berbagai pantauan media, harga telur, beras, hingga cabai, mulai merangkak naik menjelang tutup tahun. Harga telur ayam ras di wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan, misalnya sudah bertengger di harga Rp 25.000 hingga 26.000 per kilogram.
Bila ditengok dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) harga rata-rata telur ayam ras secara nasional memang telah mencapai Rp 25.300 per kilogram, harga tertinggi ada di wilayah Papua Rp 37.100 per kilogram, dan terendah di wilayah Sumatera Utara Rp 18.150 per kilogram.
Sedangkan, harga rata-rata harga telur ayam di Jakarta mencapai Rp 25.650 per kilogram. Artinya, secara nasional harga telur ayam ras telah melewati harga acuan telur yang ditetapkan Kementerian Perdagangan, yakni Rp 22.000 per kilogram.
Tak hanya telur, komoditas beras pun juga terpantau mengalami kenaikan harga. Beberapa pedagang beras di Bekasi menyebutkan, kenaikan harga terjadi pada hampir semua jenis beras. Meskipun kenaikannya tidak terlalu signifikan.
Harga beras premium kualitas satu, saat ini mencapai Rp 11.600 per kg untuk pembelian karungan dengan kapasitas karung 25 kg beras, kualitas dua seharga Rp 11.400 per kg dan kualitas tiga senilai Rp 11 ribu per kg.
Sedangkan beras medium kualitas satu saat ini seharga Rp 10.600 per kg, kualitas dua Rp 10.200 per kg dan kualitas tiga Rp 10 ribu per kg. Saat awal Desember lalu, harga beras premium kualitas satu masih di kisaran Rp 10 ribu per kg. dan beras medium kualitas satu masih Rp 9.400 per kg.
Kenaikan harga beras ditengarai karena faktor musim hujan yang memengaruhi berkurangnya pasokan beras. Meski begitu, kenaikan juga diprediksi akan terus meningkat selama masih musim hujan dan juga pasca perayaan tahun baru.
Selain harga telur ayam dan beras, giliran cabai yang harganya mulai merangkak, baik cabai merah maupun cabai rawit. Menurut pedagang di Medan, harga cabai merah saat ini dijual sekitar Rp 44 ribu per kg. Sebelumnya, hanya mencapai Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribuan per kg.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui terjadi kenaikan harga bahan pangan jelang akhir tahun. Namun ia menegaskan, sebagian besar harga pangan di pasaran tetap normal meski terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Pemerintah, menurut Darmin, sedang mengkaji kebijakan yang perlu diambil. Seperti perlunya menambah bantuan beras untuk warga kurang sejahtera. Namun ia menambahkan, pasokan beras masih aman pada akhir tahun. Hal itu berdasarkan pantauan pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang, meski mengalami sedikit penurunan dari normalnya tapi masih di atas 3.000 ton sehari.
Berkaca dari apa yang terjadi di akhir tahun ini, bisa disimpulkan, pemerintah tidak mempersiapkan penanganan harga pangan di saat libur panjang pergantian tahun. Karenanya pemerintah perlu mengintensifkan kerja satgas pangan.
Bisa dibilang kinerja satgas pangan cenderung menurun dibanding saat lebaran lalu. Selain itu Juga perlu adanya operasi pasar intensif bila harga-harga naik terllau tinggi.
Selain mendorong kerja Satgas Pangan, pemerintah juga perlu memerhatikan ketersediaan pasokan bahan pokok yang memang punya peran penting dalam memastikan agar harga bahan pokok tidak tinggi. Perlu ada tambahan pasokan. Terutama produk yang sensitif pada perubahan cuaca.
Dari apa yang sudah dilakukan ini, upaya pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga pangan di Indonesia memang belum tuntas dilakukan. Sehingga perlu upaya yang lebih masif dan terstruktur dan melibatkan seluruh pihak, agar gejolak harga pangan tidak terjadi di waktu-waktu saat kebutuhan masyarakat naik.
Dari semua penanganan yang ada, hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya aturan maupun harga acuan yang diikuti oleh seluruh pelaku usaha, serta kepastian pasokan, meski ada gangguan cuaca buruk maupun hal lain yang bisa membuat distribusi terganggu.
Rizky Serati