Banyak buku dan penulis yang telah menulis kebohongan-kebohongan propaganda Yahudi Israel atas Palestina. Berikut ini diantaranya yang penting.
Wartapilihan.com, Jakarta — “Palestina menjadi negeri yang bermayoritas penduduk Arab dan Islam pada akhir abad ke 7 Masehi. Nyaris serentak dengan itu batas-batas dan karakteristiknya –termasuk namanya yang berbahasa Arab, yakni Filistin- menjadi dikenal di seluruh dunia Islam, sebagaimana kesuburan dan keindahannya serta signifikansi religiusnya…Pada tahun 1516, Palestina menjadi sebuah provinsi Imperium Ottoman, tapi hal ini tak membatnya kurang subur, kurang Arab atau kurang Islam…
Enam puluh persen penduduknya hidup dari pertanian, sisanya terbagi seimbang antara orang kota dan kelompok nomad yang relative kecil. Semua penduduk ini meyakini bahwa diri mereka adalah warga negeri yang disebut Palestina, meski mereka merasa bahwa mereka juga bagian dari sebuah bangsa besar Arab…
Kendati berlangsung kedatangan rutin para kolonis Yahudi di Palestina setelah 1882, penting diingat bahwa baru beberapa pekan sebelum pembentukan negara Israel pada musim semi 1948 di sana terdapat bangsa lain selain mayoritas besar bangsa Arab. Sebagai perbandingan, penduduk Yahudi pada tahun 1931 adalah 174.606 orang dari total penduduk sebesar 1.033.314 jiwa.” (Edward Said, The Question of Palestine)
“Mereka (Yahudi) terbiasa hidup di negeri Diaspora dan tiba-tiba mereka mendapati diri mereka merdeka (di Palestina) dan perubahan ini telah membangkitkan dalam diri mereka suatu kecenderungan pada despotism. Mereka memperlakukan orang-orang Arab dengan sikap permusuhan dan kejam, mencerabut orang Arab dari hak-haknya, menyerang mereka tanpa sebab, dan bahkan membanggakan perbuatan-perbuatan ini, dan tak seorangpun diantara kita yang menentang sikap yang merusak dan berbahaya ini.” (Penulis Zionis Ahmad Haam, dikutip dalam Sami Hadawi, Bitter Harvest).
“Palestina adalah milik bangsa Arab dalam makna yang serupa dengan negeri Inggris adalah milik bangsa Inggris atau negeri Perancis milik bangsa Perancis…Apa yang sedang terjadi di Palestina sekarang ini tidak dapat dibenarkan oleh semua prinsip moral apapun…Kalaupun mereka (Yahudi) harus memandang wilayah Palestina sebagai tanah air mereka, adalah salah untuk memasukinya di bawah bayang-bayang senjata Inggris. Sebuah tindakan religious tidak dapat dilakukan dengan bantuan bayonet atau bom. Mereka bisa bermukim di Palestina semata-mata berkat kebaikan orang Arab…
Kenyataannya mereka merupakan pelaku-peserta bersama orang-orang Inggris dalam mengacau sebuah bangsa yang tak pernah berbuat salah kepada mereka. Saya bukannya membela ekses-ekses yang dilakukan orang Arab. Saya berharap mereka memilih cara non kekerasan dalam memperjuangkan apa yang secara sah mereka anggap sebagai ketidakadilan yang tak dapat diterima atas negeri mereka.Tetapi menurut hukum-hukum yang diakui tentang benar dan salah, perlawanan orang Arab dalam berhadapan dengan rintangan-rintangan yang luar biasa itu tak dapat disalahkan.” (Mahatma Gandhi, A Land of Two Peoples, ed. Mendes Flohr).
“Saya mohon maaf, Tuan-Tuan, tapi saya harus memberikan jawaban kepada ratusan ribu orang yang sangat menginginkan keberhasilan Zionisme. Saya tidak punya ratusan ribu orang Arab diantara konstituen saya.” (Presiden AS Harry Truman, dikutip dalam Anti Zionism, ed. Tekiner, Abed Rabbo dan Mezvinsky)
“Sepanjang hari pada 9 April 1948, serdadu-serdadu Orgun dan Lehi melakukan pembantaian dengan cara yang tenang dan terencana..Para penyerang itu membariskan para pria, wanita dan anak-anak di sepanjang dinding, lalu menembak mereka…Kekejian serangan atas desa Deir Yassin itu mengguncang perasaan orang Yahudi dan juga opini dunia, memunculkan ketakutan dan panic di kalangan penduduk Arab Palestina dan membuat warga sipil tak bersenjata meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke pelosok negeri.” (Pengarang Israel, Simha Flapan, The Birth of Israel)
“Pada 1948, orang Yahudi bukan hanya mempu mempertahankan diri, tapi juga melakukan penyiksaan-penyiksaan massif. Malah menurut mantan Direktur Arsip tentara Israel,’ di hampir semua desa Arab yang kami duduki selama Perang Kemerdekaan, tindakan-tindakan yang dilakukan dapat digolongkan sebagai kejahatan perang, seperti pembunuhan, pembantaian massal dan perkosaan’…Uri Milstein pakar ternama sejarah militer Israel tentang Perang 1948, melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa setiap penyerangan berakhir dengan pembantaian massal terhadap warga Arab.” (Norman Finkelstein, Image and Reality of the Israel Palestine Conflict)
“Tentara-tentara negara Arab masuk ke kancah perang segera setelah Negara Israel didirikan pada bulan Mei (1948). Pertempuran berlanjut, hampir semua negara di kawasan itu mendukung negara Palestina…Sekitar 700.000 orang Palestina pergi atau terusir dalam konflik 1948 itu.” (Noam Chomsky, The Fateful Triangle).
“Keputusan Presiden (AS) merupakan langkah penting menuju perdamaian, karena tidak ada perdamaian yang tidak memasukkan Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel. Saya berbagi komitmen dengan Presiden Trump untuk memajukan perdamaian antara Israel dan semua tetangga kami, termasuk warga Palestina.” (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Desember 2017)
“Pemerintah Jerman tidak mendukung keputusan ini, karena status Yerusalem akan dinegosiasikan dalam kerangka solusi dua negara.” (Kanselir Jerman Angela Merkel, Desember 2017)
“Keputusan sepihak seperti itu melanggar resolusi internasional dan tidak akan mengubah status hukum kota Yerusalem, karena berada di bawah pendudukan.” (Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, Desember 2017). II
Izzadina