Founding Father Partai Masyumi sekaligus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Mohammad Natsir mengatakan, “Islam berekonomi, akan diawasi. Islam berpolitik, akan dicabut sampai ke akar-akarnya”.
Wartapilihan.com, Cirebon –Dede Muharam adalah seorang yang sangat mencintai pendidikan. Seorang yang beragama dan berakhlakul karimah. Sedari kecil Dede Muharam sudah belajar agama di pesantren Jagasatru sebagai siswa Madrasah Ibtidaiyah Annur (KH Mahfud Bakri salah satu gurunya), dan sebagai ‘santri kalong’ di pesantren Jagasatru karena rumahnya terletak tidak jauh dari pesantren tersebut. Disebut sebagai santri kalong karena Dede Muharam tidak tercatat sebagai santri tapi ikut belajar di pesantren tersebut di malam hari.
Pindah ke Jakarta mengikuti nasehat orangtua agar hidup merantau di rumah keluarga dari ibunda tercinta, Dede Muharam dibimbing mengaji di Rawa Bangke/Rawa Bunga (skr Jatinegara) oleh KH. Abdurrahman Sayuti (Kyai Betawi terkenal sekaligus Tokoh NU DKI Jakarta). Sebab dengan merantau pasti dapat banyak kelebihan, pengalaman dan wawasan lebih luas disamping kemandirian sejak dini.
Dede Muharam adalah seorang yang aktif dinamis. Terbukti semasa menjalani pendidikan di SMA Negeri 50 Jakarta, hari-harinya selalu diisi kegiatan yang positif. Diantaranya aktif memimpin berbagai kegiatan di OSIS, aktif di Paskibraka Jakarta Timur dan menjadi terbaik ke-2 Se-DKI Jakarta bidang Patroli Keamanan Sekolah( PKS) angkatan ke-1.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 50 Jakarta, Dede Muharam melanjutkan studi Islam dengan mondok di Pesantren Daarunnajah. Sepondok dengan KH. Arifin Ilham. Kesempatan yang tidak didapat dari seluruh santri Darunnajah yaitu, selama mondok di pesantren tersebut, Dede Muharam tinggal di kediaman pribadi Kyai Mahrus Amin.
Setelah menyelesaikan pendalaman ilmu agama di Darunnajah, Kyai Mahrus Amin mendorong agar Dede Muharam melanjutkan studi ke Mesir. Atas jasa Kyai Mahrus Amin lah akhirnya Dede Muharam dapat menimba ilmu di Al Azhar Univercity Cairo selama 6 tahun.
Setelah kembali ke Indonesia dari menuntut ilmu di Mesir, Dede Muharam kembali dididik dan dibimbing oleh seorang Guru Mulia yaitu Al Habib Muhammad bin Yahya (dikenal dengan panggilan Kang Ayip). Saat itu Dede Muharam mulai mengikuti aktifitas dakwah sang Kyai sampai dijadikan sekretaris MUI Kota Cirebon, sekretaris FKUB (Forum Kerukunan Ummat Beragama), Ketua 1 Pengurus Islamic Centre Kota Cirebon.
Dari berbagai kegiatan dakwah dan kemasyarakatan dalam mendampingi Sang Guru, tidak jarang Dede Muharam ditugasi mengisi pengajian atau menggantikan Kang Ayip dalam kegiatan dakwah di tengah masyarakat.
Walaupun disibukkan dengan berbagai macam aktifitas bisnis, Dede Muharam tetap meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu di tengah-tengah masyarakat dengan mengisi kajian di beberapa Mesjid, majelis taklim, dan beberapa instansi pemerintahan yang terdapat di kota dan Kabupaten Cirebon.
Berbagai macam aktifitas tersebut tidak mengganggu kegiatan bisnisnya. Dimana saat ini jamaah salam tour sudah mencapai 8.000 orang jamaah yang tersebar di wilayah Cirebon dan Jakarta.
Kunjungan Dede Muharam ke berbagai negara baik di negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur, negara-negara Asia, dan berbagai negara di Timur Tengah menjadikan wawasan yang semakin kaya dan tentunya networking yang semakin luas dan banyak.
Diharapkan, dengan majunya Dede Muharam sebagai calon walikota Cirebon 2018-2023 mampu mengembalikan Cirebon sebagai kota wali. Kota yg berpenduduk mayoritas muslim, kota religius yang menghargai keberagaman, itu.
Berikut kutipan wawancara wartawan Wartapilihan.com Ahmad Zuhdi saat berkunjung ke Kota Cirebon, Senin(30/10) siang.
Petikannya:
Bagaimana Ustaz melakukan vote getter?
Alhamdulillah, sejak dulu tahun 2001 kita bersama beberapa tokoh sudah berkecimpung di dalam kegiatan dakwah. Sehingga networking itu tetap terbina, bahkan kemarin, Ahad (29/10), di suatu komunitas daerah ketika saya akan sosialisasi di sana berbalik seratus delapan puluh derajat. Ketua RW disana ketika beberapa tahun silam menjadi Ketua PKK menceritakan, saya menolak menerima amplop ketika mengisi kajian. Dan itu penilaian mereka sangat baik, di tengah maraknya orang yang mudah menerima amplop.
Semua perjalanan kami lakukan dari nol. Sebab, dakwah itu kewajiban, bukan hak. Kalau kewajiban berarti memberi, sedangkan hak menerima. Makanya saya membuat Pesantren gratis ditopang dengan dana usaha. Agar kelak nanti santrinya mengamalkan Al yadul ulya khayrun minaal yadi sufla (tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah).
Kemudian ketika berkunjung ke suatu sekolah, kami mendatangi kepala sekolah dan menceritakan bagaimana pemberantasan korupsi. Saat itu, Cirebon memiliki proyek Block Green dan memberikan upeti kepada sekolah-sekolah, hanya dua sekolah saja yang tidak menerima upeti tersebut. Saya dengan Santa Maria. Pun demikian ketika kita melakukan bisnis dalam pelayanan umroh, laundry dan paspor kita tidak berani melakukan manipulasi. Sebab, bukan hanya dalam bisnis saja, politik pun juga ada celah celah seperti itu. Apabila kita tidak hati-hati, bisa tergelincir.
Kami terus istiqamah sampai Allah memberikan yang terbaik untuk saya dan kita semua. Walaupun memang orang mengatakan dalam politik Itu kejam, susah dan kotor karena harus ada uang mahar dan lain sebagainya, tapi paling tidak kita dapat meminimalisir hal-hal itu terjadi.
Bagaimana pendekatan Ustaz kepada umat?
Kita terus melakukan pendekatan, walaupun saya tidak melakukan pendekatan transaksional (bagi-bagi uang). Yang bersama saya adalah orang-orang komitmen, mereka juga sibuk dengan kegiatan dan aktivitasnya. Tetapi saya tidak mau menyerah, saya terus melakukan pendekatan, salah satunya pendekatan dengan hati.
Beda dulu ketika saya bukan yang maju, teman saya maju, dalam khotbah saya selalu menyampaikan tentang kepemimpinan. Khotbah-khotbah saya selalu menyampaikan pilih pemimpin yang jelas nasabnya, agamanya dan keberpihakannya.
Sekarang, paling saya berbicara tentang Istiqomah. Saya bicara pemimpin di Turki Khalifah Abdul Hamid, bagaimana komitmen beliau dalam perjuangan membela Islam. Sebetulnya potensi kita besar. Seperti Antum melihat baliho besar dengan taksiran biaya mecapai 30 juta, 50 juta, bahkan lebih. Saya tidak bayar.
Apa isu sentral yang sedang dan akan dibangun?
Kita mengusung tema religius, modern dan sejahtera. Tidak perlu kita membuat icon seperti di beberapa daerah, misalkan ada kursi raksasa, patung yang sangat menjulang, ikan besar, katak, dan lain sebagainya. Monumen kita sudah ada di sini, kemudian masjid-masjid bersejarah itu kita dorong lagi untuk dilakukan revitalisasi dan orang masuk Keraton seperti masuk mall.
Kalaupun tidak ada APBD kita cari dari sumber lain. Yang paling penting kepemimpinan harus memiliki good will mensupport situs-situs Kraton. Religius itu bukan hanya transendental, tetapi juga melakukan hubungan vertikal seperti bisnis yang di support dengan sistem syariah.
Bagaimana konsep modern menurut Ustaz?
Pertama, pendidikan. Kami membangun sekolah dengan dana swadaya dan menjadikan sekolah itu taraf nasional bahkan internasional. Cirebon Selatan ini merupakan salah satu daerah tertinggal, tetapi bagaimana dari segi pendidikan kita bisa maju dari daerah-daerah lain.
Kedua, IT (informasi dan teknologi). Saya sendiri nyaman usaha kami terbantu dengan IT, termasuk kampanye melalui media sosial. Keterbatasan dana tidak membuat kita berhenti, tetapi bagaimana melakukan inovasi salah satunya memanfaatkan modernisasi IT. Tempat yang menjadi public area dapat kita pasang Wifi, tentunya dengan protect agar tidak dapat mengakses konten negatif.
Ketiga, perdagangan. Kalau di Jakarta ada Inakraf, buyer-buyer dari luar negeri -Timur Tengah dan Italia- kita bawa kesini.
Keempat, APBD. Dana-dana APBD dapat kita bayangkan di beberapa titik melalui papan informasi agar transparansi dan masyarakat bisa mengontrol, termasuk birokrasi yang panjang dapat kita pangkas supaya efisien.
Kelima, pemanfaatan sampah. Kemarin kita dengan Kadin DKI Jakarta 19 orang berangkat ke Singapura, mengikuti pameran pengelolaan sampah dilakukan secara modern dengan melakukan teknologi.