Jokowi = Negara?

by
foto:istimewa

Oleh: M Rizal Fadillah

Raja Louis XIV pernah menyatakan “l’etat cest moi”–negara adalah saya. Jokowi memviralkan dirinya lewat ujaran “saya Pancasila, saya Indonesia”. Meski pasti konteksnya berbeda tapi irisannya ada. Bawaan seorang Kepala Negara yang sadar atau tidak sering merasa dan menyamakan dirinya dengan Negara.

Wartapilihan.com, Jakarta —Kini Jokowi berkompetisi untuk menjadikan dirinya sebagai Presiden kembali. Lawannya Prabowo. Hanya dengan tidak mundur sebagai Presiden, maka statusnya menjadi aneh dan dipastikan akan berat sebelah. Di satu sisi sebagai kontestan yang harus sama hak dan kewajibannya, di lain pihak ia adalah Kepala Negara. Sungguh banyak atribut yang bisa dipasang. Banyak pola yang bisa disiasati. Banyak peran pula yang bisa ditampilkan. Banyak disain dibuat. Bisa banyak muka juga. Ujungnya pertarungan dibuat tak seimbang, tidak fair, tak adil.

Juru kampanye dari artis, pejabat, hingga ulama. Presiden IMF pun bisa dijadikan juru kampanye berbiaya mahal. Meski kutipan pidato ‘Game of Thrones’ dipuji tapi setelah dibongkar nyatanya itu adalah serial yang memalukan. Presiden mengangkat dan membanggakan film yang mengandung kekerasan, gay, lesbian, incest, dan kepornoan lainnya. Mengertikah ia apa yang dibacanya.

Prabowo tidak sedang berkompetisi melawan Jokowi tapi dengan Negara. Bukan makna subversi melainkan di bawah bendera Konstitusi. Seluruh elemen negara, baik kabinet, gubernur dan kepala daerah kabupaten/kota, sampai aparat penegak hukum sepanjang ‘di bawah kendali Presiden’ dapat digerakkan untuk kepentingan pemenangan. Belum lagi mayoritas mass media, lembaga survey, pengusaha, dan pimpinan perguruan tinggi. Maka tak aneh jika kandidat Presiden dan Wakil Presiden tidak boleh masuk kampus kecuali Jokowi, sang Bapak Presiden.

Sebagaimana Ahok yang didukung penuh “negara” kini Jokowi pun sama. Ahok rontok oleh kekuatan umat. Karena sompral memainkan ayat qur’an. Berpolitik dengan bermain-main. Jokowi ikut juga konstelasi berpolitik dengan bermain-main. Main harga, main janji-janji, main kriminalisasi, main ratna petak umpet, dan terakhir main perebutan kekuasaan primitif ‘game of thrones’. Bermain di aras domestik dan dunia.

Tagar Ganti Presiden kini terkristal pada pilihan Prabowo-Sandiaga Uno. Namun yaitu tadi pertarungan dalam posisi tak berimbang. Negara tidak menjadi wasit, ia dilibatkan sebagai pemain. Meskipun demikian, pengalaman menjadi bukti bahwa kekuatan hati nurani, iman, dan suara perjuangan keadilan dan kebenaran akan membuat kejutan. Mengalahkan ‘saya’ harus dengan ‘kita’ mengalahkan keangkuhan dengan kelembutan dan kesabaran, mengalahkan hoaks dengan kejujuran, dan akhirnya mengalahkan keangkaramurkaan dengan kekuatan Allah robbul ‘izzati dan orang-orang beriman. Ragu adalah kelemahan, yakin merupakan kekuatan. Insya Allah menang..!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *