Selain football, kebanyakan orang Amerika Serikat memilih Basket sebagai olahraga favorit. Olahraga yang ditemukan oleh James Naismith ini banyak diminati di negeri Paman Sam tersebut dan menjadi suatu kebanggaan serta meningkatkan derajat sosial seseorang apabila ia dapat bermain Basket dengan baik.
Wartapilihan.com, Depok– Dalam dunia basket, setidaknya ada tiga tokoh muslim yang terkenal dalam dunia Basket, lebih tepatnya dalam liga Basket kelas dunia, NBA. Nama-nama tersebut adalah Kareem Abdul-Jabbar, Hakeem Olajuwon, dan Mahmoud Abdul-Rauf. Ketiganya adalah pemain yang hebat dalam sejarah NBA dan memiliki cerita serta ciri khas masing-masing.
Pada tulisan bagian pertama ini, akan kita bahas Kareem Abdul-Jabbar
Kareem Abdul-Jabbar atau yang sebelumnya bernama Ferdinand Lewis Alcindor Jr. lahir pada 16 April 1947 di kota New York. Ia mulai terkenal sejak SMA di Power Memorial, yang mana ia membantu SMA-nya memenangkan 71 pertandingan berturut-turut. Dari sana, saat sudah kuliah, ia bermain untuk UCLA Bruins di bawah asuhan pelatih John Wooden. Di UCLA, nama Alcindor makin melambung. Karena selama tiga tahun di sana, ia memenangkan 88 pertandingan dan hanya kalah dalam 2 pertandingan. Alcindor juga membuat namanya makin terkenal, lantaran NCAA—Institusi Operator Liga Mahasiswa di Amerika—melarang slam dunk yang menjadi andalan Alcindor. Konon pada masa itu, belum banyak yang bisa teknik slam dunk, sehingga Alcindor diprotes pemain-pemain lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, Alcindor menciptakan sebuah teknik yang diberi nama skyhook. Skyhook selanjutnya akan melekat dengan nama Alcindor dan menjadi signature skill-nya.
Ketika usianya menginjak 22 tahun, pada tahun 1969, Alcindor masuk ke NBA dan dipilih oleh klub asal Wisconsin, yaitu Milwaukee Bucks yang baru berusia dua tahun di liga. Ia mengangkat Bucks masuk ke babak playoff. Ia menempati peringkat kedua dalam poin (28.8 point per game) dan peringkat ketiga dalam rebound (14.5 rebound per game), serta menyabet gelar Rookie of the Year.
Pada tahun berikutnya, setelah Bucks mendapatkan pemain All-Star Oscar Robertson, baru Alcindor mendapat: gelar MVP, juara, dan Finals MVP. Setelah mendapat gelar juara, ia merubah namanya menjadi Kareem Abdul-Jabbar.
Abdul-Jabbar pindah ke Los Angeles Lakers tahun 1975, dimana ia memenangkan 5 gelar MVP, 5 gelar juara, dan satu gelar Finals MVP lagi sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1989. Ia menutup karirnya pula sebagai pencetak skor terbanyak di NBA—sebuah rekor yang masih bertahan sampai saat ini—dengan torehan poin sejumlah 38.387 poin untuk musim regular dan 5.672 poin untuk babak playoff.
Disamping kehebatan di dalam lapangan (on-court), Abdul-Jabbar juga memiliki kehebatan di luar lapangan (off-court). Kareem Abdul-Jabbar setelah pensiun di tahun 1989, ia sering menemani pelatihnya waktu di UCLA, John Wooden hingga akhirnya Wooden tutup usia pada tahun 2010. Penghormatan ini bukan tanpa sebab. Karena ketika Abdul-Jabbar masuk Islam, Wooden adalah salah satu yang mendukungnya, walau ia sendiri adalah seorang Kristen. John Wooden juga pernah membela Kareem Abdul-Jabbar ketika muridnya menolak untuk mewakili Amerika Serikat pada perhelatan Olimpiade 1968 karena ketidakadilan yang ia terima di negerinya. Beliau bahkan menulis surat sendiri untuk fans yang kecewa dengan keputusan Abdul-Jabbar.
“Coach had defended me by explaining the kinds of racial slurs that were commonly used against me, and why I may have felt less than enthusiastic in representing my country in those tumultuous times,” Abdul-Jabbar recalled (“Pelatih membelaku dengan menjelaskan hinaan rasis yang sering dilontarkan padaku, dan mengapa Aku merasa kurang bergairah dalam mewakili negaraku dalam situasi hiruk-pikuk begitu,” kenang Abdul-Jabbar).
Untuk mengenang pelatihnya tersebut ia menulis buku yang diberi judul ‘Coach Wooden and Me: Our 50-Year Friendship On and Off the Court’ yang ia terbitkan pada tahun 2017.
Khidmah ini merupakan bentuk terima kasih kepada pelatih yang telah mendidik dirinya menjadi pemain terbaik di dalam maupun luar lapangan. (Bersambung, Hakeem Olajuwon…)
Faris Ranadi (Santri Pristac)