Sebuah keluarga Palestina menjadi target operasi militer Israel. Satu orang syahid dari kejadian tersebut.
Wartapilihan.com, Tepi Barat –-Seorang pria Palestina telah tewas dalam operasi militer selama 10 jam oleh tentara Israel di dekat kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki.
Seorang tentara Palestina dan dua tentara Israel lainnya juga terluka dalam insiden Kamis (18/1) yang berlangsung di Desa Wadi Burqin sebelum fajar.
Media lokal dan sumber-sumber Israel pada awalnya melaporkan bahwa orang yang terbunuh tersebut adalah Ahmad Nasr Jarrar, berusia 22 tahun. Namun, Kementerian Kesehatan Palestina kemudian mengatakan bahwa sepupunya Ahmad Ismail Jarrar, 31 tahun, yang ditembak mati.
Pasukan Israel mengepung rumah Ismail Jarrar berdasarkan informasi intelijen bahwa dia dan beberapa orang lainnya di rumah tersebut telah berpartisipasi dalam pembunuhan seorang pemukim Israel pekan lalu.
Operasi pada malam itu telah membuat banyak orang Palestina marah.
Menurut Wafa, kantor berita resmi Palestina, Jarrar menggunakan senjata otomatis untuk menembak tentara Israel tersebut.
Tentara Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan di Twitter bahwa Jarrar telah menggunakan “senjata buatan sendiri”.
Pasukan Israel menyatakan bahwa Jenin adalah sebuah zona militer tertutup. Operasi skala besar, yang dimulai sekitar pukul 11 malam waktu setempat pada Rabu (17/1) malam dan berlangsung sampai Kamis (18/1) pagi, termasuk keterlibatan pasukan khusus Yamam dan lebih dari 120 kendaraan militer.
Tiga rumah milik keluarga Jarrar dirusak oleh tentara Israel. Pasukan keamanan Palestina mengatakan kepada kantor berita lokal, Makan, bahwa enam orang terluka akibat perusakan tersebut, karena ratusan orang Palestina menghadapi pasukan Israel.
Jarrar adalah orang Palestina kelima yang dibunuh oleh Israel sejak awal 2018. Empat lainnya tewas ketika pasukan Israel menembakkan amunisi langsung saat bentrokan yang terjadi di Tepi Barat yang diduduki Israel dan Jalur Gaza.
Ketegangan di wilayah tersebut telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah keputusan kontroversial Presiden AS Donald Trump untuk memberi nama Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Putusan Trump pada 6 Desember mendorong demonstrasi mematikan di wilayah Palestina yang diduduki dan demonstrasi massa dalam solidaritas dengan orang-orang Palestina di seluruh dunia Muslim.
Hal itu juga disambut dengan kecaman internasional yang meluas, termasuk oleh banyak sekutu AS.
Hamas menuduh Otoritas Palestina membantu pasukan keamanan Israel dalam serangan Kamis (18/1).
Dalam sebuah pernyataan di Facebook, Juru Bicara Hamas, Abdel Latif al-Qanou, mengatakan bahwa operasi semalam di Jenin “tidak mungkin terjadi tanpa berbagi informasi dan koordinasi keamanan yang terkutuk”.
Pejabat Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, mengatakan “peran kriminal koordinasi keamanan (dengan Iisrael) tidak akan berhasil mencegah perlawanan dari keputusan Trump dan melindungi Yerusalem”. Demikian dilaporkan Al Jazeera.
Moedja Adzim