Penerapan berkurban dengan konsep ASIH ini adalah hasil rekomendasi penelitian mahasiswi Jepang.
Wartapilihan.com, Depok — Sabtu 2 September 2017, Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia menerapkan konsep berkurban secara ASIH, yaitu Aman, Sehat, Ihsan, Halal serta Higenis.
Latar belakang pemilihan tema tersebut adalah laporan observasi dokter hewan lulusan Universitas Tokyo yang sedang menjadi visiting student di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI pada tahun 2015. Aki Chan, begitu sapaan akrab mahasiswi asal Jepang tersebut, diminta mengobservasi hewan-hewan kurban karena dinilai dapat memberikan laporan secara objektif. Apalagi negara Jepang sangat menjaga ketat proses pengolahan makanan.
Hasil laporan mahasiswi Jepang ini, proses pemotongan hewan pada Idul Adha di Masjid UI sangat tidak sesuai dengan prosedur higenis dan sanitasi.
Beberapa aspek yang menjadi perhatiannya adalah pencincangan daging yang langsung bersentuhan dengan lantai atau tanah, panitia yang memotong daging tidak memakai peralatan lengkap seperti sarung tangan, dan beberapa hal lainnya.
Untuk memperbaiki hal tersebut, masjid UI akhirnya menerapkan beberapa hal yang mungkin asing pada masyarakat umum saat prosesi Idul Adha.
Diantaranya adalah pemakaian jas laboratorium, penutup kepala, masker dan sarung tangan yang biasanya dipakai di laboratorium. Hal tersebut dipraktikkan agar menjaga daging tetap steril dari kontaminasi bakteri yang mungkin berasal dari orang yang mencacah daging. Selain itu, proses pencincangan daging dilakukan di atas meja dan digantung agar tidak bersentuhan dengan tanah, untuk meminimalisir kontaminasi bakteri yang ada di tanah atau lantai maupun dari kaki panitia yang mungkin bersentuhan dengan daging.
“Penerapan prinsip higenis dan sanitasi merupakan upaya ibadah agar proses pemotongan lebih ihsan,” kata Abdur Rahman, Koordinator Bidang Pengembangan Masjid UI dan Dosen di Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan agar dalam melakukan penyembelihan dilakukan sebaik-baiknya. Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).
Dari Hadits tersebut Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan umatnya semaksimal mungkin melakukan yang terbaik dalam berbagai urusan, termasuk dalam berkurban. Saat berkurban, dicari hewan terbaik dan memotong dengan cara terbaik. Selain itu, hewan kurban harus disenangkan karena dianggap sebagai mahluk Allah yang mempunyai perasaan.
Berangkat dari konsep tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama telah menetapkan prosedur pemotongan hewan secara halal sesuai dengan tuntunan agama serta menganut prinsip pengolahan daging yang baik agar tetap sehat dan higenis. Pedoman tersebut biasa diterapkan di Rumah Potong Hewan ataupun industri makanan.
Namun sayang, di masyarakat umum pengolahan daging hewan secara higenis khususnya untuk daging kurban, jarang diterapkan. Fungsi pengolahan daging secara sehat dan higenis perlu dilakukan agar tidak terjadi rantai penularan penyakit yang berasal dari makanan. Selain itu, konsep higenis juga memperhatikan aspek lingkungan. Darah dan kotoran hewan kurban harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Karena pada umumnya, darah dan kotoran hewan kurban langsung dibuang ke air permukaan seperti sungai sehingga menyebabkan pencemaran. II
Oscar Oleta