Jika kita berhari raya dengan membeli yang serba baru, makanan yang melimpah ruah dan lezat. Bagaimana para sahabat Nabi merayakan hari raya, khususnya Ali Ra dan Utsman Ra?
Wartapilihan.com, Jakarta – Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu (599 – 661 M), pada hari raya memakai pakaian yang sederhana dan makanan yang sederhana.
Ketika itu sahabat melihat beliau dalam keadaan tersebut, mereka bersedih dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin bukankah hari ini hari raya?”
Sepupu Rasulullah shalallahu alaihi wa Sallam ini menjawab,”Ya benar, sekarang adalah hari raya dan setiap hari dimana ketaatanku bertambah bagiku adalah hari raya.”
Seraya mengucapkan:
“Hari raya bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru,
Akan tetapi hari raya bagi yang bertambah ketaatannya,” ujar Ali.
“Hari raya bukanlah bagi orang yang memperindah dirinya dengan pakaian dan kendaraan, Akan tetapi hari raya bagi orang yang dosa-dosanya mendapatkan ampunan,”
“Bukanlah hari raya bagi orang menyantap makanan yang lezat, Bersenang-senang dengan syahwat dan yang Lezat-Lezat.
Akan tetapi bagi orang yang diterima taubatnya dan kejelekannya diganti dengan kebaikan,” begitu ucap suami dari Fatimah putri sang Rasul.
Sedangkan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu (574 – 656 M), yang ketika itu menjadi Khalifah, putrinya mengatakan kepada Ustman tentang membeli baju baru, kurang lebih seperti ini redaksinya, “Ayah, teman-temanku membeli baju baru di hari raya. Tetapi mengapa kita tidak membelinya?” Anak putrinya itu pun menangis sendu.
Kemudian Utsman akhirnya menemui bendaharanya untuk meminta gaji bulan depan, agar bisa membeli baju baru untuk putrinya. Tetapi akhirnya tidak diambilnya karena sang bendaharanya berkata, “Bisakah engkau melakukan sesuatu karena telah menerima gajimu sebulan penuh?”
Maka, ia langsung pergi meninggalkan bendahara itu ke rumah. Ia berkata pada keluarganya, “Maukah kau tidak membeli baju baru di hari raya ini, tapi selamat dari siksaan neraka?” Akhirnya sang anak dan keluarga meridhoi hal itu.
Para sahabat Nabi merayakan hari raya dengan sangat sederhana dan memiliki makna batin dalam memaknai hari yang Fitri. Apakah kita juga punya pikiran yang sama? Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita tidak hanya orang-orang yang mempercantik fisik dengan pakaian serba baru, tetapi juga memaknai hari raya dengan hati yang lebih suci meraih ketakwaan. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin. ||
Eveline Ramadhini