Aksi penolakan terhadap relokasi kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem, telah menyebabkan sekitar 50 demonstran meninggal dunia. Ribuan pendemo mengalami luka-luka baik ringan maupun berat.
Wartapilihan.com, Jakarta – Situasi ini terjadi pada, Selasa (15/5/2018) pkl 00.25 waktu Al Quds. Tentara Israel dilaporkan mulai menembaki demonstran di Gaza yang berusaha menerobos pagar pembatas untuk menuju kota Yerusalem, untuk melakukan aksi langsung di depan kedubes AS di kota itu.
Lebih dari 50 orang demonstran tewas akibat penembakan tersebut. Terdapat pula tim paramedis bahkan jurnalis menjadi korban, satu paramedis meninggal dunia dan 12 jurnalis mengalami luka-luka.
“Rakyat Palestina masih berjuang membebaskan tanahnya dari penjajahan Israel, hal ini sejalan dengan isi pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD 45), “Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi”,
maka dari hal itu kami sebagai lembaga kemanusiaan mengutuk keras atas upaya kekerasan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap pendemo”, ujar drg. Imam Rulyawan MARS., Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi, Rabu, (16/5/2018), di Jakarta.
Imam mengatakan, banyak negara-negara dunia sudah mengecam dan memberikan ultimatum kepada Israel terhadap penjajahan atas negara Palestina baik dengan pendirian pemukiman Yahudi bahkan pembangunan tembok, seakan-akan mengkungkung masyarakat Palestina untuk berinteraksi dengan masyarakat dunia.
“Kemerdekaan sejatinya merupakan hak semua bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,” kata dia mengutip pembukaan UUD 1945.
Di Indonesia pada saat aksi 115 menuntut pemerintah Indonesia berjuang keras menggunakan haknya dengan menekan dan mengarahkan OKI dan PBB bersama melawan keputusan Trump sebagaimana janji pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri selama ini, Palestina di jantung hati kebijakan luar negeri Indonesia.
Sementara itu, Muhammad Pizaro selaku jurnalis dari Anadolu Agency mengatakan, betapa biadabnya Israel karena tidak hanya menyasar pada orang dewasa dan pemuda, tetapi juga bayi yang baru saja berumur 8 bulan.
“Leila al Ghandour, bayi tak berdosa itu, meninggal dunia akibat menghirup gas air mata yang diluncurkan pasukan penjajah Zionis. Jika dihitung sejak aksi pertama, korban warga Palestina yang gugur sudah mencapai 100 orang, termasuk anak-anak dan remaja.
Masihkah bangsa Indonesia diam dan tidak melakukan apa-apa atas kondisi terkini di Palestina,” tutur Pizaro prihatin.
Eveline Ramadhini