Habib Rizieq : Jasa Kiyai Besar Tidak? Tahu-Tahu Ulama Dimakarisasi

by

Wartapilihan.com, Jakarta – Imam Besar FPI, Selasa malam (10/4) diundang hadir untuk ceramah di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya. Dalam ceramahnya Habib menyatakan bahwa para ulama harus siap dimusuhi dan dicaci maki.  “Dulu para nabi dimusuhi atau tidak?” tanyanya.  “Dimusuhi,” jawab ribuan jamaah yang hadir. Menurutnya,  ulama harus siap dimusuhi dan dicaci maki.

Habib menyatakan bahwa kedudukan ulama itu sangat tinggi, ulama adalah pewaris para Nabi. Yang diwarisi bukan hanya ilmunya dan akhlaknya, tapi juga harus siap segala resiko dakwah sebagaimana yang dialami nabi Muhammad saw.

“Dulu Nabi difitnah tidak?” tanya Habib.  Menurutnya, Ulama harus siap difitnah, dimusuhi, bahkan diusir dari kampung halamannya.

“Ada yang protes ke saya kan ada ulama su` habib?” Jawab Habib : “Ulama su` itu bukan ulama tapi ulama-ulamaan. Kalau ulama ngajak ke surga, kalau ulama-ulamaan itu ke surga surgaan.”

Menurutnya, jauh sebelum Belanda dan Jepang datang, jauh sebelum NKRI ada, jauh sebelum bhinneka tunggal ika ada, jauh sebelum Pancasila ada, ulama-ulama telah datang dan berdakwah di Indonesia. Sehingga kerajaan Singosari dan Majapahit berubah menjadi Islam.  “Itu perjuangan ulama. Para habaib dan ulama datang ke negeri ini. Termasuk di masjid yang kita datang di sini,” jelasnya.

Habib menjelaskan bahwa Raden Rahmatullah yaitu Sunan Ampel saat itu membantu Prabu Brawijaya untuk mengobati penyakit masyarakat, seperti pelacuran, perjudian dan lain-lain. “Itu perjuangan ulama. Sebelum NKRI ada. Jangan coba-coba menghapus fakta sejarah,” terangnya.

Begitu Belanda menjajah, kesultanan boleh tumbang, tapi ulama tidak tumbang. Ulama-ulama terus membangun pesantren-pesantren. Menurutnya meski Kristen Belanda menjajah lebih 350 tahun, tapi umat Islam masih 90% di Indonesia. “Ulama yang pimpin umat,” jelasnya.

Di zaman penjajah Belanda dan Jepang, para ulama membuka kitab di siang hari dan di malam hari mereka dengan santrinya menyerang posko kemanan penjajah di mana-mana, jelas Habib. Di Bogor ada Mamak Abdullah bin Muh dan di Tasik ada Kiyai Zainal Mustafa.  Begitu pula Bung Tomo dan para ulama dari pesantren turun ke Surabaya mengusir penjajah.

“Jasa kiyai besar tidak? Jas santri besar tidak? Tahu-tahu ulama dikriminalisasi. Tahu tahu ulama dimakarisasi. Tahu tahu ulama disebut anti NKRI. Kalau nggak ada ulama nggak kenal NKRI,” jelas Habib yang jelang kedatangannya di Surabaya didemo beberapa orang.

Habib menjelaskan bahwa NKRI itu adalah perjuangan ulama, perjuangan Masyumi (yaitu tokohya Mohammad Natsir), dimana saat itu NU dan Muhammadiyah berjuang bersama di Masyumi. Habib Rizieq juga menjelaskan bahwa dulu tidak ada tentara dan polisi, yang ada adalah Hizbullah, kemudian menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), berubah menjadi TRI (Tentara Rakyat Indonesia) dan berubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). “Siapa yang bangun? Namanya sudirman. Sudirman itu ustadz,” jelasnya. Karena itu, menurut Habib, tentara dan polisi jangan kurang ajar dengan kiyai karena bisa kualat. |

Reporter : Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *