Gempa Susulan Lombok

by
Haji Miftah (berdiri) menyampaikan pentingnya taubat di hadapan jamaah shalat isya masjid darurat yang terletak di Dusun Jorong, Lombok Timur pada Ahad (19/8). (Rizki Lesus/INA)

Gempa Lombok berkekuatan Magnitudo 6,9 yang terjadi pada Ahad malam 19 Agustus 2018 pukul 21.56.27 WIB merupakan “gempa baru”. Apa yang dimaksud sebagai ‘gempa baru’?

Wartapilihan.com, Jakarta — Gempa baru telah berlangsung sejak tadi malam hingga pagi ini pukul 7.00 WIB serta sudah membangkitkan 88 kali gempa susulan (aftershocks), 8 gempa susulan diantaranya memiliki kekuatan signifikan dan dirasakan guncangannya oleh masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG. Ia mengatakan, gempa yang terjadi tersebut merupakan aktivitas “gempa baru” yang berbeda dari gempa berkekutan M=7,0 dan susulanya yang terjadi sejak 5 Agustus 2018.

“Karena memperhatikan lokasi episenter gempa M=6,9 tadi malam, ia terletak di ujung timur Pulau Lombok dan diikuti oleh sebaran episenter gempa yang mengikutinya; juga, membentuk kluster episenter dengan sebaran ke arah timur (di laut) hingga di sebelah utara Sumbawa Barat,” terang Daryono, Senin, (20/8/2018).

Ia melanjutkan, antara gempa M=7,0 yang terjadi pada 5 Agustus 2018 dengan gempa M=6,9 yang terjadi pada 19 Agustus 2018 tadi malam memiliki keterkaitan yang erat. Munculnya aktivitas gempa baru dengan pusat di ujung timur Pulau Lombok yang berkekuatan M=6,9 diduga kuat akibat dipicu oleh trigger statis (static stress) dari rangkaian gempa-gempa kuat di Lombok berkekuatan M=6,4 M=7,0 M=6,3 dan M=5,9 yang telah terjadi sebelumnya.

“Menariknya, rekahan (rupture) batuan yang diciptakan oleh kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar yang sama yaitu masih dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores, ini tempak jelas dari mekanisme pusat gempa yang terjadi,” kata dia.

Jika merujuk dari ilmu gempa bumi atau seismologi, aktivitas kedua gempa kuat semacam ini disebut sebagai “gempa kembar” (doublet earthquakes) karena kekuatanya tidak terpaut besar, lokasi dan kedalamannya yang berdekatan, dan juga terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.

“ Tetapi jika melihat banyaknya rangkaian gempa kuat yang terjadi maka boleh saja menyebutnya sebagai aktivitas “multi gempa” (multiplet earthquakes),” kata dia.

Pengungsi Lombok Diharapkan Shalat Taubat

Usai gempa susulan 6.5 magnitudo melanda kembali Lombok Timur, Ahad (19/8/2018), masyarakat Dusun Jorong, Sembalun Bumbung, Lombok Timur menggelar shalat taubat di masjid darurat. Tokoh masyarakat, yang juga imam shalat taubat, Haji Miftah mengatakan kejadian gempa ini dinilai di luar kewajaran karena berlangsung terus menerus dalam skala cukup besar.

“Kalau kekeringan, kita shalat istisqa untuk berdoa minta hujan. Ini ada musibah gempa sudah seharusnya kita bertaubat dan meminta kepada Allah agar musibah ini segera berakhir,” kata Haji Miftah, Ahad malam (19/8/2018).

Ia mengatakan masyarakat Indonesia, khususnya warga Lombok harus kembali kepada Allah dengan gerakan taubat bersama -sama dan menghilangkan sifat pongah.

“Jangan sampai gunung longsor disalahkan, tapi kitalah manusia yang salah,” kata Haji Miftah.

Ia pun berharap, tak hanya dari masjid darurat di Sembalun Bumbung saja dilakukan taubat nasuha, tetapi juga bisa meluas ke wilayah Lombok, bahkan Indonesia.

“Dari masjid darurat ini, semoga shalat taubat ini bisa meluas ke semua masjid,” pungkas Haji Miftah.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *