Gempa Politik

by
foto:istimewa

Oleh: M Rizal Fadillah, Ketua Masyarakat Unggul (Maung) Institute Bandung

Gempa lombok menohok, gempa Palu membuat pilu. Sungguh Allah menguji atau menegur dengan keras pada bangsa, karena korban bencana adalah anak bangsa. Dunia ikut menangis turut berempati pada derita luar biasa. Tiga pukulan dalam satu ronde yaitu gempa, tsunami, dan lumpur yang menenggelamkan. Peristiwa yang sayangnya oleh pemimpin bangsa tidak dijadikan bencana nasional. Mungkin dinilai masih kurang besar.

Wartapilihan.com, Jakarta –-Gempa gempa terjadi disaat kompetisi politik dimulai. Bagi orang berfikiran dangkal tak ada hubungan antara fenomena alam dengan politik. Sebaliknya bagi orang yang sedikit mendalam akan merefleksi sebagai sebagai suatu sinyal kuat. Apalagi politik dengan parameter iman, akan lebih nyata nilai spiritualitasnya. Ini bagian dari rambu rambu yang mesti disadari oleh para pelaku politik, khususnya pengambil kebijakan politik.

Gempa politik bergeser pada patahan Ratna Sarumpaet. Pengakuan bohong mengguncang keadaan. Terlalu banyak misteri dari ‘kebohongan’ ini. Rekayasa atau alami. Semua bisa saling silang dalam analisa. Jika alami, maka mesti terungkap mengapa ia harus berbohong. Jika rekayasa, apa bacaan untuk pola dan target rekayasa itu. Permainan politik memasuki fase perang intelijen. Butuh waktu untuk membuka kotak dan ini pertanda pertarungan masuk zona bahaya. Bisa jadi Ratna adalah bidak catur yang dimainkan, bagai orang gila yang menganiaya ulama. Sebagai tokoh teatrikal mudah menempatkannya sebagai tertuduh.

Agar lebih jelas ada permainan apa dari gempa politik ini, penting untuk dilakukan:

Pertama, periksa aspek kejiwaan Ratna Sarumpaet, sebab hanya orang yang terganggu jiwanya yang dapat ‘berbohong’ begitu meyakinkan dengan korban tokoh tokoh yang bukan orang sembarangan;
Kedua, tangkap dan proses hukum Ratna karena perbuatan ‘menipu’ masyarakat adalah perbuatan kriminal yang tak bisa dibiarkan. Pembiaran adalah melegalisasi suatu kejahatan;
Ketiga, aparat intilijen negara harus ikut mengendus intens, jangan sampai masuk permainan politik berbau intelijen di kasus ratna, jangan beri peluang pihak asing atau domestik yang turut bermain;
Keempat, pelaporan hukum seperti yang dilakukan oleh farhat, adalah hak warga, tapi aparat harus cermat merespons, jangan sampai terbuka kesan publik bahwa hukum telah menjadi alat politik untuk memperkeruh suasana, benarkah ada penyebaran hoaks, sebab hoaks ‘baru ada’ setelah pengakuan Ratna, sebelumnya adalah tipu-tipu atau permainan-permainan;

Kompetisi pilpres harus tetap berjalan sehat dan cerdas, tidak terlalu banyak bumbu pedas yang membuat publik sakit perut, mual dan muntah. Masyarakat kita sedang prihatin dengan mushibah berkelanjutan yang menimpa negeri.

Moga permainan kotor dalam berpolitik tidak menjadi sebab munculnya gempa gempa susulan yang menyebabkan korban lebih banyak lagi. Allah tenggelamkan, Allah hancurkan, Allah kubur hidup hidup, karena tangan tangan manusia yang selalu mengotori bumi Allah yang suci. Kekuasaan yang dikejar dengan menghalalkan segala cara adalah jenis kemusyrikan yang pasti membawa bencana. Moga kita masih sehat dan beriman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *