Oleh : Dr Adian Husaini
Di serial Klinik Pendidikan Keluarga kali ini, Dr Adian menjelaskan tentang pentingnya anak-anak didekatkan pada alam lingkungannya. Simak ceramahnya :
Wartapilihan.com, Depok –Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Teman teman di serial Klipik kali ini masih di Pulau Pari. Ini kalau saya memegang dayung seperti ini sebenarnya ini mengingatkan pada kebiasaan saya waktu kecil seperti si bolang naik perahu, bikin jaring, bikin jala, mancing, kadang-kadang membuat jala sendirian, di deket rumah saya itu ada sungai kira-kira 10 meter jaraknya dan 50 meter dari Sungai Bengawan Solo. Ini semua sudah mainan saya sejak kecil.
Saya pernah tanya pada teman saya yang pengelola sekolah alam “Apa filosofi sekolah alam?” Yaitu ingin mendekatkan anak-anak agar tidak tercerabut dari budayanya, kehidupan sehari-hari dan lingkungannya. Jika lingkungannya laut anaknya dididik untuk mencintai laut, kalau lingkungannya sawah anak dididik untuk mencintai sawah. Saya ingat dahulu kita membuat banyak mainan seperti tembak-tembakan dari bambu, main air, main mobil-mobilan dari tanah dan jeruk, termasuk dulu saya bisa memancing dan membuat jala saat Bengawan Solo meluap dan saya juga kadang rindu makan ikan Bader.
Dalam konsep pendidikan kita jangan sampai sekolah itu mencerabut anak-anak kita untuk dekat dengan lingkungannya, contohnya Sekolah Dasar di Natuna. Anak-anak Natuna selepas lulus SMA tidak ada yang berminat menjadi nelayan dan tidak bangga menjadi nelayan. Anak-anak di Papua, NTT, dan Maluku tidak bangga menjadi pelaut dan petani, jadilah kita tahu akhirnya muncul urbanisasi padahal kekayaan alam di kita melimpah.
Kita harus mengirim jutaan tenaga kita ke luar negeri terutama wanita, ini yang harus dievaluasi dari sistem pendidikan kita yakni terlalu berorientasi kepada industrialisasi.
Filosofi dari sekolah alam yang diceritakan pada saya, seperti ketika saya masih kecil saya pulang sekolah jam 10 pagi, jadi di sekolah hanya sebentar bahkan ketika ada pertunjukan tinju Muhamad Ali sekolah akan diliburkan.
Seperti itulah filosofi sekolah alam, bertujuan mendekatkan kepada lingkungan yang terdekat, bangga menjadi dirinya dan bagian dari budayanya seperti budaya petani. Ironinya anak SD-SMA dilatih untuk menjawab soal ujian dan diarahkan untuk kuliah setinggi-tingginya tapi karena industrialisasi orientasinya terlalu berat sehingga mereka tidak mencintai lingkungannya. Ini filosofi kenapa sekolah alam dibuat ketika saya bertanya pada salah satu pengelolanya.
Namun, dalam konsep pendidikan Islam, saya mengingatkan bahwa murid tidak hanya harus dekat dengan alam, namun yang paling penting dekat dengan Tuhannya, sadar akan siapa dirinya dan tujuan hidupnya untuk apa dan apa yang harus dia lakukan, ilmu-ilmu yang dipelajari pun harus ilmu yang dibutuhkan olehnya untuk menjadi orang yang baik (shaleh). Harus proporsional ilmunya antara yang Fardhu Ain dan Kifayah.
Teori multiple intelligent atau teori multi kecerdasan harus dievaluasi, jangan diterima begitu saja bahwa manusia punya banyak kecerdasan, karena bagaimanapun juga namanya intelektualitas untuk menguasai bidang-bidang ilmu semakin cerdas seseorang, karena Alloh memberikan karunia kecerdasan beda-beda.
Manusia itu, kata Rasulullah SAW seperti barang tambang ada yang cerdas dan kurang cerdas. Yang cerdas itu harus diberikan beban kurikulum yang lebih daripada yang lain beban atau target pencapaian ilmu yang lebih dari yang lain. II