Raja Yordania mendesak Israel menghukum pembunuh dua warganya di Kedutaan Israel di Amman, Ahad lalu.
Wartapilihan.com, Amman –Raja Yordania, Abdullah, menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadili seorang petugas keamanan kedutaan yang menembak mati dua warga Yordania.
Netanyahu memberi penjaga itu pelukan bagai pahlawan setelah Israel membawanya pulang dengan kekebalan diplomatik, perilaku yang menurut raja “provokatif di semua lini dan membuat marah, mendestabilisasi keamanan, dan memfokuskan ekstremisme”.
“Kami menuntut agar Perdana Menteri Israel mematuhi komitmennya dan mengambil semua tindakan untuk menjamin persidangan terhadap pembunuh tersebut dan tidak menangani hal ini seperti sebuah pertunjukan politik untuk mencapai keuntungan politik pribadi,” katanya.
Penjaga tersebut menembak mati remaja Yordania, Mohammad Jawawdah, di kedutaan Israel di Amman pada hari Ahad (23/7) dan juga pemilik rumah di kompleks tempat penjaga tersebut tinggal.
Israel mengatakan bahwa penjaga tersebut telah membela dirinya setelah Jawawdah menyerangnya dengan obeng dalam sebuah “serangan”.
Namun polisi Yordania, yang tidak dapat menanyai penjaga tersebut, mengatakan bahwa dia telah menembaki anak berusia 16 tahun setelah pemuda tersebut, yang bekerja untuk perusahaan furnitur dan mengantarkannya, terlibat perkelahian. Tidak jelas bagaimana pemilik rumah ditembak.
Abdullah, yang mengunjungi keluarga remaja tersebut dan mengucapkan belasungkawa pada hari Kamis, mengatakan bahwa negara akan “melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya” untuk mendapatkan keadilan bagi kedua pria tersebut.
Yordania adalah satu dari dua negara Arab yang memiliki perjanjian damai di Israel dan gesekan seperti itu terhadap Israel jarang terjadi.
Abdullah juga mengutip sebuah insiden sebelumnya yang membuat orang-orang Yordania marah, yaitu, ketika seorang hakim Yordania ditembak pada Maret 2014 oleh tentara Israel di sebuah persimpangan perbatasan. Tidak ada investigasi yang pernah dilakukan.
“Cara Israel menangani kasus kedutaan dan pembunuhan hakim dan kasus lainnya akan berdampak langsung pada sifat hubungan kita,” kata Abdullah.
Banyak orang Yordania telah menuduh pihak berwenang mencabut kedaulatan dengan membiarkan penjaga tersebut pergi dan anggota parlemen keluar dari parlemen sebagai protes.
Jaksa Penuntut Umum Yordania mengatakan bahwa petugas keamanan Israel didakwa berdasarkan hukum pidana setempat dengan satu tuduhan pembunuhan dan kepemilikan senjata api secara ilegal.
Imunitas diplomatik tidak berarti “pembunuh” tersebut tidak dapat diadili di negerinya sendiri, kata jaksa Yordania tersebut.
Sumber peradilan Israel, yang menolak disebut namanya, mengatakan bahwa jaksa penuntut negara sedang memberikan “pertimbangan awal” untuk sebuah penyelidikan. Ketika ditanya apakah ini berpotensi menimbulkan tuntutan pidana, sumber tersebut mengatakan: “Secara teoritis, hasilnya tentu saja mungkin terjadi.”
Sebuah sumber pemerintah Israel, mengatakan bahwa Israel juga “memberikan pertimbangan awal untuk menawarkan kompensasi kepada dua keluarga Yordania yang terbunuh dalam insiden tersebut”.
Di sebuah kerajaan yang banyak warganya berasal dari Palestina, sentimen anti-Israel telah didorong oleh persepsi publik yang dibuat selama bertahun-tahun bahwa pihak berwenang tidak membela Israel atas perlakuan warganya.
Kemarahan terhadap Israel juga telah didorong dalam beberapa pekan terakhir oleh kehebohan mengenai perangkat keamanan yang dipasang Israel di Masjid Al Aqsha dimana Yordania adalah penjaga kompleks suci tersebut. Israel sejak itu telah menghapus perangkat, termasuk detektor logam dan kamera CCTV.
Amman merespons terhadap perubahan di lokasi tersebut, yang diambil Israel dari Yordania bersama dengan wilayah Yerusalem Timur dan Tepi Barat lainnya dalam perang 1967.
Para pemrotes menyerukan sebuah demonstrasi pada hari Jumat (28/7) ini untuk meminta pemerintah menutup Kedutaan Besar Israel di Amman dan membatalkan perjanjian damai yang tidak populer. Kedubes tersebut telah lama menjadi titik terang demonstrasi anti-Israel pada saat terjadi kekacauan di wilayah-wilayah Palestina.
Moedja Adzim