Dua warga Yordania tewas di kompleks kedutaan Israel. Belum ada pernyataan resmi mengenai latar belakang penembakan tersebut.
Wartapilihan.com, Amman – Dua orang Yordania terbunuh dan seorang Israel terluka dalam insiden penembakan pada hari Minggu di dalam kompleks kedutaan Israel di ibukota Yordania, Amman.
Direktorat keamanan publik Yordania mengatakan, sebelum kejadian tersebut, warga Yordania telah memasuki kompleks kedutaan besar untuk melakukan pekerjaan pertukangan.
Dua orang Yordania tersebut kemudian meninggal, termasuk seorang dokter yang tinggal di gedung tersebut.
Laporan di media lokal mengatakan bahwa satu orang Israel berada dalam kondisi “tidak stabil” di rumah sakit dengan sejumlah besar petugas di tempat kejadian.
Insiden terjadi setelah ketegangan meningkat di wilayah tersebut selama keputusan Israel memasang detektor logam di pintu masuk ke Masjid al-Aqsa yang menempati salah satu situs tersuci, baik Islam maupun Yudaisme. Muslim menyebut situs tersebut Haram al-Sharif, sementara orang-orang Yahudi menganggapnya sebagai Bukit Suci.
Ribuan orang berdemonstrasi pada hari Jumat (21/7) di Amman dan di kota-kota dan tempat-tempat penampungan pengungsi di seberang Yordania yang merupakan penjaga situs Islam tersebut.
Sekitar 7 juta warga Yordania berasal dari Palestina, mereka atau orang tua mereka diusir atau melarikan diri ke Yordania dalam pertempuran yang menyertai pembentukan Israel pada tahun 1948.
Detektor dipasang setelah dua polisi Israel ditembak mati oleh tiga orang bersenjata Arab-Israel pada 14 Juli lalu. Langkah tersebut memicu serangkaian bentrokan kekerasan dan Mahmoud Abbas, Presiden Otoritas Palestina, menghentikan kerja sama keamanan dengan Israel.
Pemimpin daerah lainnya memperingatkan bahwa bentrokan di Yerusalem dapat menyebar ke bagian lain Timur Tengah.
Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, berkata, “Tidak ada yang bisa mengharapkan dunia Islam untuk tidak responsif setelah penghinaan yang diderita Muslim dengan pembatasan di Tempat Suci.”
Sekjen Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, berkata, “Yerusalem adalah jalur merah yang dsucikan oleh orang Muslim dan Arab dan apa yang terjadi hari ini adalah upaya untuk menerapkan sebuah realitas baru di kota Kudus.
“Pemerintah Israel bermain dengan api dan mempertaruhkan krisis besar dengan dunia Arab dan Islam.”
Israel sejauh ini menolak mundur karena meningkatnya tindakan pengamanan di Masjid al-Aqsa. Tzachi Hanegbi, Menteri Pembangunan Daerah dan anggota partai Likud yang berkuasa, mengatakan kepada Radio Militer: “Mereka akan tinggal. Pembunuh tidak akan pernah memberitahu kita bagaimana cara mencari pembunuh. Jika mereka (orang Palestina) tidak mau masuk masjid, maka biarkan mereka tidak masuk masjid.”
Kerajaan Yordania telah menjadi penjaga situs sejak tahun 1924, membayar biaya perawatan situs suci tersebut dan mendapatkan bagian legitimasinya dari peran tersebut.
Moedja Adzim