Banyak penderita hipertensi dianjurkan minum obat secara rutin. Kini ada diet yang bisa berfungsi sebagai pengganti obat. Namanya: diet DASH dan rendah garam. Studi peneliti Amerika Serikat membuktikannya.
Wartapilihan.com, Jakarta –Belakangan ini bermunculan beragam jenis diet dan penggunaannya. Salah satunya diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dan diet rendah garam. Diet ini digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Dalam studi terbaru yang dilaksanakan Stephen Juraschek, periset pada Beth Israel Deaconess Medical Center di Harvard Medical School, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, kedua jenis diet sama efektifnya dengan obat hipertensi.
Diet DASH – yang didukung oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, Amerika Serikat – adalah pola makan yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, unggas, dan produk susu bebas lemak dan rendah lemak. Diet membatasi makanan tinggi lemak jenuh dan gula.
Seperti dilansir situs medicalnewstoday.com (24/11/2017), mereka melakukan studi terhadap 412 orang dewasa berusia antara 23 dan 76 tahun. Pada penelitian awal, semua peserta memiliki tekanan darah sistolik 120-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-95 mmHg. Tidak satu pun subjek menggunakan obat antihipertensi. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah, sedangkan diastolik adalah tekanan darah ketika jantung berhenti bekerja.
Berdasarkan tekanan darah sistolik mereka, subjek dialokasikan ke salah satu dari empat kelompok. Ini adalah: 120-129 mmHg, 130-139 mmHg, 140-149 mmHg, dan 150 mmHg atau lebih. Berdasarkan pedoman baru yang dirilis awal bulan ini, mereka memiliki tekanan darah sistolik 120-129 mmHg dan tekanan darah diastolik di bawah 80 mmHg dikategorikan sebagai hipertensi “tinggi”.
Tekanan darah sistolik 130-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg digolongkan sebagai hipertensi tahap 1, sementara tekanan darah sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi. dikategorikan sebagai hipertensi tahap 2.
Selama 12 minggu, semua peserta secara acak mengikuti diet DASH atau diet kontrol (diet tinggi sodium), yang sebanding dengan makanan Barat standar.
Dalam periode minggu awal penelitian, subjek juga secara acak mengonsumsi tingkat asupan natrium yang berbeda: 50 milimol/mmol per hari (rendah), 100 mmol per hari (sedang), atau 150 milimol per hari (tinggi).
Untuk 100 mmol natrium per hari setara dengan 2.300 miligram sodium, atau hanya di bawah satu sendok teh garam. Ini adalah asupan sodium harian maksimum yang direkomendasikan di bawah pedoman diet 2015-2020 untuk orang Amerika.
Tim menemukan bahwa individu yang memiliki tekanan darah sistolik awal 150 mmHg atau lebih tinggi mengalami penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 11 mmHg setelah menjalani diet DASH selama 4 minggu, dibandingkan dengan diet kontrol. Kemudian, peserta dengan tekanan darah sistolik awal di bawah 130 mmHg mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4 mmHg dengan 4 minggu diet DASH.
Peneliti lalu menggabungkan makanan diet DASH dengan asupan sodium rendah, dengan harapan memberikan hasil yang lebih baik. Walhasil, peserta yang memiliki tekanan darah sistolik awal kurang dari 130 mmHg melihat penurunan tekanan darah sistolik 5 mmHg setelah mengikuti diet DASH dan asupan sodium rendah selama 4 minggu kedua, dibandingkan dengan mereka yang menjalani diet kontrol yang memiliki kadar tinggi, asupan sodium.
Lantas peserta yang tekanan darah sistoliknya 130-139 mmHg juga mengalami penurunan tekanan darah sistolik 7 mmHg rata-rata dengan diet DASH plus rendah sodium. Begitu halnya mereka yang bertekanan darah sistolik 140-149 mmHg, tekanan darah sistolik turun rata-rata 10 mmHg setelah 4 minggu pola makan DASH gabungan dan rendah garam.
Namun, hasil yang paling mengejutkan dijumpai pada peserta tekanan darah sistolik awal 150 mmHg atau lebih tinggi. Mereka mengalami penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebanyak 21 mmHg dengan diet rendah sodium, DASH, ketimbang dengan diet ringgi sodium atau kontrol.
Juraschek menyebut temuan ini sebagai “luar biasa”. Sebab, penderita hipertensi yang paling berat pun mendapat manfaat besar dari diet DASH — yang dikombinasikan dengan sodium rendah. “Apa yang kita amati dari gabungan intervensi diet adalah pengurangan tekanan darah sistolik setinggi, jika tidak lebih besar dari itu, yang dicapai dengan obat resep,” ujar Juraschek.
Studi terbaru tersebut memberi harapan segar bagi penderita hipertensi. Sebab jumlah penderita hipertensi terus meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada 2025, persentase jumlah penderita hipertensi sebanyak 29% dari orang dewasa. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, tahun 2013, 25,8% penduduk Indonesia terkena hipertensi.
Selama ini, mereka harus tergantung pada obat selama hidupnya, agar tekanan darahnya tetap terkendali. Dokter senantiasa menganjurkan agar penderita hipertensi rutin minum obat, dan jangan berhenti hanya karena gejalanya sudah hilang.
Perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan olahraga dan menerapkan pola makan yang sehat, dianggap penting untuk menurunkan tekanan darah, namun beberapa individu mungkin juga diberi resep obat antihipertensi.
Padahal obat hipertensi – seperti juga obat-obat pada umumnya – mempunyai efek samping yang juga tak bisa diremehkan. Di samping itu penggunaan obat dalam jangka panjang akan menimbulkan ketergantungan.
Di sisi lain, jika tidak minum obat, pasien akan memiliki risiko yang jauh lebih berat. Jika tidak terkendali, bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
Helmy K