Oleh: Asyari Usman, wartawan senior
Selama ini saya masih berharap Denny JA dengan Lingkar Survei Indonesia (SLI), betul-betul berfungsi sebagai peneliti independen. Tetapi sekarang dugaan saya bahwa dia hadir sebagai peneliti yang melacurkan diri kepada kubu Jokowi-Ma’ruf, sudah resmi. Tak diragukan lagi.
Bagi saya peresmian dirinya dan lembaganya sebagai pelacur “palugasa” (apa yang lu minta gua bisa), terlihat dari meme terbaru Denny JA. Dia mengatakan bahwa Prabowo yang meminta maaf tiga kali kepada publik, mencerminkan kekurang-matangan calon pemimpin. Sebagai surveyor, Denny JA sangat tidak patut ikut berpolitik. Meme ini sangat politis sifatnya. Dan sangat Jokower. Jelas itu.
Jadi, “credential” dia sebagai surveyor sudah hangus dengan sendirinya. Karena itu, saya tak ragu sedikit pun bahwa Denny JA dan LSI melacurkan dirinya. Dia dan LSI bekerja sesuai bandrol pesanan. Dia memutarbalikkan makna kesahajaan Prabowo-Sandi untuk meminta maaf, sebagai pertanda “immature” (ketidakmatangan).
Padahal, Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf) sendirilah yang tidak matang. Mereka ini malah sombong. Berkali-kali kali melakukan kekeliruan yang sangat pantas diimbali dengan permintaan maaf, tidak pernah mereka ucapkan. Mereka inilah yang sangat berbahaya bagi Indonesia. Mereka sama sekali tidak menunjukkan kepemimpinan yang bertatakrama.
Sepak-terjang Denny JA selama pilpres ini tidak menyisakan sedikit pun nilai kecendekiawanan yang telah susah payah dia bangun. Tidak ada lagi saldo intelektualitas Denny JA.
Sayang sekali. Denny JA “all out” menunjukkan kepelacuran intelektualitasnya. Di dunia pelacuran seksual saja banyak orang yang bisa menyembunyikan jati diri mereka demi integritas. Dan masyarakat masih memberikan respek kepada mereka. Berbeda kontras dengan Denny JA yang terang-terangan menelanjangkan dirinya sendiri di depan umum.
Saya berharap ada sebagian mitra Denny JA di LSI yang akan segera menyadari kepelacuran pimpinan mereka. Semoga para peneliti di LSI menemukan jalan keluar dari kesesatan berpikir boss mereka.***