Nasihat Luqman Al Hakim kepada anaknya sedemikian fundamental, sampai diabadikan dalam Al Qur’an untuk menjadi pelajaran dan pedoman untuk umat manusia. Hal ini memberikan pelajaran, betapa penting peran pendidikan anak-anak dalam keluarga, untuk kebaikan masyarakat, bangsa bahkan peradaban dunia.
Wartapilihan.com, Jakarta – Dalam Qur’an Surat Luqman ayat 13 sampai 19, disebutkan banyak nasihat dari Luqman untuk anaknya.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (13). (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti (16).
Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting (17). Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri (18). Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (19).”
Cahayadi Takariawan sebagai konsultan keluarga mencoba menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat ini. “Butir-butir nasihat tersebut benar-benar mutiara berkilau, yang menjadi pondasi bagi perbaikan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan peradaban dunia,” kata Cahayadi, yang ia tulis di keluarga.or.id, Selasa, (20/2/2018).
Menurut dia yang pertama yaitu keyakinan tauhid sebagai pondasi. Dia menerangkan,
kehidupan manusia harus berada dalam pondasi keimanan yang kokoh akan keesaan Allah Ta’ala. Inilah hakikat dari tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam Dzat, Sifat dan PerbuatanNya. Luqman mendidik anaknya untuk memiliki keimanan akan keesaan Allah, mentauhidkan Allah dalam semua bidang kehidupan, sekaligus menjauhi syirik yang menjadi lawan dari tauhid.
“Ketika manusia berlaku syirik, jangan dibayangkan bahwa mereka secara verbal selalu menyembah patung berhala. Dalam kenyataan keseharian, patung itu di zaman modern bisa berwujud ideologi, paham, isme, termasuk segala sesuatu yang dikejar manusia dalam kehidupan mereka. Tidak selalu menyembah secara fisik seperti membungkukkan badan atau meletakkan kepala di tanah, namun meyakini, membela, memperjuangkan, mengagung-agungkan, mencintai dengan sepenuh jiwa raga, adalah perbuatan yang setara dengan menyembah,” terang dia.
Kedua yakni menanamkan kesadaran akan pengawasan Allah. Setelah memiliki keyakinan tauhid yang benar, Cahayadi menambahkan, Luqman mendidik anaknya agar memiliki kesadaran penuh akan adanya pengawasan dari Allah Ta’ala. Ma’iyatullah atau kebersamaan Allah dalam kehidupan manusia, akan membuat manusia selalu berada di jalan yang lurus, di jalan yang benar, dan menolak mengikuti paham hidup, gaya hidup dan pola hidup yang salah serta menyimpang dari kebenaran. Pencurian aset negara, korupsi, manipulasi, gratifikasi, dan berbagai penyimpangan lainnya, kata dia, semua bersumber dari ketiadaan perasaan dan kesadaran pengawasan Allah.
“Manusia berbuat semena-mena, semau-maunya, mengekpresikan syahwat dengan tanpa merasa dosa, karena tidak menyadari adanya pengawasan Allah. Tidak merasa diawasi oleh Dzat Yang Maha Teliti. Maka Luqman menanamkan aspek ma’iyatullah ke dalam jiwa anaknya agar memiliki kehidupan yang lurus, terarah, terbimbing dan bermartabat,” tukas Cahayadi.
Selanjutnya, Penulis Buku Serial Wonderful Family ini menekankan, nasihat dari Luqman selanjutnya ialah mendirikan shalat sebagai bukti ketaatan kepada Allah. “Maka bagaimana kita bisa menyatakan bahwa seseorang itu baik, jika tidak mau menunaikan shalat, atau bermalas-malasan melakukan shalat? Bagaimana seseorang mengaku taat kepada Allah jika tidak mau menyembahNya sesuai tuntunan agama? Maka shalat adalah ibadah yang sangat fundamental,”
Melaksanakan amar ma’ruf juga merupakan upaya mengajak manusia kepada kebaikan, keimanan, kebenaran dan ketaqwaan. Menurutnya, manusia tidak hanya diperintahkan untuk hidup baik seorang diri, namun juga diperintahkan untuk mengajak serta orang lain agar melakukan kebaikan. “Tidak cukup sekedar baik secara individual, namun harus menciptakan kebaikan kolektif. Tidak cukup hanya menjadi salih dalam perilaku pribadi, namun harus menciptakan kesalihan dalam perilaku sosial, ekonomi, budaya, politik, dan semua bidang kehidupan,” imbuh Cahayadi.
Hal yang perlu dipahami dari nasihat Luqman pada poin kelima yaitu menjalankan nahi munkar. Ia menekankan, tidak cukup hanya dengan mengajak orang lain melakukan kebaikan, namun harus ada pula upaya untuk menolak kemunkaran. Apabila ada sangat banyak manusia melakukan kejahatan dan tidak ada yang mencegah mereka, maka kejahatan akan semakin terkuatkan
“Keburukan, kejahatan, kemungkaran itu serupa penyakit menular. Memiliki kekuatan pengaruh yang cepat tersebar. Apalagi di zaman cyber saat ini, segala sesuatu mudah menyebar melalui teknologi. Jika kejahatan tersebar secara luas dan sistematis, harus dihadang dan dicegah dengan kekuatan yang seimbang,”
Adapun nasihat keenam yang dapat diintisari dari Luqman, ia mengatakan untuk selalu bersikap sabar. Sikap sabar, Cahayadi mengklasifikasikan terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu (1) sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menghadapi musibah dan (3) sabar dari perbuatan jahat dan munkar, yaitu dengan tidak melakukan dan menyebarkannya.
Ketujuh, tidak sombong dan angkuh dalam menapakin kehidupan ini. Meski dalam keyakinan aqidah kita harus memiliki pembelaan dan loyalitas yang tegas kepada Allah, namun dalam interaksi dengan sesama manusia, hendaknya mengedepankan budi pekerti terpuji. “Sikap santun, tidak sombong, tidak angkuh akan membuat manusia menjadi simpatik dan tertarik. Inilah karakteristik pribadi muslim yang paripurna, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat beliau. Memiliki prinsip keyakinan yang kokoh, namun menampakkan akhlaq yang sangat terpuji,” ujar Peraih Penghargaan Kompasianer Favorit 2014 ini.
Hal yang terakhir, selalu bersikap sederhana ialah hal yang diucapkan Luqman kepada anaknya. Pasalnya, kesederhanaan ialah sikap yang mendatangkan banyak kebaikan dan dijauhi dari hal yang mubadzir. “Kesederhanaan yang diajarkan Luqman menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan modern saat ini, dimana banyak orang berlomba-lomba dengan berbagai kemewahan dan gemerlapnya pujian. Manusia bisa terjatuh ke dalam kehinaan apabila menuruti selera berlebih-lebihan, bermewah-mewahan, berbangga-banggaan, dan akhirnya tidak memiliki batas,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini