Dari Masjid untuk Rohingya

by
doc.wp/nuim

Masjid-masjid di tanah air selain melakukan Tabligh Akbar mengecam sikap pemerintah Myanmar yang melakukan penindasan terhadap Muslim Rohingya, mereka juga melakukan penggalangan dana.

Wartapilihan.com, Jakarta –“Uang dari jamaah terkumpul 12 juta,” kata salah seorang panitia dalam Tabligh Akbar Rohingya Jihad Akhir Zaman, di Masjid Said Naum, Tanah Abang Jakarta Ahad (10/9).

Dalam acara tabligh yang dihadiri ratusan jamaah itu, Ustadz Muhammad Ziyad menjelaskan tentang kesabaran dan perjuangan Rasulullah yang tidak kenal lelah. “Ketika di Mekah banyak sahabat Rasulullah yang disiksa dan dibunuh, tapi Rasulullah sabar dan terus berjuang,” kata Ustadz Ziyad. Seperti, orang tua dan saudara Ammar bin Yasir, Bilal bin Rabah, dan bahkan Rasulullah sendiri diganggu terus dalam dakwahnya.

Hingga Rasulullah kemudian mempunyai kekuatan untuk membalas serangan orang-orang kafir itu, dengan mulainya perang Badar, Uhud dan lain-lain.
Dalam setiap peperangan Rasulullah menyerukan jihad dan janji surga dari Allah SWT bagi mereka yang syahid (meninggal dalam peperangan).

Sementara itu, Ustadz Nuim Hidayat menjelaskan tentang nasib Rohingya yang penuh penderitaan hingga kini. “Dalam waktu dua minggu, sejak 25 Agustus 2017 lalu, yang menyeberang ke Bangladesh sudah sekitar 300 ribu,” jelas Ketua Hubungan Antar Lembaga Forum Jurnalis Muslim ini. Kini yang keluar dari Myanmar akibat penindasan militer dan kaum Budha ekstrim Myanmar, sekitar 1 juta orang.

Nuim memaparkan bahwa penindasan kaum Muslim Rohingya, dimulai dari tahun 1980-an ketika pemerintah Myanmar tidak memberi kewarganegaraan kepada jutaan kaum Muslim Rohingya. Akibat kebijakan stateless ini, kaum Muslim menjadi tidak punya hak untuk bertempat tinggal, hak bekerja dan hak untuk pemilu. “Tahun 2012 pimpinan gerakan Budha esktrim Ma Ba Tha, Wirathu, dengan dibantu militer mengusir, membunuh dan membakar perkampungan Muslim. Saat itulah mulai genosida etnis Rohingya besar-besaran,” jelas master dari Universitas Indonesia ini.

Kini, pemerintah Aung San Suu Kyi memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa yang memulai kerusuhan di Rohingya adalah tentara militan Islam, yang melakukan penyerangan kepada polisi 2016 lalu. “Mereka menganggap tentara militan Islam yang melakukan balasan kecil-kecilan itu sebagai teroris, tapi militer Myanmar yang melakukan pembantaian ribuan orang Myanmar tidak disebut sebagai teroris,” jelas Ustadz Nuim.

Suu Kyi juga membuat opini yang menyesatkan bahwa banyak informasi seputar Rohingya hoaks. Padahal, menurut Nuim, “Yang hoaks hanya satu dua. Mayoritas informasi yang beredar di masyarakat adalah benar. Suu Kyi sengaja ingin mengacaukan informasi agar ia tetap dihormati di dunia.”

Penulis buku Imperialisme Baru ini menjelaskan bahwa konflik di Rohingya adalah konflik agama. Yang dibunuh, diusir dan ditindas adalah minoritas Muslim bukan yang lain. “Kita menyesalkan pernyataan Dubes RI unuk Myanmar Ito Sumardi yang menyatakan bahwa konflik Rohingya bukan konflik agama,” paparnya. Nuim menjelaskan bahwa masalah ekonomi seperti cadangan migas di Rohingya adalah penyebab sampingan. Intinya kini minoritas Muslim yang ditindas dan yang menindas adalah pemerintah junta militer dan kaum Budha ekstrim Myanmar.

Ustadz Nuim mengharapkan agar pemerintah Indonesia bersikap keras dalam berdiplomasi dengan Myanmar. “Tidak lembek seperti sekarang ini. Asean tidak bersikap. Harusnya pemerintah Indonesia bersikap tegas terhadap Myanmar, putuskan hubungan diplomatik. Nanti bantuan-bantuan kemanusiaan bisa lewat PBB. Dan Myanmar tidak mungkin berani lawan PBB karena ia anggota PBB,” jelasnya. Karena sikap lembek dari Asean dan Indonesia, maka pemerintah Myanmar terus melakukan penindasan terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Sementara itu, di hari yang sama di Masjid al Azhar Kebayoran Baru Jakarta juga dilaksanakan Tabligh Akbar tentang Rohingya. Pembicara dalam acara itu adalah: Hidayat Nur Wahid, Akmal Sjafril, Ahmad Doli Kurnia dan Tri Mukhti. Dalam acara itu selain diisi orasi tentang pembelaan Muslim Rohingya, juga dilakukan aksi penggalangan dana. Sekitar 400 orang hadir dalam acara itu dan kebanyakan para pemuda. ||

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *