Dakwah dan Jihad (Serial Cerita Politik 7)

by
foto:istimewa

Akal dan Budi bertemu kembali di Masjid Ukhuwah Islamiyah Depok. Keduanya baru selesai menghadiri Sidang Terbuka Kandidat Doktor Muhammad Salman yang mengambil tema disertasi tentang Islam dan Politik Amerika.

Wartapilihan.com, Jakarta –Akal : Bud, kita kok gini-gini aja ya. Liput, nulis, liput nulis…

Budi : Gini-gini aja gimana? Ini dakwah Kal. Meski orang meremehkan kerja reporter atau wartawan, tapi sebenarnya wartawan itu tugasnya mulia. Seperti para Nabi yang menyampaikan atau menyebarluaskan wahyu ke umat manusia. Makanya sebagai Muslim, kita kerja sebagai wartawan jangan niyatnya cari uang doang.

Akal : Maksudnya? Kita bekerja kan memang untuk cari uang Kal. Mencari uang atau nafkah itu kan kewajiban kita sebagai suami. Gimana sih…

Budi : Ya saya ngerti. Tapi wartawan ini lain. Kita cari uang halal iya. Kita gak mau disuap untuk menaikkan atau menurunkan suatu berita. Apalagi kalau masalah criminal. Tapi kalau pekerjaan ini kita lakukan dengan niyat dakwah Islam, akan lebih besar lagi pahalanya.

Akal : Ya Bud, benar. Kita itu penyampai pesan. Kita bisa milih pesan yang baik atau buruk untuk masyarakat.

Budi : Misalnya kalau nulis tentang pelacuran. Kita bisa memihak kepada masyarakat yang anti pelacuran atau memihak si pelacur. Bila memihak si pelacur, maka kita akan angkat segi-segi belas kasihan si pelacur yang butuh uang untuk menghidupi keluarganya dan seterusnya. Tapi kalau kita mihak masyarakat yang anti pelacuran, kita bisa ungkap tentang bahaya pelacuran bagi keluarga, bahaya pelacuran bagi kesehatan, jahatnya mafia pelacuran dan lain-lain.

Akal : Betul Bud. Akhirnya dalam masalah seperti ini kita kembali kepada nilai. Pelacuran itu baik atau buruk. Mereka yang menganggap pelacuran itu baik, maka ia akan gunakan segala cara dengan mengumpulkan fakta dan opini untuk mendukung pelacuran atau perzinahan. Sedangkan yang menganggap pelacuran itu buruk, maka ia akan gunakan segala cara dengan mengumpulkan fakta dan opini untuk menolak pelacuran.

Budi : Disinilah wartawan Muslim harus punya prinsip atau ideologi. Jangan membebek pada wartawan Barat yang tidak mempunyai nilai. Menganggap semua perbuatan relatif.
Akal : Betul Bud. Bagi wartawan Islam sandarannya adalah Al Quran, Sunnah dan Ijtihad ulama yang shaleh. Wartawan Barat sandarannya ‘common sense’, mereka gak percaya atau tidak tahu Al Quran dan Sunnah. Makanya wartawan Barat ‘mudah disogok’ he he…

Budi : Yang bener?

Akal : Coba lihat waktu Amerika menginvasi Irak tahun 2003. Wartawan sekelas CNN, bisa dikendalikan pemerintah Amerika. Dalam peliputan di wilayah perang itu mereka ‘ngintil’ terus pada tentara AS. Gimana letak obyektifnya? Harusnya kan CNN selain mewancarai perwira Amerika juga mewawancarai penduduk Irak yang sangat menderita akibat invasi itu. Tapi itu ‘tidak dilakukan’. Liputan mereka pokoknya pro Amerika. Malahan pernah kan tentara Amerika menggendong bayi Irak, jadi foto best seller waktu itu. Media besar di sini juga ikut-ikutan mempublikasikan foto itu…

Budi : Memang uang jadi berhala berat di masa kini. Wartawan Islam juga banyak yang mau disogok he he

Akal : Wartawan Islam kalau mau disuap, karena kasus kriminal, itu keluar dari prinsip. Tapi kalau sekedar 200, 300ribu u transport masak gak boleh he he…apalagi kita memberitakan sesuatu yang sifatnya bagus, seperti tabligh akbar, promosi sekolah Islam dan lain-lain. Kalau kasus kriminal, kita akan menolak sogokan, berapapun jumlahnya.

Budi : Memang bagusnya wartawan gak nerima amplop sama sekali ya. Tapi media-media Islam ini kan miskin-miskin, sehingga mereka terpaksa menerima uang transport kecil-kecil seperti itu. Yang penting mereka tidak menerima amplop untuk kasus kriminal, saya kira itu no problem..

Akal : Itulah masalahnya. Banyak orang kaya di kalangan Muslim sendiri yang tidak mengerti pentingnya dakwah lewat tulisan ini. Mereka masih senang dengan dakwah lewat ucapan.

Budi : Benar. Keduanya sebenarnya punya plus minus. Dakwah lewat tulisan umumnya lebih mendalam dan mudah untuk didokumentasi. Dakwah lewat ucapan lebih menyentuh rasa dan otentik. Apalagi sekarang ada youtube, banyak masyarakat suka kepada dakwah lewat ucapan. Tapi tidak sedikit masyarakat tetap suka dengan tulisan. Karena tulisan bisa merangkum masa lalu dan fakta-fakta bisa digabung lebih menarik daripada ucapan. Makanya Al Quran kan kitab suci yang tertulis he he he..Yang mukjizatnya tidak pernah using. Dari zaman ke zaman Al Quran menumbuhkan inspirasi besar kepada manusia untuk membuat suatu peradaban yang mulia…

Akal : Jadi kita ini sebenarnya ulama pewaris Nabi?

Budi : Iya. Wartawan itu sebenarnya ustadz atau ulama penyambung risalah Nabi. Makanya bagi wartawan Islam terlarang mendukung suatu hal yang menyalahi Al Quran dan Sunnah. Misalnya wartawan Islam dilarang mendukung perzinahan, perjudian, minuman keras dan lain-lain. Landasan bagi wartawan Islam jelas, sedangkan wartawan Barat tidak jelas sandarannya he he he…

Akal : Memang ya Kal. Kalau kita renungkan wartawan Barat ini juga punya andil ‘dosa’ membentuk masyarakat Barat sekarang ini..

Budi : Iya. Mereka ini kan beda budayanya dengan kita. Kita masih ada pengajian, hampir ‘murni’ cara berfikirnya dibentuk oleh media dan lingkungan pendidikan formal belaka (sekolah/kampus). Makanya apa yang terjadi di media mereka, itu menunjukkan gaya hidup mereka.

Akal : Ya ya ya. Makanya harus menulis berani beradu konsep dengan mereka. Jangan nulis liputan doing. Tapi menulislah sekali-kali analisa atau bertarung pemikiran dengan mereka. Itulah namanya dakwah atau jihad dengan tulisan he he…

Budi : Bener Kal. Jihad ini kata yang penting dalam Al Quran. Sekitar 40 ayat jihad disebutkan dalam Al Quran. Jihad bermakna upaya yang maksimal untuk menegakkan risalah Ilahi. Jihad bisa dengan tulisan, ucapan, harta, senjata atau jiwa. Rasulullah saw menyatakan berjihadlah melawan orang-orang Musyrik dengan hartamu, jiwamu dan lisanmu. Jadi kalau kita cermat, jihad itu wajib lho…Bukan sunnah atau mubah. Wajib. Kewajiban dalam Islam itu bukan hanya syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Jihad, sabar, jujur, dakwah dan hal-hal yang menyangkut sikap diri atau akhlaq (adab) itu juga wajib. Ya rukun Islam yang lima itu kewajiban yang mendasar. Tapi banyak kewajiban yang harus kita jalankan selain lima itu. Contohnya jihad. Jihad ini bukan hanya bermakna perang fisik ketika penjajah menaklukkan negeri kita. Tapi juga bermakna melawan segala hal yang menyerang Islam.

Bila mereka menyerang ekonomi, kita wajib berjihad dalam bidang ekonomi. Menyerang pemikiran, kita wajib berjihad melawan pemikiran dan menunjukkan pemikiran Islam yang terhebat. Menyerang budaya, kita wajib berjihad lewat budaya, misalnya menampilkan budaya-budaya Islam yang mulia dibanding budaya Barat jahiliyah dan seterusnya. Jihad secara bahasa bermakna sungguh-sungguh. Dalam al Quran disebutkan : Barangsiapa berjihad (bersungguh-sungguh), maka jihad (kesungguhan) itu berguna untuk dirinya sendiri. Tapi bedanya kalau jihad dalam Islam itu harus selalu fi Sabilillah (di jalan Allah), sedangkan jihad/perang mereka nggak jelas dan kebanyakan di jalan hawa nafsu atau untuk pemimpinnya (thaghut) atau harta belaka.

Akal : Jadi kalau kita wartawan Islam, niatnya harus dakwah dan jihad…

Budi : NIyatnya sebagai dai dan mujahid he he he. Dan jangan lupa dalam Al Quran surat Furqan 52, Allah SWT berfirman : “Maka jangan ikuti orang-orang kafir itu dan berjihadlah kepada mereka (dengan Al Quran) dengan jihad yang besar.” Kal, kita harus berjihad melawan strategi/rekayasa kaum kafir itu dengan jihad yang besar bukan jihad kecil-kecilan.

Akal : Ya Bud. Aku doakan kamu berhasil dalam jihad yang besar ini Bud.

Budi : Trims Bud. Memang berat Bud, untuk menjadi dai dan mujahid itu. Tapi insya Allah dengan kita terus mendekat pada Allah, Allah akan memberikan pertolongan. Bukankah Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana? Wallahu azizun hakim. II

Izzadina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *