Wartapilihan.com – Jauh dari London, mantan wartawan BBC Asyari Usman prihatin terhadap nasib PPP. Ia menulis opini pribadinya terkait dengan dukungan PPP Romi dan PPP Djan Faridz kepada cagub DKI Jakarta Ahok. “Setelah ketua umum PPP versi muktamar Surabaya, Muhammad Romuharmuziy (Romi), memberikan dukungan untuk Pak Ahok dalam putaran kedua pilkada DKI Jakarta, hampir bisa dipastikan partai berlambang Ka’bah itu sedang dibawa oleh kedua kubu yang berseteru itu menuju ke liang kubur. Dua sejoli akhirnya bersama-sama membawa PPP bunuh diri,”jelasnya.
“Karena PPP tergolong mati katak, maka jenazahnya pun tidak perlu disholatkan lagi. Begitulah lebih-kurang hasil dikusi warungan diantara para massa pendukung Partai Ka’bah. Mereka kecewa terhadap kedua kubu, terhadap Djan dan Romi,”tulisnya.
Asyarii membuat pengandaian bahwa para wartawan yang hadir di rumah duka mendiang PPP berusaha mencari sebab-sebab PPP bunuh diri. Beberapa wartawan mengatakan, PPP sebetulnya bukan bunuh diri melainkan karena kedua kader itu sedang mabuk kekuasaan. Pada saat mabuk itu mereka menabrak pohon rakyat dalam kecepatan tinggi sampai tubuhnya berserakan.
“Setelah mati katak dan tak disholatkan, mayat PPP bisa saja ditolak oleh tanah kuburan,” sindirnya.
Asyari benar. PPP kini mulai pecah. Setidaknya PPP wilayah Madura dan Yogyakarta (dan Jakarta) sudah mulai mbalelo. Ulama sepuh yang juga Ketua Umum Forum Ulama’ul Ka’bah Madura (FUKM), KH Ali Karrar Sanhaji menyatakan bahwa dukungan PPP ke Ahok adalah bentuk pengkhianatan terhadap partai berlambang Ka’bah itu.
“Kami menganggap mereka berdua (Romi dan Djan Faridz, red) telah berkhianat terhadap PPP yang merupakan amanah para ulama dan sesepuh pencetus PPP yang berazaskan Islam,” kata KH Ali Karrar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta 30 Maret lalu.
Karena itu, ia meminta Romi dan Djan Faridz legowo melepaskan diri dari PPP. “Mereka juga harus mengubah gambar Ka’bah dari logo Partai serta melepas azas Islam dari Partai mereka berdua,” jelasnya.
Ia juga meminta seluruh kader PPP menyatakan mufaraqah atau tidak mengikuti pimpinan atau imam dari kepemimpinan mereka berdua.
Sementara itu, Ketua DPW PPP Yogyakarta, Syukri Fadholi mengeluarkan pernyataan hampir serupa dengan PPP Madura. Dalam pernyataan tertanggal 3 Maret 2017 yang diterima Warta Pilihan, ia menyatakan :
1). PPP DIY tegas menolak dan menyatakan batal sebagai imam kedua pimpinan baik kubu Romahurmuzi (Romi) maupun Djan Farid yang telah mengkhianati perjuangan umat Islam
2). Meminta kepada mahkamah partai dua kubu Romahurmuzi dan Djan Farid harus dipecat atau diberhentikan karena telah mengkhianati amanah dan khitoh partai
3). Meminta Mahkamah Partai memutuskan agar dilaksanakan muktamar luar biasa dalam menyelesaikan konflik internal PPP
4). PPP DIY bersedia menjadi tuan rumah muktamar luar biasa Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan
5). Menghimbau kepada kader dan konstituen PPP di seluruh Indonesia baik yang ada di kubu Romahurmuzi maupun Djan Farid bersatu kembali menjunjung ukhuwah menghadapi pemecah belah umat
Jadi, setidaknya kini ada tiga wilayah yang bergolak karena sikap Romi dan Djan Farid yang mendukung Ahok. Jakarta yang diwakili Haji Lulung, Madura dan Yogyakarta. Di Jakarta sendiri, kader-kader PPP banyak yang mbalelo dengan seruan pimpinan partai pusat. Mereka tetap menyerukan agar memilih Anies Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta 19 April ini.
Melihat pergolakan PPP di daerah-daerah ini, entah Romi atau Djan Farid mendengarnya atau tidak. Atau memang mereka membiarkan PPP amburadul, yang penting mereka berdua aman menikmati kekuasaan. Wallahu a`lam. |
Redaksi : Nuim Hidayat