Belakangan ini tengah viral bendera dari negara para peserta Asian Games yang dipajang di pinggiran jalan, dalam rangka semarakkan semangat Asian Games. Karena tiangnya tegak dari bambu, hal ini dinilai tak layak bagi warganet.
Wartapilihan.com, Jakarta –PDIP turut menjadi pihak yang mengkritisi hal ini, karena Pemprov DKI dianggap tidak menyambut Asian Games dengan baik.
“Nah ini saya katakan Pemda DKI Jakarta tidak merepresentasikan itu, sebagai tuan rumah yang baik contoh paling sederhana, ketika ada perhelatan Asian Games ini kan DKI Jakarta seolah-olah tidak terlalu proaktif, baru-baru akhir-akhir ini saja setelah DPRD mendorong,” kata Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono, dilansir dari detik.com.
Gembong mengatakan, Pemprov kurang proaktif dan kurang serius menjamu para peserta Asian Games.
“Sangat tidak wajar lah, sepakat saya untuk daerah-daerah protokol yang dilintasi oleh duta-duta atletik rasanya tidak pantas kita sebagai tuan rumah menampilkan wajah yang seperti itu. Ini artinya kan, ini sebetulnya menunjukkan kesiapan kita, menunjukkan keseriusan kita terhadap helatan Asia dalam konteks olahraga,” tuturnya.
Sementara itu, pihak Gerindra mengatakan, hal ini justru patut diapresiasi. Pasalnya, hal itu merupakan antusiasme warga yang telah melakukan urunan untuk membeli bendera.
“Ya itu antusiasme warga, kita harus hormati. Pakai bambu kan karena warga nggak punya kemampuan yang sama. Masalah bambu kok dipermasalahkan,” kata Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI, Prabowo Soenirman, Jumat (20/7/2018).
Sosok Di Balik Bendera Bambu
Dialah Muhammad Tamran (41 tahun), salah satu warga dari Muara Baru, Jakarta Utara. Tamran mengaku, kegiatan pasang bendera tersebut merupakan hasil inisiatif dirinya bersama teman-temannya untuk menyemarakan Asian Games yang sebentar lagi akan tiba.
Tamran, yang merupakan warga Muara Baru telah mengumpulkan uang hingga jutaan rupiah bersama dengan 11 temannya demi membeli 29 bendera negara peserta Asian Games 2018.
Dengan segala keterbatasan biaya, Tamran dan kawan-kawannya terpaksa menggunakan bambu yang harus dibelah menjadi lima bagian yang kemudian digunakan untuk memasang bendera tersebut di sepanjang jalan.
“Satu bendera (harganya) Rp.50 ribu. Saya tidak bekerja,” kata Tamran.
Kendati pernah dicopot oleh petugas PPSU, Thamran mengaku tidak kecewa. Karena, setidaknya dia merasa telah berhasil membuat seluruh masyarakat mengetahui bahwa dirinya setidaknya sudah menghadirkan semangat Asian Games ditengah masyarakat.
“Kenapa dia enggak beli bambu, dia (yang mengejek) kan banyak uang. Kenapa dia gak pasang juga bendera di depan rumahnya,” katanya.
Kendati bambu yang ia gunakan tidak sebagus yang diharapkan warganet, bagi Thamran, bambu runcing memiliki arti bersejarah bagi dia.
“Di Sulawesi bambu kalau dibuang sama saja membuang orang kecil. Sampe sekarang khususnya orang Sulawesi di pinggir pantai rumah masih pakai bambu tiangnya. Sangat berguna,” tuturnya dengan logat Makasarnya.
Menanggapi hal tersebut, Fahira Idris selaku Anggota DPD RI DKI Jakarta mengatakan, ungkapan ejekan dan merendahkan di media sosial, menurutnya ialah tak lebih dari sebuah kebencian sekelompok oknum yang ‘kepanasan’ atas berbagai kebijakan, kinerja dan capaian Anies-Sandi selama ini.
Senator atau Anggota DPR RI DKI Jakarta Fahira Idris menyatakan, dari amatannya saat ini ada gerakan yang sengaja digulirkan untuk menggiring berbagai isu di Jakarta untuk dibesar-besarkan serta dijadikan peluru untuk menyesatkan opini publik bahwa Jakarta saat ini tidak sebaik gubernur sebelumnya.
Isu-isu seperti ini, kata dia, juga terus digulirkan untuk menenggelamkan isu-isu lain misalnya soal reklamasi dan pembangunan enam ruas tol dalam kota yang ditolak gubernur.
“Yang jadi ancaman bagi Jakarta itu sekarang pembangunan enam ruas tol dalam kota, bukan bendera warga. Tetapi yang mereka ributkan tiang bambu bendera warga, bukan tol dalam kota yang begitu substantif untuk dikritik. Ini kan aneh,” tukas Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jum’at, (20/7/2018).
Menurut Fahira, dirinya mengapresiasi dan mendukung instruksi Gubernur Anies yang memerintahkan Wali Kota Jakarta Utara untuk mengajak warga memasang kembali bendera-bendera negara peserta Asian Games yang sebelumnya sempat diturunkan.
“Inisiatif tulus warga untuk menyemarakan Asian Games harusnya diapresiasi, tapi oleh mereka malah jadi bahan olok-olokan dan peluru menyudutkan Pemprov DKI. Menyedihkan sekali sikap seperti ini. Saya dukung penuh instruksi gubernur yang memerintahkan bendera tersebut dipasang kembali,” tukas Ketua Komite III DPD RI.
Fahira menyakini ke depan, seiring kerja-kerja Anies-Sandi menunaikan janji kampanyenya dengan melibatkan warga dalam berbagai proses pembangunan maka akan semakin banyak penggiringan isu dan penyesatan opini untuk ‘menyerang’ Pemprov DKI Jakarta.
“Jarum jatuh di Balai Kota saja bisa jadi masalah bagi mereka. Tetapi saya bersyukur warga Jakarta sudah cerdas melihat manuver-manuver seperti ini. Setiap saya turun ke warga terutama ke warga yang dulu dipinggirkan, saya mendengar langsung bahwa bagi mereka saat ini kondisi Jakarta lebih baik, tenang, dan kondusif.
Warga yang dulu dianggap sebagai masalah pembangunan, kini dijadikan subyek pembangunan. Itu yang penting,” pungkas Fahira.
Eveline Ramadhini