Benarkah Kitab Suci Fiksi?

by
Rocky Gerung. Foto: istimewa.

Pernyataan Rocky Gerung, dosen Filsafat UI yang juga pengamat politik membuat geger jagat maya. Hal itu karena ia mengatakan kitab suci ialah sesuatu yang fiksi, di acara ILC tvOne, beberapa waktu lalu.

Wartapilihan.com, Jakarta –Menurut Rocky, fiksi berbeda dengan fiktif. Fiksi lawannya realitas, sedangkan fiktif lawannya fakta. Kata fiksi selama ini dianggap dengan konotasi yang negatif yakni identik dengan kebohongan, namun Rocky berpandangan justru fiksi bersifat positif.

“Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos, dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif,” ujar Rocky.

Kendati Rocky sudah menjelaskan demikian, namun Rocky banyak dikritik dan ditanggapi pedas oleh warganet, juga di sisi lain dipuji karena kecerdasannya.

Abu Janda merespon hal tersebut dengan melaporkan perkataan Rocky Gerung ini sebagai bagian penistaan agama.

Untuk diketahui, Abu Janda melaporkan perkara dugaan menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan sesuai pasal 28 ayat (2) Jo pasal 45 A ayat (2) UU RI No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE.

Ia membawa satu orang perwakilan yang tersinggung dari Kristen, Islam dan Budha.

“Malam ini ada tiga agama, muslim, Kristen, Buddha, mewakili umat yang merasa tersakiti oleh pernyataan saudara Rocky Gerung bahwa kitab suci itu fiksi,” kata Permadi di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Menanggapi hal tersebut, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD pun ikut mengomentari pernyataan Rocky Gerung di media sosial miliknya.

Menurut Mahfud, kitab suci bukan fiksi dan jauh bedanya.

“Itu pendapat Rocky Gerung, silakan saja. Tapi bagi saya, kitab suci bukan fiksi, jauh bedanya. Fiksi itu produk angan-angan atau khayalan manusia sedang kitab suci adl wahyu dan pesan Tuhan.

Saya meyakini, kitab suci adalah wahyu Tuhan yang ditanamkan di hati dan dipatrikan di otak orang yang beriman,” tulisnya, menjawab pertanyaan netizen terkait pernyataan Rocky Gerung, Rabu, (11/4/2018).

Untuk betul-betul memastikan jawaban Mahfud bukan berasal dari potongan video, seorang netter meminta Mahfud untuk melihat tayangan video tersebut secara utuh.

Namun, Mahfud menegaskan ia sudah melihat videonya, dan tetap memiliki pandangan yang berbeda dengan Rocky.

“Saya sudah melihat aslinya di @tvone_ilc tadi malam. Pendapat saya tetap beda dengan pendapat Rocky Gerung. Kitab suci tetap beda dgn fiction maupun fictive. Yang satu dari atas ke bawah, yg satu dari bawah ke kemana-mana. Tapi itu soal pendapat saja, tak perlu diributkan. Biarin saja,” jawab Mahfud.

Mahfud tak mau berbicara lebih jauh apakah Rocky Gerung menistakan agama atau tidak dengan pernyataannya itu.

“Saya tak bisa dipancing-pancing dgn urusan penistaan atau bukan. Saya hanya berbicara pemahaman saya ttg fiksi dan kitab suci,” tegas Mahfud.

Sementara itu, Henri Shalahuddin peneliti senior Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) turut menanggapi soal ini.

Ia menjelaskan, di kamus Merriam Webster dijelaskan, fiksi sebagai (a) something invented by the imagination or feigned; specifically: an invented story, (b) an assumption of a possibility as a fact irrespective of the question of its truth, dan (c) the action of feigning or of creating with the imagination.

Sedangkan di KBBI dijelaskan, fiksi/fik·si/ n 1 Sas cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); 2 rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan.”

“Jika ‘fiksi’ disandingkan dengan kitab suci, tentu sangat bermasalah. Apalagi membuat akrobat pemaknaan baru tentang fiksi. Ini aneh betul,” tutur Henri, Kamis, (12/4/2018).

“Adapun yang melaporkan adalah kalangan yg “tumben” bisa marah kitab suci dihina, ya biarkan saja,” tukasnya.

Henri menegaskan, dalam Islam, loyalitas tertinggi terletak pada nilai, dan manusia tidak sesekali pun disuruh berloyalitas pada individu.

“Apalagi umat Islam tidak pernah menitipkan kebenaran pada Rocky Gerung ataupun pihak pelapor. Mereka semua bukan jubir umat.

Jangan sampai karena Rocky kritis dan berpihak pada oposisi, lalu kita membelanya mati-matian. Dan kita pun punya standard nilai yang tetap,” pungkas dia.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *