Oleh : Dr Adian Husaini
Pada Klinik Pendidikan Keluarga kali ini, Dr Adian menjelaskan tentang pentingnya memahami ayat-ayat Allah di alam semesta ini. Sehingga manusia dapat menemukan Tuhan dibalik tanda-tanda alam itu. Simak penuturan lengkapnya :
Wartapilihan.com, Depok –Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Teman teman dan saudara semua masih di tempat yang sama di Pulau Pari gugusan Pulau Seribu, kita merefleksikan alam kita dan bagaimana kita seharusnya merefleksikannya dengan pendidikan.
Salah satu ayat yang mengingatkan kita semua yang bergelut pada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan ini adalah Surat Al-A’raf ayat 179 dimana Allah mengingatkan pada kita bahwa sungguh akan Allah penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia dan yang masuk kategori calon penghuni neraka Jahanam adalah mereka yang punya qalb atau akal tapi tidak mau memahami Ayat-ayat Allah. Dan mereka mempunyai telinga namun tidak mampu menangkap ayat-ayat Allah dengan panca indra, punya mata tapi tidak melihat, punya hati dan akal namun tidak mampu menangkap ayat-ayat Allah.
Dalam konsep pendidikan kita kalau kita mengajarkan fenomena alam entah itu fisika, kimia, atau biologi atau pelajaran tentang tubuh manusia anatomi dan histologi (ilmu tentang jaringan) kita harus memahami bahwa itu bagian dari Ayat-ayat Allah. Bahwa ayat itu tanda, tanda itu sesuatu yang menunjukkan bukan pada dirinya tapi menunjukkan sesuatu di luar dirinya. Maka dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa,“Di bumi itu ada ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang yakin dan di dalam dirimu ada ayat-ayat Allah.”
Semuanya ayat-ayat Allah, seperti keindahan alam semesta, keindahan laut pasir yang putih seperti ini itu adalah semua ayat-ayat Allah. Sudah jelas di dalam Al-qur’an dikatakan bahwa, “Dalam dirimu ada ayat-ayat Allah, mengapa kamu tidak memperhatikan dan melihat itu?”
Kita harus menangkap tanda misalnya ketika kita melihat pohon kita bertanya mengapa pohon itu bisa seperti itu? Coba kita perhatikan bagaimana pohon itu bisa tumbuh dan asalnya dari mana. Kita taruh satu biji dan tumbuh menjadi satu pohon, padahal pohon itu hanya disiram dengan air kok tahu tahu tumbuh batang, daun, dan muncul buah juga.
Itulah yang dimaksud dengan “creatio exnihilio” Allah itu menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Kalau manusia membuat sesuatu ada bahannya, tapi Allah menciptakan sesuatu tanpa ada bahan, seperti manusia dari mana kita ini muncul.
Kita amati pohon pisang dari mana batangnya itu tidak ada hanya kita siram pakai air bisa tumbuh batang, buah dan berbeda beda bentuknya. Makanya kalau kita mau mikir di Surat al-Mulk disebutkan di neraka nanti banyak orang menyesal dan berkata bahwa andaikan kami dulu mendengar ayat-ayat Allah, mendengar peringatan-peringatan dari Rasulullah dan mau berpikir pasti kita tidak termasuk penghuni neraka.
Ini yang perlu kita camkan dalam dunia pendidikan kalau mengajarkan fenomena alam seperti fisika, kimia, biologi jangan hanya berkutat pada fenomenanya saja pada ayat pada tandanya, tapi pikirkanlah dibalik tanda pasti ada sesuatu yang tujuan utamanya adalah sampai kepada sang Pencipta. Itulah yang disebut dengan Islamic Sains itulah ciri khas sains Islam bukan hanya menangkap tanda tapi juga menangkap apa yang ada dibalik tanda bahwa semua ini tujuannya adalah kepada Allah.
“Ya Allah tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia, Maha suci engkau Ya Allah jauhkanlah kami dari siksa api neraka.” Itu yang perlu kita tanamkan dalam hidup dan dunia pendidikan kita dalam mengkaji fenomena alam itu tidak berhenti pada tanda. Karena itu ilmuwan yang berhenti pada tanda “mereka itu seperti binatang ternak”. Maknanya kita disuruh mengamati binatang ternak seperti kambing, sapi, monyet dan babi. Coba perhatikan bagaimana mereka hidup, mereka hanya makan dan bersenang-senang. Jadi, pelajar, profesor dan ilmuwan yang berhenti pada tanda-tanda, tidak menemukan Tuhan-Nya pasti hidupnya akan seperti binatang hanya mengejar kesenangan dan syahwat, tapi tidak berdzikir pada Allah, tidak ingat pada Tuhan-Nya bahkan tidak tahu apa tujuan hidup yang sebenarnya, jadilah ia seperti binatang.
Itulah sebabnya saya bersyukur pernah kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan karena jadi memahami binatang. Satu semester belajar cacing, satu semester belajar serangga, ilmu histologi, anatomi, dan pengobatan hewan jadi tahu betul ciri-ciri binatang. Jika manusia tidak tahu Tuhan-Nya dia lebih sesat dari binatang. Jadi hati-hati dengan kurikulum pendidikan kita, harus betul-betul diarahkan mengenal dan tunduk serta patuh kepada Allah SWT. II