Tahun 1980an di channel TV Jerman ZDF, ditayangkan film Italy serial dengan judul Allein Gegen Die Mafia (Melawan Mafia Sendirian).
Wartapilihan.com, Jakarta –Film itu mengisahkan tentang seorang Komisaris Polisi (Corrado Cattani) yang sangat idealis ingin membasmi Mafia sampai ke akarnya. Dia memang jagoan dan sangat lihai menggunakan revolver, sehingga banyak gembong-gembong Mafia mati di tangannya.
Sayang sekali dia sendirian. Seandainya saja kepolisian Italy memberi dukungan bisa habislah Mafia di Italy. Bahkan akhirnya Komisaris Cattani harus mati di tangan Mafia. Tamsil itu disampaikan anggota Majelis Fatwan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Pusat Muhammad Zubaidi saat berbincang-bincang dengan Warta Pilihan mengenai perjuangan penyidik senior Novel Baswedan dalam memberantas korupsi.
‘Apa yang selama ini dilakukan Novel Baswedan mengingatkan saya pada kisah Komisaris Cattani itu. Saya tidak tahu mana yang lebih berat memberantas Mafia Italy atau memberantas Mafia Koruptor Indonesia. Novel Baswedan memang sendirian. Yang dilawan komplotan besar dengan dana tak terhingga dan saat ini sanggup membeli penguasa dan penegak hukum yg manapun,” kata Ustadz Zubaidi di Gedung Menara Dakwah, Jl. Kramat 45, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9).
Sebelumnya, dia sudah mengingatkan resiko terberat yang bisa dialami Novel. Yaitu kehilangan nyawa. Tapi, lanjut Zubaidi, Novel Baswedan punya idealisme yang sangat kuat untuk terus memberantas korupsi meskipun nyawanya jadi taruhan.
“Alhamdulillah saya bangga dan ikut mendukung sikapnya itu.
Sebab Nabi SAW bersabda:
ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﺩﻭﻥ ﻣﺎﻟﻪ ﻓﻬﻮ ﺷﻬﻴﺪ
(Siapa yang terbunuh karena menyelamatkan hartanya maka dia mati syahid (HR. Al-Bukhori 2480)),” jelasnya.
“Ini terbunuh karena menyelamatkan harta sendiri, maka bagaimana jika orang terbunuh karena menyelamatkan harta negara dan harta rakyat yg dikorupsi oleh manusia-manusia rakus, yang menyebabkan negara yang gemah ripah loh jinawi ini bangkrut dan tertimbun hutang, dan menyebabkan mayoritas rakyat jadi melarat ibarat tikus mati kelaparan di lumbung padi,” imbuh Zubaidi.
Tentu, kata dia, menyelamatkan harta negara dan rakyat jauh lebih mulia dan nilai syahidnya juga luar biasa.
“Keinginan mati syahid adalah satu syarat yg harus dimiliki setiap orang beriman. Sebab orang yang tidak punya keinginan mati syahid adalah munafik, bukan orang beriman. Sebagaimana Nabi SAW telah bersabda:
ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻭﻟﻢ ﻳﻐﺰ، ﻭﻟﻢ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻪ ﻧﻔﺴﻪ، ﻣﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﺷﻌﺒﺔ ﻣﻦ ﻧﻔﺎﻕ
(Siapa yang mati padahal dia belum pernah berperang (jihad) dan tidak juga punya niatan untuk itu maka dia mati di satu cabang kemunafikan. (HR. Muslim 1910)),” papar Muhammad Zubaidi.
Lebih jauh, tutur Zubaidi, seandainya saja setiap polisi ataupun TNI punya kesadaran seperti itu, hukum di negeri ini pasti tegak dan kejahatan tak akan tumbuh subur merajalela. Terlebih, Novel Baswedan sendirian. Sehingga resiko tertinggi sulit dihindari, kecuali jika Allah menyelamatkannya.
“Novel Baswedan bukan tidak bisa berhasil dengan idealismenya, dia bisa sukses memerangi Mafia Koruptor dengan salah satu dari dua kondisi. Pertama, jika Indonesia dipimpin oleh seorang presiden yang benar-benar anti korupsi, adil dan menegakkan hubena Tapi entah kapan kita punya pemimpin seperti itu,” ucapnya.
Kedua, jika Indonesia punya kapolri yang juga benar-benar anti korupsi, adil dan menegakkan hubena Tapi sekali lagi, entah kapan POLRI punya pemimpin yang seperti itu.
“Meskipun semuanya itu, kita umat Islam tidak boleh putus asa. Kita harus terus berdo’a dan berjuang, demi untuk mewujudkan Indonesia yg adil makmur dan diridhoi Allah SWT. Dan secara khusus kita do’akan pula Novel Baswedan semoga cepat sembuh, sukses dalam menjalankan tugas dan selalu dilindungi Allah dirinya beserta keluarganya,” tutupnya dalam perbincangan sore itu.
Satya Wira