“Mas Bowo, jadilah Umar, seorang pembela keadilan dengan kekuasaannya, walaupun terhadap orang Yahudi atau non Muslim,” ujar Alfian.
Wartapilihan.com, Jakarta — Ada kesan pesan dan amanah sendiri dari aktivis Islam yang terus menyampaikan bahaya PKI kepada umat Islam dan bangsa Indonesia. Adalah Alfian Tanjung, pimpinan Taruna Muslim yang menjadi korban kriminalisasi rezim.
Pada tahun 1997, ia mulai kenal Prabowo Subianto bersama rombongan tokoh Islam Nasional di sebuah tempat di Markas TNI untuk merespon situasi transisi. Ada pesan dan kesan mendalam ketika membaca buku Prabowo yang berjudul “Rebut Kembali Indonesiaku”. Berikut kutipan yang didapatkan dari salah satu sumber dekat Alfian Tanjung.
Sebagai tulisan awal saya uraikan beberapa catatan tentang Letnan Jenderal Prabowo Subianto, waktu itu kami, Fadli Zon, bang Aru Syeif asadullah memanggil dengan sebutan Mas Bowo, dikalangan orang dekatnya disebut PS08. Saya mendoakan dan mengerahkan seluruh potensi yang saya punya untuk bisa menjadi Presiden ke 8 dengan catatan:
Pertama, sosok Prabowo merupakan sosok yang cerdas dan memiliki pembelaan yang sangat kuat, keras dan berani. Hal ini ditunjukkan oleh beliau dalam berbagai kesempatan. Kepada anak buah dan masyarakat bawah.
Kedua, pembelaan kepada Islam, mas Bowo berani menentang Luhut Binsar Panjaitan (LBP), seorang TNI yang sangat anti, benci dan memiliki target untuk membasmi Umat Islam. Mas Bowo melaporkan rencana licik LB Moerdani dengan mengorbankan Umat Islam pada Peristiwa berdarah, 12 September 1984 di Tanjung Priok, pada Pak Harto. Beny Moerdani bersama Ali Moertopo, membentuk CSIS bersama kalangan katolik dalam rangka membonsai, mempersekusi, “membasmi” ide dan keberadaan tokoh dan gerakan Islam yang berkhidmat pada bisnis dan Politik.
Ketiga, mas Bowo, sangat memahami umat Islam merupakan mayoritas yang tertindas tertulis dalam buku “Akselerasi pembangunan Nasional” terbitan CSIS yang menyebutkan penghambat pembangunan Nasional adalah Umat Islam. Sejak muda Mas Bowo sangat dekat dengan kalangan Islam, karena seorang Prabowo kerap merespon sikap tirani minoritas tersebut.
Keempat, mas Bowo sangat memahami pencaplokan sumber daya Alam Indonesia oleh Imprealis Zionist Kristen dan penguasaan Ekonomi secara nasional dengan cara yang ‘Tidak Wajar’ oleh kelompok tertentu, dari Jaringan Naga Merah dan Naga Kuning yang berafiliasi PKC dengan rezim Xi Jin Ping sang Jagal Islam di Cina, Hal ini menjadi latar belakang mengapa beliau membentuk Gerindra, sebagai partai Nasionalis Relijius.
Kelima, ijtima’ Ulama I 27-29 Juni 2018 di Jalarta, memusyawarahkan dan menetapkan beliau sebagai Calon Presiden 2019-2024. Hal ini sudah melalui proses panjang dan interaksi yang mendalam. Harapan besar Ulama, Habaib dan Tokoh Islam secara nasional, Mas Bowo, Bang Sandi serta Partai Koalisi, bisa bersinergi secara simbiosis Mutualisme.
Dimana dengan ini Ijtima’ II GNPF Ulama, bisa segera digelar dan akan menjadi kekuatan dan Barisan yang kuat untuk memenangkan suara lebih dari 60 persen, target dengan terbangunnya Koalisi Keumatan dan Kebangsaan adalah 80 persen untuk kemenangan Prabowo-Sandi.
Keenam, untuk Mas Bowo yang baik, dekatkanlah diri pada Allah Swt dengan menertibkan ibadah, mengokohkan aqidah. Mas Bowo, jadilah Umar, seorang pembela keadilan dengan kekuasaannya, walaupun terhadap orang Yahudi atau non Muslim.
Ketujuh, mas Bowo, Ijtima’ II akan menjadi energi terbarukan dalam bentuk Koalisi Jakarta Nasional dan Barisan 212 Nasional. Untuk itu mas Bowo berkenan meyakinkan semua partai koalisi, termasuk Demokrat tentunya. Untuk menandatangi 14 point aspirasi Umat Islam.
Selanjutnya dengan terlaksananya Ijtima’ II sesuai rencana, PBB akan menjadi Peluru atau anak panah umat yang menjadi faktor penggenap, penyempurna dan penambah energi. Karena Keluarga Besar Masyumi telah turun gunung untuk mengawal arahan ulama.
Adi Prawira