Geliat kebangkitan umat mulai terlihat. Aksi damai dalam rangka mengoreksi kebijakan penguasa hari ini pun menjadi perhatian. Begitupun di Jember, yang dulunya dijuluki sebagai kota santri ini namun yang belakangan beralih julukan menjadi kota pandalungan, pada hari Rabu (21/2/2018) sejumlah elemen masyarakat melakukan aksi damai 212.
Wartapilihan.com, Jember –212 adalah aksi yang digagas sejumlah ulama dan didukung kalangan pondok pesantren untuk mengkritisi pemerintahan Bupati Faida dan Wakil Bupati Abdul Muqit Arief selama dua tahun terakhir.
.
Menurut KH. Syaiful Rijal, aksi ini murni untuk memperjuangkan masyarakat dan beliau merasa memiliki tanggungjawab moral atas terselenggaranya aksi damai ini lantaran dahulu beliau mendukung pasangan bupati dr Faida dan KH.Muqiet saat pilkada dengan harapan Jember lebih baik lagi. Namun dua tahun perjalanan pemerintahan, harapan itu seakan tak kunjung terwujud. Banyak warga Jember yang mendatangi KH. Syaif dan menanyakan janji bupati yang sudah dua tahun tak terwujud, seperti dana bantuan untuk tiap pesantren tiap tahunnya 10 juta rupiah, tunjangan bagi semua guru ngaji, pembangunan infrastruktur yang tak merata, dan sebagainya.
Sebelumnya, KH Syaiful Rijal, pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqi Putri dan keponakan Rois Aam PBNU 1984-1991 KH Achmad Shiddiq, menemui Wakil Bupati Abdul Muqit Arief di kantor Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (9/1/2018) siang. Sebelumnya pada Senin malam (8/1/2018), Syaiful Rijal memimpin pertemuan sejumlah ulama membahas Aksi 212 untuk mengkritisi kondisi Jember (lihat beritajatim.com). Beliau menyampaikan dan mengklarifikasi hasil pertemuan dengan para ulama yakni 22 persoalan dan kebijakan kontroversial di Jember.
Namun demikian, nasehatnya terhadap wakil bupati tak kunjung diindahkan. Hingga akhirnya KH. Syaif dan para ulama memutuskan, mengumpulkan massa dari berbagai elemen khususnya kalangan pesantren dalam rangka “Melawan Kesombongan Penguasa”.
.
Akar Permasalahan
Sadar atau tidak disadari, bahwa sesungguhnya umat hari ini banyak yang tersadarkan oleh rusaknya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Pun dengan kondisi yang terjadi di Jember hari ini, dana bansos diembat oleh koruptor, meningkatnya penderita HIV/AIDS, longsor, banjir, pernikahan sesama jenis, maraknya pengelolahan dan investasi SDA oleh kapitalis, dan lain-lain. Bergantinya pemimpin pun ternyata tak menjadi jaminan kesejahteraan dan keberkahan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tidak lain hanyalah dengan kembali kepada syariat Allah, Yang Maha Menciptakan dan Maha Mengatur hidup kita.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (TQS. Ar-Ruum:41). II
Arifatul Hasanah (Mahasiswa Universitas Jember)