WARTAPILIHAN.COM, Yaman – Diperkirakan 70.000 kasus kolera telah dilaporkan oleh UNICEF di Yaman dengan hampir 600 orang meninggal pada bulan lalu. Penyakit ini terus menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan. Badan PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kepada anak-anak dan ibu di negara-negara berkembang mengatakan pada hari Jumat (2/6) bahwa situasi yang mengerikan bagi anak-anak di Yaman dengan cepat berubah menjadi bencana. “Kolera tidak memerlukan izin untuk menyeberangi sebuah pos pemeriksaan atau perbatasan, juga tidak membedakan antara wilayah kontrol politik,” kata Geert Cappelaere, Diirektur Regional UNICEF, setelah kunjungannya ke negara tersebut. Dia memberi peringatan bahwa “jumlah kasus yang dicurigai diperkirakan akan mencapai 130.000 dalam dua minggu ke depan” di negara Arabian Peninsula.
UNICEF mengatakan setidaknya 10.000 kasus kolera dilaporkan terjadi hanya dalam 72 jam terakhir. Cappelaere menggambarkan kisah mengerikan anak-anak yang hampir tidak hidup, bayi kecil dengan berat kurang dari 2 kg, berjuang untuk hidup mereka di salah satu dari beberapa rumah sakit yang dia kunjungi. “Namun, mereka adalah yang beruntung. Anak-anak yang tak terhitung jumlahnya di sekitar Yaman meninggal setiap hari dalam diam karena sebab-sebab yang sebenarnya dapat dicegah atau dirawat dengan mudah, seperti kolera, diare, atau malnutrisi,” katanya.
Menurut Cappelaere, petugas kesehatan berpacu dengan waktu untuk mencegah kolera agar tidak membunuh lebih banyak anak meskipun mereka tidak menerima gaji hampir sembilan bulan. Yaman telah terkoyak oleh konflik sejak tahun 2014 ketika pejuang Houthi yang bersekutu dengan tentara yang setia kepada mantan pemimpin Ali Abdullah Saleh menguasai sebagian besar negara tersebut, termasuk ibukota Sanaa.
Tragedi yang Berlanjut
Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi meluncurkan serangan udara melawan para pemberontak Houthi pada bulan Maret 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional. Menurut PBB, sejak saat itu, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, memaksa jutaan orang dari rumah mereka, dan mendorong negara tersebut ke ambang kelaparan.
Pejabat PBB mengatakan bahwa tanpa adanya jeda dalam konflik dan tanpa sumber keuangan yang lebih banyak, kolera akan terus menyebar ke seluruh negeri. PBB mengatakan bahwa wabah kolera yang belum pernah terjadi sebelumnya di Yaman mengancam kehidupan 1,1 juta ibu hamil yang kekurangan gizi, yang membutuhkan layanan kesehatan reproduksi dan perawatan langsung. Program Pangan Dunia mengatakan bahwa hampir seperempat dari penduduk Yaman membutuhkan bantuan pangan mendesak saat ini.
Dengan jutaan orang di ambang kelaparan, mereka yang kekurangan gizi dan memiliki sistem kekebalan tubuh lemah akan berisiko akut terkena kolera.
Hanya beberapa fasilitas medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tanpa akses terhadap air minum yang aman, kata PBB. Kolera adalah penyakit diare akut yang ditularkan melalui air minum yang terkontaminasi. Bisa berakibat fatal dalam hitungan jam jika tidak diobati. Epidemi kolera akhir tahun lalu mereda, namun kini wabah tersebut menjadi semakin sering terjadi. Data WHO menunjukkan bahwa Sanaa menjadi kota yang paling banyak korban kolera, diikuti oleh provinsi sekitar Amanat al-Semah. Kasus kolera juga telah dilaporkan di kota-kota besar lainnya termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden.
Menurut PBB, sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kekurangan makanan dan setidaknya tiga juta anak-anak yang kekurangan gizi berada dan berada dalam “bahaya berat”.
Reporter: Moedja Adzim