Adab Guru dan Murid Menurut Imam Nawawi

by
Sumber foto: https://alayyubi.com/

Imam Nawawi, pengarang kitab Riyadhus Shalihin, menulis buku Adabul Alim wal Mutaalim (Adab Guru dan Murid). Pertama-tama, ia mengawalinya dengan pentingnya ikhlash dalam setiap aktivitas. Karena hanya sikap ikhlash kepada Allah, amal manusia diterima.

Wartapilihan.com, Depok— Ustadz Abu Qasim Abdul Karim menyatakan,”Ikhlash adalah membersihkan akal dari perhatian makhluk.” Dzunnun rahimahullah menyatakan,”Tiga tanda keikhlasan: pujian dan celaan dari orang awam adalah sama, tidak memperhatikan amal dalam amal yang lain dan meminta pahala amal di akhirat.”

Hudzaifah al Mar’asyi berkata,”Ikhlash adalah amal perbuatan hamba baik zahir dan batin adalah sama.” Yusuf bin Husain menyatakan,”Hal yang paling berat di dunia ini adalah ikhlash.”

Berikutnya Imam Nawawi membahas tentang pentingnya menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda,”Tidak dibolehkan hasad kecuali pada dua perkara: seorang yang diberi Allah harta, kemudian ia membelanjakannya dalam kebenaran dan seseorang yang diberi Allah hikmah (ilmu), kemudian ia mengambil keputusan dengannya dan mengajarkannya.” (HR Bukhari Muslim).
Dari Umamah al Bahily, Rasulullah berkata,
“Keutamaan orang yang berilmu disbanding orang yang hanya beribadah adalah seumpama keutamaanku dibanding orang yang paling rendah derajatnya diantara kalian.”

“Sesungguhnya Allah, para malaikatnya, penduduk langit dan bumi hingga semut di dalam sarangnya dan ikan, mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR Tirmidzi). “Seorang mukmin tidak akan puas dari kebaikan yang ia dengar sampai impian tertingginya adalah surge.” (HR Tirmidzi). “Seorang yang faham agama lebih ditakuti setan daripada seribu orang ahli ibadah.” (HR Tirmidzi).

“Segala sesuatu itu memiliki pilar dan pilar agama ini adalah pemahaman dan tidak ada seorang hamba Allah itu lebih baik ketimbang pemahaman dalam agama.” (HR Tirmidzi). “Dunia ini terlaknat dan terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali mengingat Allah atau semisalnya, orang alim dan orang yang menuntut ilmu.” (HR Tirmidzi).

Muadz bin Jabal ra berkata,
“Pelajarilah ilmu, mempelajarinya karena Allah merupakan suatu bentuk rasa takut/khasyah, menuntutnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarinya kepada orang yang tidak mengetahuinya dalah sedekah, dan menyebarluaskannya merupakan bentuk kedekatan kepada Allah.”

Imam Syafii mengatakan,
“Menuntunt ilmu itu lebih baik dari shalat sunnah.”
“Tidak ada yang lebih baik setelah ibadah-ibadah wajib selain menuntut ilmu.”
“Barangsiapa yang mempelajari Al Quran maka nilainya menjadi agung. Barangsiapa mengkaji fiqih, maka harga dirinya menjadi mulia. Barangsiapa mempelajari bahasa, maka tabiatnya menjadi lembut. Barangsiapa yang mendalami ilmu berhitung, maka ide-idenya menjadi banyak. Barangsiapa yang menulis hadits, maka hujjahnya menjadi kuat. Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka ilmunya tidak akan memberi manfaat bagi dirinya.”

Dari Ibnu Umar dari Nabi saw beliau bersabda,”Sebaik-baik ibadah adalah pemahaman pada ilmu agama.”

Berikutnya Imam Nawawi menjelaskan tentang adab seorang guru. Pertama, mengharap ridha Allah. Kedua, berperilaku dengan akhlak-akhlak yang baik. Ketiga, menjaga diri dari sifat tercela. Keempat, Membiasakan bacaan tasbih, tahlil, zikir dan doa-doa lainnya, serta berbagai adab Islami. Kelima, Senantiasa merasakan pengawasan Allah. Keenam, tidak merendahkan ilmu. Ketujuh, mengerjakan suatu perbuatan yang dibolehkan.

Sedangkan adab murid diantaranya: seorang murid harus menyucikan hatinya, menyingkirkan segala hal yang bisa mengganggu konsentrasi belajar, senantiasa rendah hati terhadap ilmu yang dipelajari, senantiasa memperbaiki diri, selektif dalam memilih guru, menghormati dan memuliakan guru, mencari keridhaan dari guru, meminta izin jika ingin bertemu dengan guru, menghadiri majelis guru dengan penuh kesadaran, bertanya kepada guru dengan cara yang lembut dan bahasa yang baik, bersemangat dalam menuntut ilmu, bersabar dengan kekurangan dan perilaku buruk guru, bersikap santun, sabar dan memiliki cita-cita yang tinggi, dan lain-lain.

Imam Syafii menyatakan,”Ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan bersabar terhadap kehinaan.” Ia juga menyatakan,” Aku dulu membuka halaman kertas dihadapan Imam Malik rahimahullah dengan lembut, sebagai bentuk penghormatan kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya.” Sedangkan Rabi’ menyatakan,” Demi Allah, aku tidak berani minum sedangkan Imam Syafii memperhatikanku, karena rasa hormatku kepadanya.”

Dalam sahih Muslim dari Yahya bin Abi Katsir ia menuturkan,”Ilmu tidak akan diperoleh dengan jasad yang bersantai-santai.”

Ibrahim al Jury menyatakan,”Barangsiapa menuntut ilmu dengan kefakiran, maka ia akan mewarisi pemahaman.”

Ibnu Abbas ra berkata,”Aku bersusah payah sebagai pencari ilmu, lalu aku menjadi mulia sebagai orang yang dicari-cari.”

Rabi’ juga menyatakan,”Aku tidak pernah melihat Imam Syafii makan pada siang hari dan tidur pada malam hari karena perhatiannya pada menulis. Ia tidak pernah memberi beban pada dirinya dengan apa yang tidak ia sanggupi karena khawatir dengan perasaan bosan. Hal ini berbeda-beda pada setiap orang.”

Imam Syafii menyatakan,”Dalamilah ilmu sebelum kalian memegang tampuk kekuasaan.” Ini senada dengan perkataan Sayidina Umar ra,”Sibukkan diri dengan ilmu sebelum kalian memegang jabatan.” *Nuim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *