Adab merupakan syarat wajib bagi para penuntut ilmu agar berhasil. Imam Syafi’i sebagai ahli fiqih yang sangat mencintai Bahasa Arab menulis syair-syairnya tentang adab bagi penuntut ilmu.
Wartapilihan.com, Jakarta –Hal paling pertama yang perlu diperhatikan bagi para penuntut ilmu ada keikhlasan, yaitu hanya mengharap ridha Allah Ta’ala, bukan untuk mencari keuntungan yang bersifat duniawi, seperti pujian, mendapatkan jabatan maupun harta yang bersifat hanya sementara.
“Niat yang baik akan melahirkan proses yang baik dan akan mendatangkan hasil yang baik. Sebaliknya, niat yang tidak baik akan membawa seseorang menjalankan proses yang tidak baik dan akan mendatangkan hasil yang tidak baik,” tutur Ardiansyah, pengasuh Pondok Pesantren Shoul-Lin (At-Taqwa), kepada Warta Pilihan, Selasa, (15/5/2018).
Dalam masalah ini, Imam Syafi’i pun memiliki syair yang berbunyi, “Barangsiapa menuntut ilmu untuk meraih kebahagiaan negeri akhirat, ia akan beruntung meraih kemuliaan dari Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk. Maka, dia pun akan meraih kebaikan yang berasal dari hambaNya.”
“Melalui syairnya ini, penuntut ilmu harus ikhlas mencari ridha Allah agar ilmunya bermanfaat. Segala niat yang berorientasi untuk mencari keuntungan duniawi harus ditinggalkan. Jangan sampai penuntut ilmu dihinggapi penyakit gila dunia yang menjadi sumber malapetaka,” tukas Ardiansyah.
Kedua, hal yang penting pagi para pencari ilmu adalah meninggalkan perbuatan dosa. Untuk meraih ilmu, maka seorang harus menjaga adab terhadap Allah SWT dengan meninggalkan apapun yang dilarang-Nya. Di dalam syairnya, Imam Syafi’i berkata, “Aku mengadu kepada Waki’ tentang kelemahan hafalanku. Ia pun memberikan nasihat agar aku meinggalkan maksiat. Ia memberitahuku pula bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang maksiat.”
Menuntut ilmu sejak dini juga diprioritaskan bagi para penuntut ilmu. Masa muda harus diisi dengan hal-hal positif. “Jangan sampai ada waktu yang terbuang sia-sia. Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslim di masa mudanya adalah menuntut ilmu,” terang Ardiansyah.
Mengikat ilmu dengan mencatat adalah hal yang tak kalah penting karena ada tipikal orang yang mudah menghafal, namun ada juga yang kemampuan hafalannya lemah. Maka dari itu, mencatat merupakan wasilah (cara) untuk memelihara ilmu yang telah dipelajari.
Dalam syairnya, Imam Syafi’I mengatakan, “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan menulis adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tambang yang kuat. Sebab di antara bentuk kebodohan, engkau memburu seekor rusa lalu kau biarkan rusa itu bebas begitu saja.”
Konsentrasi penuh dan bersikap sabar dalam menuntut ilmu juga dinilai penting. Tak hanya itu, manajemen waktu yang baik diperlukan agar dengan waktu yang singkat, ia bisa memahami ilmu yang akan bermanfaat bagi dirinya dan juga orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, menikmati ilmu yang dipelajari adalah salah satu kunci sukses menuntut ilmu. Secara psikologis, seseorang yang suka terhadap sesuatu akan rela menghabiskan waktu dengan sesuatu tersebut.
“Begitulah seharusnya seseorang penuntut ilmu dengan ilmu yang dituntutnya. Meski harus bangun di malam hari, meski harus menempuh perjalanan jauh, hal itu tidak menjadi beban, justru menjadi hiburan dan kenikmatan sendiri bagi seorang penuntut ilmu sejati,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini