Para pendukung 01 tak perlu sungkan menyaingi adab berkumpulnya massa 02 pada tiap gelaran kampanye akbar. Adab itu tertib dan bersih dari sampah. Bahkan tak perlu ada nasi bungkus berserakan, sebab massa 02 di GBK bergerak secara mandiri dan saling memberi kontribusi. Ini langgam berdemokrasi yang indah dipandang, tanpa dana apel kebangsaan 18 miliar.
Pun, dalam pengerahan massa. Para pendukung 01 yang banyak didukung aktivis demokrasi anti orde baru, hendaknya memberi contoh pada 02 adab-adab pengumpulan massa. Tidak mengerahkan ASN, untuk ini sudah jadi rahasia umum di daerah-daerah pergerakannya begitu. Semua kita tau dan jengkel, sebagaimana dulu kita muak pada cara-cara orde baru.
Kinilah saatnya orang-orang hebat yang dulu pernah sebagian kita kagumi seperti, Budiman Sudjatmiko, Fajroel Raman, Oneng, juga Megawati Soekarno Putri membuktikan diri, mampu memberi contoh keadabpan demokrasi. Pada saat-saat pesta demokrasi seperti inilah, mereka harus mampu menunjukkan sebagai pemimpin yang lebih baik dari watak kepemimpinan Orde Baru.
Presiden Joko Widodo, kita semua maklumi tak menyuguhkan cara meraih kekuasaan dengan cukup elegan. Layaknya mantan Presien SBY yang ambil cuti saat maju ke periode keduanya. Sehingga penggunaan fasilitas negara yang dibiayai dari sebagian pembayar pajak pendukung 02 tak bisa dielakkan. Ujungnya semua kita memaklumi, sebab Joko Widodo tanpa setatusnya sebagai presiden, dia sama seperti kita rakyat biasa. Tak punya kekuatan massa, sebab ia bukan pemimpin partai politik. Penting bagi Jokowi untuk tetap jadi presiden aktif, agar punya taring dalam bersaing.
Maka bagi 01, dengan kekuasaan yang tengah dipegang hari ini, haus mampu memberi contoh adab-adab demokrasi. Saingi dan gelar pesta akbar di GBK lebih tertib, bersih, mandiri kontribusi, dan menjaga helai-helai rumput dan taman-taman kota. Jika itu yang terjadi, maka gelaran demokrasi terbesar di dunia ini akan bermartabat dipersaksikan.
(Catatan seorang yang hari-hari keliling desa di Indonesaia, Sunaryo adhiatmoko)